Isra Mi’raj, Momen Pelipur Lara Rasulullah Saw. di Tahun Kesedihan

Isra Mi’raj, Momen Pelipur Lara Rasulullah Saw. di Tahun Kesedihan

|”Kehilangan dua orang yang sangat mendukung langkah perjuangan dalam waktu yang berdekatan tentu tidaklah mudah. Di tengah kesedihan yang bertambah-tambah, Allah perjalankan Rasulullah Saw. dalam peristiwa agung Isra dan Mi’raj”

 

infoabadi.orgDatangnya bulan Rajab adalah sebuah  penanda bagi setiap muslim untuk mengencangkan ikat pinggang ibadah bersiap menyambut bulan suci Ramadhan, serta penanda sebuah peristiwa agung, Isra Mi’raj.  Namun di balik peristiwa yang menjadi sebab turunnya perintah sholat itu, ada kesedihan yang sedang dirasakan sang baginda Nabi.

Berikut lembaga donasi Palestina resmi, Amal Bakti Dunia Islam sajikan informasi selengkapnya.

Meninggalnya Sang Paman Pembela Nabi

Dalam mengemban aktivitas dakwahnya, Rasulullah Saw. menemui berbagai macam tantangan yang luar biasa menguji jiwa dan raga, penolakan demi penolakan berdatangan dari kaum Quraisy yang didakwahinya.

Saat situasi tersebut, Abu Thalib sang paman, rela untuk pasang badan melindungi Rasulullah Saw. dari berbagai kejahatan dan  intimidasi yang mengancam. Keberadaan Abu Thalib menjadi salah satu dukungan bagi Sang Nabi untuk terus melanjutkan misi dakwahnya.

Ketika menjelang wafatnya Abu Thalib, Rasulullah Saw. berada disampimgnya dan mengajak Abu Thalib untuk memeluk Islam, seraya berkata “Wahai paman, ucapkanlah laa illaha illallah, yaitu kalimat yang akan menjadi hujjah bagimu di hadapan Allah kelak”

Namun di satu sisi lainnya, hadir juga Abu Jahl yang membujuk agar Abu Thalib tetap pada agama nenek moyangnya. Sampai di akhir hayatnya, Abu Thalib tetap pada pendiriannya, dan enggan melafadzkan kalimat syahadat.  Nabi yang berada di sisi Abu Thalib kemudian berkata “aku akan memohonkan ampun bagimu selama itu tidak terlarang”.

Kejadian tersebut menjadi sebab turunnya Surat At Taubah ayat 113, yang artinya “Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang musyrik itu kaum kerabat(nya), setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahanam”

(QS: At- Taubah:113)

Kehilangan seorang paman yang mampu menyokong dakwahnya selama ini, telah menyebabkan kesedihan di hati Nabi, karena paman yang selama ini melindunginya dari berbagai tentangan kaum Quraisy telah berpulang.

Kendati Abu Thalib merupakan paman yang dekat dengan Rasulullah Saw., namun Rasulullah Saw. sendiri tidak dapat memberikan hidayah dan memaksa untuk masuk Islam.

Hal ini kemudian dipertegas dengan ayat yang Allah Swt. turunkan, yaitu QS: Qashash ayat 56, yang artinya “Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”

Pertolongan dan berbagai macam perlindungan yang telah diberikan Abu Thalib kepada Rasulullah Saw. selama berdakwah tidak dapat menjadikannya terbebas dari siksa api  Neraka sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut ini.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هُوَ فِى ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ ، وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِى الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

Ia berada di tempat yang dangkal (tidak berada di bagian dasar) dari neraka. Seandainya bukan karena aku niscaya ia berada pada tingkatan paling bawah di dalam neraka.” (HR. Bukhari, no. 3883 dan Muslim, no. 209)

Baca Juga: 3 Fakta Menarik Tentang Orang Palestina; Menyenangkan!

 Wafatnya Istri Tercinta

Tidak lama setelah meninggalnya Abu Thalib, istri baginda Nabi Muhammad Saw., Khadijah binti Khuwailid turut berpulang ke haribaan yang Maha Kuasa. Khadijah r.a. meninggal pada usia 65 tahun, 2-3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah.

Peristiwa meninggalnya dua orang yang begitu dekat dengan Nabi membuat kesedihan yang begitu lekat. Tahun-tahun ini pun dinamai dengan Aamul Hazn atau tahun kesedihan untuk Nabi Muhammad Saw. karena kehilangan dua orang yang menyokong dakwah beliau dengan sepenuh hati.

Ummul Mukminin Khadijah radhiyallahu anha adalah karunia besar yang hadir dalam kehidupan Rasulullah Saw. Beliau menjadi yang pertama beriman kepada Rasulullah Saw., menjadi penenang Rasulullah Saw. saat risalah kenabian itu datang, menyelimuti baginda Nabi ditengah kegelisahan hebat yang mendera, menjadi penopang penuh dalam dakwah dengan seluruh hartanya hingga habis tak tersisa, menjadi penyokong sosok Nabi saat menyusuri jalan-jalan jihad yang begitu berat. Maka kabar duka kepergiannya menjadi salah satu tahun terberat bagi Rasulullah Saw.

 

Aisyah radhiyallahu’anha pernah menceritakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan Khadijah pasti menyanjungnya dengan sanjungan yang indah. Aisyah berkata, “Pada suatu hari aku cemburu.” Ia berkata, “Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. Padahal Allah telah menggantikannya buatmu dengan wanita yang lebih baik darinya”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyampaikan, “Allah tidak menggantikannya dengan seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah Swt. telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah Swt. tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain” (HR. Ahmad, 6:117).

 

Simak penjelasan mengenai ‘Jejak Isra’ Mi’raj Rasulullah di Al Aqsa

Tentang Thaif; Penolakan dan Intimidasi Kaum Kafir

 Sepeninggal Abu Thalib, perlakuan tidak menyenangkan kaum kafir Quraisy untuk menjegal dakwah Rasulullah Saw. semakin menjadi-jadi. Tindakan ancaman, intimidasi semakin berani dilakukan, sehingga beliau akhirnya mencoba untuk berdakwah ke daerah Thaif dengan harapan penduduk daerah tersebut akan tergerak hatinya menuju ketauhidan.

Sesampainya di Thaif, penerimaan terhadap syi’ar dakwah yang dibawa Rasulullah Saw. mengalami penolakan keras dari penduduk. Alih-alih tergerak hati untuk mengesakan Allah Swt., penduduknya malah menimpakan siksaan fisik melebihi yang di dapatkan dari kaum Quraisy.

Simak juga penjelasan mengenai Khutbah Jum’at Isra Mi’raj

Isra dan Mi’raj Sebagai Pelipur Lara Rasulullah Saw.

Titian jalan dakwah yang berliku dan begitu banyak tantangan serta kesedihan yang dialami oleh Rasulullah Saw., tidak serta merta menjadikan beliau berhenti untuk menjalankan kewajibannya menyampaikan risalah Islam dan mengajak beriman kepada Allah Swt.

Di tengah kesedihan yang dirasakan oleh Rasulullah Saw., Allah Swt. kemudian memperjalankan Rasul dalam Isra dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan Mi’raj naik ke langit ke 7 dalam satu malam. Dalam peristiwa agung ini Rasul bertemu sekaligus menjadi imam bagi seluruh Nabi-nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah Swt., melaksanakan sholat berjama’ah bersama, sehingga Nabi Muhammad Saw. mendapatkan gelar imamul anbiya wal mursalin, imamnya para Nabi dan Rasul. (itari/infoabadi)

Sumber: Slide Share

Perjuangan Ibu Hamil di Palestina untuk Melahirkan

Perjuangan Ibu Hamil di Palestina untuk Melahirkan

infoabadi.orgHidup dalam negara yang tengah dilanda konflik berkepanjangan mejadikan sebuah tantangan tersendiri kala para ibu hamil di Palestina memerlukan perawatan medis untuk melahirkan. Simak sajian informasi dari lembaga donasi Palestina terpercaya, Abadi yang mengulas kisah  perjuangan ibu hamil di Palestina untuk melahirkan.

Perjuangan Sejak Janin Masih Dalam Kandungan

(Keterangan: Salah satu potret pos penjagaan Israel/foto:Aljazeera)

Saat mendengar kata melahirkan, sejatinya yang terbenak adalah tentang persalinan yang harus segera dipersiapkan oleh keluarga, terlebih oleh sang ibu dan calon bayinya.

Lantas bagaimana jika persiapan persalinan dilakukan di tengah kondisi negara yang sewaktu-waktu bom dapat mendarat di atas kepala tanpa aba-aba? Semestinya hal ini turut menjadi perhatian kita semua.

Perjuangan ibu hamil di Palestina sejatinya sudah jauh dimulai sejak sang ibu dinyatakan positif mengandung janin. Memenuhi asupan makanan bergizinya saja tentu tidak mudah, apalagi keadaan ini diperparah dengan kerap kali diblokadenya jalur distribusi bantuan ke negaranya.

 Banyak Bayi-bayi Tak Berdosa Meregang Nyawa

(Keterangan: Unit perawatan intensif di rumah sakit Makassed di Yerusalem Timur/foto: theguardian)

Jelang persalinan, perjuangan sang ibu terlihat semakin kentara. Untuk menuju ke rumah sakit, seorang ibu hamil di Palestina harus melalui banyak pos penjagaan yang akan memakan banyak waktu dalam perjalanan. Dapat dibayangkan jika terjadi keadaan darurat, maka penanganan kesehatan yang didapatkan akan sangat terlambat.

Suatu ketika pernah terjadi kejadian ibu yang hendak melahirkan, namun lamanya pemeriksaan disetiap pos penjagaan membuat sang ibu terpaksa melahirkan di tempat itu juga. Banyaknya kejadian tesebut tentu berdampak hebat kepada sang ibu dan janin.

Tidak jarang ibu yang melahirkan tidak dapat diselamatkan kala mengalami pendarahan hebat, menjadikan sang bayi telah piatu sebelum bertemu sang ibu. Kerap kali bayi-bayi tidak berdosa juga ikut meregang nyawa sebelum bertemu dengan keluarganya.

Baca juga: Yuk Jadi Orang Tua Asuh Anak Yatim Al Quds

Program Orang Tua Asuh Untuk Anak Yatim Piatu Palestina

Sahabat Abadi, semangat perjuangan ibu hamil di Palestina hendaknya menjadi pecutan bagi kita semua, terutama kaum wanita. Bahwa semangat untuk terus bejuang melahirkan generasi bangsa tidak harus menyalahi kodrat. Meneladani sikap kasih sayang untuk buah hati tidak harus diselisihi

(Keterangan: Yuk jadi orang tua asuh anak yatim di Palestina/foto:infoabadi)

Bersama Amal Bakti (ABADI) sahabat dapat menyalurkan sebentuk kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu Palestina dalam Program Orang Tua Asuh. Dukungan dari sahabat semua tentu akan semakin menguatkan perjuangan saudara-saudara kita nun jauh di Palestina sana. (itari/infoabadi)

(Sumber: unfpa)

Salurkan kepedulian sahabat dengan menjadi Orang Tua Asuh Yatim Palestina dengan mengunjungi laman

https://infoabadi.org/donasi-abadi/

atau transfer ke nomor rekening Bank Syariah Mandiri: (451) 711.7976.337

a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Setelah berdonasi, Sahabat dapat melakukan konfirmasi melalui nomor : 0878-6455-6406

Cara Jadi Orang Tua Asuh Yatim Al-Quds Palestina

Cara Jadi Orang Tua Asuh Yatim Al-Quds Palestina

Menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim Palestina kini menjadi sesuatu yang sangat mungkin terwujud dan mudah untuk dilakukan.

infoabadi.org Lebih dari 23.000 anak-anak di Palestina kehilangan ayahnya yang meninggal dunia akibat serangan udara Israel. Selain menjadi yatim, sebagian besar mereka hidup dalam kemiskinan. Berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan informasi ini untuk anda.

Kondisi Yatim Palestina dan Alquds

Keterangan: Kondisi anak-anak yatim Palestina yang hidup dalam kemiskinan (Foto: The United National)

Akibat penjajahan Israel, hampir semua aktivitas penduduk Palestina dibatasi dan diatur oleh Israel. Sudah selama 13 tahun beberapa wilayah di Palestina mengalami pemblokadean, dan membuat lebih dari 1,9 juta penduduknya seperti berada di dalam penjara.

Hal itu membuat penduduk Palestina banyak yang kehilangan pekerjaan, hingga angka pengangguran di sana mencapai 42%. Selain itu lebih dari 47% keluarga Palestina juga menderita kekurangan bahan pangan.

Sedangkan dampak yang secara langsung dirasakan oleh anak-anak yatim Palestina adalah mereka harus kehilangan masa anak-anak. Di antaranya tidak mendapatkan hak pendidikan, bermain, makan makanan sehat, serta hidup tanpa tekanan.

Bagaimana Kondisi Yatim di Al-Quds, Palestina?

Keterangan: Izuddin Muhammad Iwad salah satu anak yatim Palestina binaan Abadi (Foto: Dok. Abadi)

Namanya Izuddin Muhammad Iwad. Ia adalah salah satu anak yatim asal Palestina binaan Abadi. Ia lahir pada tahun 2012. Izuddin termasuk dari salah satu anak-anak Palestina yang cerdas. Ia memiliki capaian akademik sempurna di sekolahnya.

Izuddin hanya tinggal berdua dengan ibunya, yaitu Iftikar Mansyur Husna Iwad. Meski tinggal di dalam rumah miliknya sendiri, Iftikar berjuang keras untuk dapat menyekolahkan anak tunggalnya. Hingga kini ibu satu anak itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan sangat sulit mendapatkan pekerjaan di sana, karena sistem perekonomian pun dikuasai oleh Israel.

Baca Juga : Impian Anak Palestina dari Bilik Pengungsian

Cara Jadi Orang Tua Asuh

Anak-anak yatim Palestina ingin terus melanjutkan sekolahnya hingga mampu meraih mimpi. Akan tetapi kondisi yang sulit di negara tersebut membuat banyak anak-anak yatim di sana tidak bisa melanjutkan sekolahnya dengan baik.

Sementara itu, bantuan kemanusiaan yang datang tidak tentu dan tidak merata, karena  sedikitnya jumlah bantuan yang masuk. Maka dari itu, mari bantu mereka dengan menjadi orang tua asuh yang siap menyayangi dan memberikan perhatian setiap hari kepada anak-anak yatim Palestina.

Keterangan: Direktur Abadi berjabat tangan dengan direktur Goz Bebekleri setelah tanda tangan komitmen bantuan untuk yatim Alquds (Foto: Dok. Abadi)

Sejak tahun 2019 lalu, Abadi telah melakukan komitmen bersama lembaga Goz Bebekleri di Alquds-Palestina untuk menghubungkan orang tua asuh Indonesia bagi 100 anak-anak yatim Palestina di sana. Lalu bagaimana caranya jadi orang tua asuh untuk yatim Palestina?

Caranya mudah sekali, yaitu sahabat bisa membantu anak-anak yatim Alquds-Palestina dari jauh melalui 3 pilihan paket yang tersedia.

Keterangan: Infografis pilihan paket bantu jadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim Palestina (Foto: Dok. Abadi)

Pilihan paket Santunan Orang Tua Yatim Alquds:

1. Santunan Yatim Al-quds

Hanya dengan Rp. 1.000.000 setiap bulannya, sahabat dapat memenuhi kebutuhan berupa makanan, minuman dan pakaian

2. Beasiswa Penidikan Yatim Al-quds

Hanya dengan Rp. 1.025.000 setiap bulannya, sahabat dapat memberikan program pendidikan kebutuhan sekolah

3. Santunan Orang Tua Al-qids

Hanya dengan Rp 1.500.000 setiap bulannya, sahabat dapat membantu meringankan biaya kebutuhan para wali yatim di Alquds.

Sahabat, mari bergabung bersama Abadi menjadi salah satu orang tua asuh bagi 100 anak-anak yatim Alquds, Palestina. (izzah/infoabadi)

Sumber: Humanium

Ayo kirimkan Donasi Yatim Palestina melalui Abadi

Nomor Rekening Bank:

Bank Mandiri Syariah

(451) 711 7976 337

a.n Amal Bakti Dunia Islam

atau melalui link donasi https://infoabadi.org/donasi-abadi/

Konfirmasi donasi sahabat melalui nomor 0878 6455 6406

Impian Anak Palestina Dari Bilik Pengungsian

Impian Anak Palestina Dari Bilik Pengungsian

infoabadi.org – Merajut mimpi dalam lingkungan kamp pengungsian menjadi sebuah kenyataan pahit yang harus dilalui anak-anak Palestina yang menjadi korban kekejian penjajah Israel. Berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi mengulas sebuah curahan hati tentang impian anak pengungsi Palestina di Jalur Gaza.

Keberanian dan Tekad Anak Pengungsi Palestina

(Keterangan: Seorang anak dari kamp pengungsi Alnusierat di Jalur Gaza./foto: Palestinechronicle )

Tidak seperti kebanyakan anak lain di usianya, Yara Jouda (15 tahun) sudah berjuang hidup dalam kamp pengungsian di Jalur Gaza, Palestina. Dirinya memiliki mimpi mengarungi dunia untuk mengabarkan tentang mimpi anak-anak Palestina dan kondisi rakyat di sana.

Keberanian Yara Jouda didasari atas keresahannya selama ini melihat begitu banyak teman-teman seusianya yang harus terbunuh tanpa dosa. Padahal, anak-anak seharusnya memiliki banyak kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kondusif agar menunjang pertumbuhannya.

“Banyak teman-teman saya yang bercita-cita untuk menjadi dokter agar dapat merawat rakyat Palestina yang menjadi korban kejahatan Israel. Tidak sedikit pula yang memiliki mimpi untuk menjadi pejuang syahid melawan Israel. ” ujar Jouda.

Baca juga: Curahan Hati Petani Palestina Pasca “Deal Of The Century”

Membuka Mata Dunia

(Keterangan: Seorang anak Palestina merangkak ketika anak-anak lain melihat keluar dari rumah keluarga mereka di Kamp pengungsi/ foto: Aljazeera)

Jouda berulang kali meyakinkan bahwa mata dunia harus terbuka dengan penjajahan ini. Kejahatan yang terjadi di Palestina adalah tentang tragedi kemanusiaan yang sejatinya harus mengusik nurani setiap jiwa.

Konflik bersenjata antara Israel dan Palestina yang berkepanjangan meninggalkan banyak ingatan pahit bagi setiap anak yang ada di sana. Menyaksikan roket-roket bagai berselancar di udara, kemudian jatuh tepat di atas rumah tetangga, menimbulkan ingatan buruk yang akan terus terkenang sepanjang masa.

Namun, selama mimpi serta cita-cita mereka masih ada, harus dijaga nyala apinya, agar kelak semakin banyak yang tergerak untuk mendukung kemerdekaan yang sebenar-benarnya.

Perjuangan anak-anak Palestina dalam meraih mimpinya tentu akan menjadi sebuah titian jalan panjang. Kendati demikian, selama kebenaran terus disuarakan, maka nyala harapan akan menemui keniscayaan. (I-tari/infoabadi)

Sumber: Palestine Chronicle

Sulitnya Cari Lowongan Kerja di Jalur Gaza

Sulitnya Cari Lowongan Kerja di Jalur Gaza

Ribuan keluarga Palestina hidup dalam kemiskinan. Hal itu disebabkan oleh sulitnya para penduduk Palestina mencari pekerjaan.

infoabadi.org Pemukiman Israel di tepi barat, Al-quds timur dan Gaza telah merusak prospek ekonomi negeri Palestian. kondisi tersebut membuat jutaan rakyatnya terancam mendapatkan pekerjaan yang tidak tetap, upah rendah, bahkan menjadi pengangguran.

Permasalahan tersebut tentunya berdampak banyak pada kehidupan para penduduk Palestina di Gaza. Berikut ini, lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan infomasi mengenai kondisi sulitya mencari pekerjaan di Jalur Gaza.

Dampak Blokade di Jalur Gaza Bagi Pekerja

Keterangan: Ratusan Pekerja di Gaza Kehilangan Pekerjaan karena Blokade (Foto: The Palestinian Information Center)

Selama 13 tahun terakhir, pemerintah Israel telah memberlakukan blokade darat, laut, dan udara yang ketat di Jalur Gaza. Hal ini membatasi jalannya barang dan keluar-masuknya orang, sehingga wilayah tersebut bagaikan penjara bagi 1,9 juta penduduk yang tinggal di dalamnya.

Blokade telah membuat tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Pada tahun 2016, tingkat pengangguran di Gaza menjadi salah satu angka tertinggi di dunia yakni sebesar 42%. Sedangkan usia remaja yang sudah bekerja sebanyak 60% dan 65% adalah wanita. Hal ini menyebabkan sebanyak 47% keluarga di Gaza menderita kekurangan bahan pangan.

Lebih dari 35.000 penduduk Palestina bergantung pada industri perikanan di laut Gaza, akan tetapi Israel membatasi akses laut, ekspor ikan, akses ke bahan dan peralatan penting telah menyebabkan 95% nelayan hidup di bawah garis kemiskinan.

Baca Juga :Curahan Hati Petani Palestina Pasca Deal Of The Century

Hak-Hak Pekerja di Gaza Tak Terpenuhi

Keterangan: Para Pekerja di Gaza Luntang-Lantung di Pinggiran Jalan (Foto: Era Muslim)

Hak-hak para pekerja di Gaza semakin dipersulit. Salah satu dampaknya adalah dibatasinya penangkapan ikan (hanya sampai enam mil dari pantai Gaza), sebab kurang dari sepertiga wilayah pantai Gaza dikuasai oleh pemerintah Israel berdasarkan Kesepakatan Oslo. Batas tersebut mengakibatkan stok ikan menurun dengan cepat.

Selain itu, zona penangkapan ikan diawasi ketat oleh militer Israel dan banyak nelayan yang mengeluhkan penangkapan sewenang-wenang dan pelecehan terhadap mereka. Menurut  Kementerian Pertanian Gaza, pada tahun 2016 militer Israel menangkap 113 nelayan, melukai 10 orang dengan tembakan militer dan menyita 46 kapal.

Banyak kapal penangkap ikan tidak dapat digunakan akibat aturan israel. Israel membatasi akses bagi para nelayan, sehingga tidak dapat mendapatkan bahan-bahan untuk memperbaiki kapalnya. Kini, sebanyak 3500 nelayan bekerja di industri perikanan, dimana angka tersebut turun dari total 10.000 nelayan pada tahun 2000

Akses ke ladang pertanian juga sangat dibatasi akibat adanya blokade, Dalam jarak 300 meter dari perbatasan Gaza, para petani dilarang bekerja, Selain itu  sebagian besar lahan pertanian yang dulu di hancurkan Israel pada 2014 pun tak kunjung di pulihkan. (Izzah/Abadi)

sumber: European Trade Union

Kondisi Terkini Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Kondisi Terkini Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza menjadi harapan besar bagi umat Islam di Palestina. Kini proses pembangunan masjid tersebut sudah banyak perubahan.

infoabadi.org – Menjelang bulan Ramadhan, Alhamdulillah pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza sudah memasuki tahap kedua. Berkat dukungan dan bantuan sahabat, masjid tersebut sekarang sudah ditahap pendirian lantai tiga.

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza ini merupakan simbol kemerdekaan yang di persembahkan masyarakat indonesia. berikut ini lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi akan menginformasikan progres pembangunan mesjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza Sudah Ada Kubahnya

Keterangan: Bangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza Memili Halaman yang Cukup Luas (Foto: Dok. Abadi)

Tampak menawan, Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza sudah memiliki kubah-kubah kecil yang membuat mesjid dua bangsa ini terlihat lebih megah. Lebih dari itu, Kubah-kubah ini juga memiliki fungsi sebagai penanda arah kiblat dari bagian luar dan menerangi bagian interior masjid.

Baca Juga: Curahan Hati Petani Palestina Pasca Deal Of The Century

Bagian Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza dari Segala Sisi

Keterangan: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza tampak dari samping (Foto: Dok. Abadi)

Jika sahabat menyaksikan dari arah samping, maka mesjid ini sudah terlihat menjulang hingga lantai tiga, maka seperti itulah yang akan nampak.

Keterangan: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza tampak dari belakang (Foto: Dok. Abadi)

Selanjutnya, jika sahabat melihat dari arah sebaliknya, maka akan tampak sebuat bangunan kokoh dan seperti yang terlihat pada foto di atas.

Keterangan: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza tampak bagian dalam (Foto: Dok. Abadi)

Bagian dalam Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza juga semakin terlihat luas, Insyaallah bangunan ini kelak bisa digunakan oleh ribuan jamaah untuk beribadah.

Baca Juga : Pohon Zaitun yang Diberkahi Banyak tumbuh di Palestina

Bersama Abadi Selesaikan Bangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza 

“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah, no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Sahabat Abadi, mari kita bersama-sama selesaikan 100% pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, agar masjid tersebut dapat segera digunakan untuk pusat kegiatan keagamaan bagi jamaah muslim.

Saat ini pembangunan masjid tersbeut membutuhkan banyak material-material bangunan di antaranya:

  • Pasir : 1 truk Rp1,8 juta
  • Keramik : 1 m/segi Rp600.000
  • Semen : 1 /zak Rp170.000
  • Batu bata (Batako)  : 1/batubata Rp20.000

Sahabat dapat mengirimkan donasi pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, melalui:
BSM (451) 711 7976 337
a.n Amal Bakti Dunia Islam

Selanjutnya, lakukan konfirmasi donasi dapat menghubungi nomor 0878 6455 6406

(izzah/infoabadi)

Sumber: Republika

Reaksi Jurnalis Eropa Saat Melihat Anak-Anak Gaza

Reaksi Jurnalis Eropa Saat Melihat Anak-Anak Gaza

Masa anak-anak di Gaza seperti mimpi buruk yang nyata. Anak-anak di sana hidup dalam kesulitan luar biasa yang membuat dunia ini menangis.

infoabadi.orgMajed Abu Salama, adalah seorang jurnalis, pekerja kemanusiaan dan pembela HAM yang tinggal di Eropa. Pada suatu hari ia melakukan perjalanan ke Gaza, untuk meliput apa yang terjadi di sana. Selain itu, Abu Salama memiliki keluarga yang tinggal di Gaza, sehingga ia mengkhawatirkan keadaan keluarganya itu.

Ketika Israel meningkatkan operasi militernya di Gaza, ia hanya memikirkan kondisi keponakannya yang masih berusia satu tahun dan keluarga di sana.  Mereka tinggal di sebuah kamp pengungsian dan tanpa perlindungan.

Menurut Abu Salama, meskipun ponakannya masih balita, tapi anak itu sudah bisa bergegas dan bersembunyi di balik kursi atau di bawah meja setiap kali mendengar ledakan yang disebabkan oleh serangan udara Israel.

Keponakannya sama seperti anak-anak lain di Gaza, mereka memulai masa kecilnya di tempat yang secara terus-menerus dijadikan sebagai sasaran penjajahan Israel.

Perjalanan Jurnalis Saat di Gaza

Keterangan: Anak-anak Gaza Kekurangan Air dan Hidup di Pengungsian (Foto: Peace Andjustice)

Abu Salama melakukan perjalanan ke Gaza karena ingin membantu mendokumentasikan kejahatan yang dilakukan oleh tantara Israel agar bisa dilihat oleh dunia. Pada tahun 2014, ketika Abu Salama mengorganisir aksi damai di dekat zona penyangga di timur Gaza dengan para pemuda, ia mendapatkan tembakan di bagian kakinya.

Jika tentara Israel tidak mengakhiri serangannya, maka keadaan tidak berubah. Anak-anak di Gaza akan menghabiskan masa kecilnya untuk bersembunyi dari rudal Israel di belakang kursi atau di bawah meja.

Kondisi lainnya, air di Gaza telah terkontaminasi dengan bahan-bahan peledak Israel dan sangat langka, listrik hanya dinyalakan selama enam sampai delapan jam per hari saat malam datang, bahkan kadang tidak mendapatkan listrik selama 24 jam penuh. Kerawanan pangan juga tinggi, karena para petani tidak diizinkan menanam bahan makanan. Selain itu, nelayan tidak bisa melempar jala mereka dengan bebas, karena Israel memberlakukan blokade di wilayah perairan.

Rumah keluarga Abu Salama di Gaza berjarak 1,5 km dari laut dan mereka sering mendengar suara peluru menembaki para nelayan Palestina.

Anak-Anak di Gaza dan Mimpi Buruk yang Nyata

Keterangan: Anak-anak di Gaza Kekurangan Bahan Makanan (Foto: The Generation)

Abu Salama bisa kembali ke Eropa dengan selamat, akan tetapi ia terus memikirkan kondisi ponakannya yang masih balita dan anak-anak lainnya di Gaza. Menurutnya, anak-anak di Gaza bagaikan sedang mimpi buruk, tapi semuanya kenyataan.

Anak-anak di sana tidak bisa hidup dengan baik dan tidak mendapatkan haknya. Selain itu, tidak ada yang bisa memastikan mereka bisa hidup dan tenang, karena pemerintahan di Palestina pun kondisinya tidak stabil.

Banyak di antara anak-anak Gaza yang putus sekolah, mengalami gizi buruk, menjadi sasaran peluru, dan tindak kriminal seperti penculikan dan penahanan oleh tantara Israel.

Sahabat, Abu Salama telah berbagi kisahnya tentang perjalanan ke Gaza, dan semua yang diceritakannya itu nyata. Tentu hal ini sangat menyayat hati semua sebagai sesama muslim. Maka, mari kita berikan dukungan dan bantuan untuk anak-anak di Gaza. (izzah/infoabadi)

Sumber: Aljazeera

Aksi Bantuan Kebakaran Tolitoli bersama Abadi

Aksi Bantuan Kebakaran Tolitoli bersama Abadi

Abadi sigap membantu saudara di Tolitoli yang sedang mengalami musibah kebakaran. Hal ini tentu berkat bantuan sahabat di seluruh Indonesia.

infoabadi.orgKabar duka menimpa saudara-saudara kita di Kel. Sidoarjo, Kec. Baolan, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah. Pada (02/02), tepatnya pukul 22.30 WITA terjadi kebakaran hebat di Kompleks Pelabuhan Container dan pemukiman padat.

Api besar dengan cepat menyambar rumah panggung kayu, mayoritas milik nelayan kecil. Berdasarkan data yang dirilis oleh Pemerintah Daerah Tolitoli, ada sebanyak 385 rumah yang terbakar milik 525 KK.

Akibatnya sebanyak 1500 jiwa harus mencari tempat tinggal sementara, saat ini sudah ada pengungsian di beberapa titik yakni di 2 tenda BNBP, tenda masyarakat, dan masjid terdekat. Bagai luntang-lantung di kota orang lain, para pengungsi tidak memiliki bekal apapun untuk memenuhi kebutuhannya. Semua harta benda habis terbakar si jago merah.

Keterangan: Tim Abadi Belanja di Pasar untuk Kebutuhan Para Pengungsi Tolitoli (Dok. Abadi)

Bantuan demi bantuan pun datang, walaupun masih sedikit tapi sudah sangat membantu para pengungsi agar bisa bertahan hidup. Lembaga donasi kemanusiaan Abadi menjadi salah satu yang sigap membantu para pengungsi di Tolitoli. Bantuan itu berupa makanan pokok, minuman, dan beberapa pakaian layak.

Alhamdulillah, berkat bantuan sahabat di seluruh Indonesia, Abadi bisa menjadi lembaga yang sigap dalam membantu saudara yang sedang mengalami musibah. Semoga donasi-donasi yang telah sahabat salurkan dapat menjadi amal jariyah untuk bekal ke surga. Amiin.

Keterangan: Tim Abadi bersama Ibu-Ibu di Pengungsian Menyiapkan Makanan yang Akan Dibangikan Kepada Para Pengungsi di Tolitoli (Dok. Abadi)

Selanjutnya, Abadi mengajak sahabat untuk bersama-sama melakukan 14 hari tanggap darurat. Selama 14 hari ini, ladang kebaikan dibuka seluas-luasnya untuk membantu saudara-saudara yang sedang mengalami musibah di Tolitoli.

Bantuan tersebut bisa berupa gotong royong untuk membersihkan sisa-sisa bangunan yang terbakar dan merapikan kompleks pelabuhan, setelah itu kita bisa membangunkan kembali rumah-rumah panggung kayu untuk masyarakat.

Namun apabila sahabat tidak mampu melakukan hal itu, karena beberapa hambatan seperti jarak dan waktu. Sahabat bisa mengirimkan bantuan lainnya, seperti uang untuk membeli kebutuhan para pengungsi atau bahan makanan, baju layak pakai, selimut, masker, perlengkapan cuci, dan perlengkapan sekolah. (izzah/infoabadi)

Bagi Sahabat yang ingin memberikan bantuan untuk saudara-saudara di Tolitoli, dapat melalui:

BSM (451) 711 7976 337

a.n Amal Bakti Dunia Islam

 

Selanjutnya untuk konfirmasi dan layanan jemput donasi hubungi 085241149040

Dongeng Kemanusiaan Tanamkan Jiwa Peduli Anak-Anak

Dongeng Kemanusiaan Tanamkan Jiwa Peduli Anak-Anak

Abadi berbagi cerita melalui dongeng kemanusiaan di tengah anak-anak sekolah dasar untuk menanamkan rasa cinta dan peduli kepada Palestina sejak dini

infoabadi.orgDongeng kemanusiaan adalah metode edukasi yang dilakukan oleh beberapa lembaga donasi kemanusiaan, untuk meningkatkan rasa peduli anak-anak kepada sesama manusia. Anak-anak adalah generasi penerus yang perlu disiapkan menjadi orang-orang besar dan hebat untuk memimpin dunia, tentunya mereka harus memiliki jiwa kepedulian yang tinggi.

Kepedulian adalah kunci suatu negara menjadi sejahtera dan bermartabat, karena itulah yang akan membuat semua orang merasa dirinya mampu dan beban tidak terasa begitu berat. Sementara itu, kepedulian tidaklah datang dengan sendirinya, melainkan harus ditanamkan agar menjadi kebiasaan yang baik.

Abadi Berbagi Dongeng Kemanusiaan Palestina

Keterangan: Siswa SD Negeri 1 Kuranji sedang menyimak dongeng yang dibawakan oleh Kak Fauzan (Foto: Dok. Abadi)

Lembaga donasi kemanusiaan Palestina Abadi, berikhtiar untuk menjadi lembaga yang dapat membantu masyarakat dengan tidak hanya menghimpun donasi saja, melainkan juga memberikan edukasi.

Pada bulan Januari 2020, Abadi kembali berbagi edukasi kemanusiaan melalui dongeng inspiratif tentang kondisi anak-anak Palestina kepada siwa SD Negeri 1 Kuranji, Lombok Barat.

Kak Fauzan, seorang pegiat dongeng dari Abadi menyampaikan beberapa kondisi anak-anak Palestina yang sedang dalam keadaan sulit dan tentang Masjid Al-Aqsa kiblat pertama umat Islam. Seluruh siswa yang hadir sangat antusias menyimak yang disampaikan oleh Kak Fauzan.

Peduli Tak Perlu Menunggu Sudah Besar dan Sukses

Keterangan: Para siswa menunjukkan sikap peduli kepada anak-anak Palestina (Foto: Dok. Abadi)

Selesai menyimak dongeng inspiratif, para siswa sekolah dasar yang ada di Lombok Barat itu menjadi tergerak hatinya. Kemudian, mereka mengikhlaskan sebagian uang jajannya untuk membantu saudara-saudara di Palestina yang sulit mendapatkan makanan atau tidak bisa pergi ke sekolah.

Para siswa sekolah dasar itu telah mengajarkan kepada kita, bahwa menjadi orang peduli itu tidak harus menunggu ketika sudah besar dan sukses nanti. Bahkan kita sendiri tidak pernah tahu kapan akan sukses atau sampai kapan kita akan diberi hidup. Masyaallah, semoga mereka diberikan panjang umur dan dijadikan sebagai anak-anak berprestasi serta sukses dunia akhirat. (izzah/infoabadi)

Memahami Konflik Uighur Bersama Abadi

Memahami Konflik Uighur Bersama Abadi

Permasalahan pada muslim Uighur adalah masalah kita bersama, tapi banyak di antara umat muslim tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi di sana. Itulah yang membuat penting adanya edukasi dunia Islam.

infoabadi.org – Alhamdulillah, Abadi telah berkontribusi memberikan kegiatan tentang dunia Islam kepada masyarakat Nusa Tenggara Barat pada pekan ketiga di bulan Januari 2020. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula BP PAUD dan DIKMAS Nusa Tenggara Barat.

Talkshow dunia Islam dengan tema “Memahami Konflik Uighur” ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pemasalahan yang sebenarnya terjadi pada muslim Uighur, China.

Keterangan: Direktur Abadi berikan sambutan pada acara talkshow “Memahami Konflik Uighur” (Foto: Dok. Abadi)

Akhir-akhir ini banyak media memberitakan tentang etnis minoritas muslim di Uighur yang mendapatkan perlakuan diskriminasi dan penghilangan identitas oleh mayoritas penganut komunis China. Sementara itu, umat muslim di Indonesia belum masih belum memahami dengan apa yang sebenarnya terjadi di sana.

Tak lama dari kehebohan berita tersebut, Abadi segera mengambil tindakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai apa yang terjadi di Uighur, China, dan apa yang harus muslim lakukan?

Keterangan: Peserta talkshow sedang ikut berinteraksi dengan (Foto: Dok. Abadi)

Pada acara kali ini, Abadi mendatangkan seorang aktivis kemanusiaan dan penulis aktif Republika yaitu Herry Cahyadi.  Sementara itu, kegiatan ini juga diikuti oleh peserta dari  beberapa instansi dan aktivis kemanusiaan Kota Mataram, seperti aktivis ACT, Ketua MUI Mataram, Dewan Dakwah, Kotak Amal Indonesia, FSLDK Nusram mahasiswa HI Univesritas Mataram, Mualaf Center, Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI), Yayasan Islam Al-Quds NTB, dan lainnya.

Baca Juga : Abadi Salurkan Donasi untuk Pendidikan Yatim Palestina

Keterangan:Sesi diskusi pada acara talkshow “Memahami Konflik Uighur” (Foto: Dok. Abadi) 

Sebagai umat muslim, wajib bagi kita untuk peduli dengan muslim lainnya. Bentuk peduli juga bermacam-macam, mulai dari memahami terlebih dahulu tentang permasalahan yang terjadi, kemudian memberikan solusinya nyata.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadist bahwa umat muslim hendaklah untuk saling telong-menolong, karena mereka saling membutuhkan satu sama lain.

“Siapa saja yang meringankan beban seorang Mukmin di dunia, Allah pasti akan meringankan bebannya pada hari kiamat. Siapa saja yang memeberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah pasti akan memberi dia kemudahan di dunia dan akhirat. Allah SWT selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

(izzah/infoabadi)