Reaksi Jurnalis Eropa Saat Melihat Anak-Anak Gaza

Reaksi Jurnalis Eropa Saat Melihat Anak-Anak Gaza

Masa anak-anak di Gaza seperti mimpi buruk yang nyata. Anak-anak di sana hidup dalam kesulitan luar biasa yang membuat dunia ini menangis.

infoabadi.orgMajed Abu Salama, adalah seorang jurnalis, pekerja kemanusiaan dan pembela HAM yang tinggal di Eropa. Pada suatu hari ia melakukan perjalanan ke Gaza, untuk meliput apa yang terjadi di sana. Selain itu, Abu Salama memiliki keluarga yang tinggal di Gaza, sehingga ia mengkhawatirkan keadaan keluarganya itu.

Ketika Israel meningkatkan operasi militernya di Gaza, ia hanya memikirkan kondisi keponakannya yang masih berusia satu tahun dan keluarga di sana.  Mereka tinggal di sebuah kamp pengungsian dan tanpa perlindungan.

Menurut Abu Salama, meskipun ponakannya masih balita, tapi anak itu sudah bisa bergegas dan bersembunyi di balik kursi atau di bawah meja setiap kali mendengar ledakan yang disebabkan oleh serangan udara Israel.

Keponakannya sama seperti anak-anak lain di Gaza, mereka memulai masa kecilnya di tempat yang secara terus-menerus dijadikan sebagai sasaran penjajahan Israel.

Perjalanan Jurnalis Saat di Gaza

Keterangan: Anak-anak Gaza Kekurangan Air dan Hidup di Pengungsian (Foto: Peace Andjustice)

Abu Salama melakukan perjalanan ke Gaza karena ingin membantu mendokumentasikan kejahatan yang dilakukan oleh tantara Israel agar bisa dilihat oleh dunia. Pada tahun 2014, ketika Abu Salama mengorganisir aksi damai di dekat zona penyangga di timur Gaza dengan para pemuda, ia mendapatkan tembakan di bagian kakinya.

Jika tentara Israel tidak mengakhiri serangannya, maka keadaan tidak berubah. Anak-anak di Gaza akan menghabiskan masa kecilnya untuk bersembunyi dari rudal Israel di belakang kursi atau di bawah meja.

Kondisi lainnya, air di Gaza telah terkontaminasi dengan bahan-bahan peledak Israel dan sangat langka, listrik hanya dinyalakan selama enam sampai delapan jam per hari saat malam datang, bahkan kadang tidak mendapatkan listrik selama 24 jam penuh. Kerawanan pangan juga tinggi, karena para petani tidak diizinkan menanam bahan makanan. Selain itu, nelayan tidak bisa melempar jala mereka dengan bebas, karena Israel memberlakukan blokade di wilayah perairan.

Rumah keluarga Abu Salama di Gaza berjarak 1,5 km dari laut dan mereka sering mendengar suara peluru menembaki para nelayan Palestina.

Anak-Anak di Gaza dan Mimpi Buruk yang Nyata

Keterangan: Anak-anak di Gaza Kekurangan Bahan Makanan (Foto: The Generation)

Abu Salama bisa kembali ke Eropa dengan selamat, akan tetapi ia terus memikirkan kondisi ponakannya yang masih balita dan anak-anak lainnya di Gaza. Menurutnya, anak-anak di Gaza bagaikan sedang mimpi buruk, tapi semuanya kenyataan.

Anak-anak di sana tidak bisa hidup dengan baik dan tidak mendapatkan haknya. Selain itu, tidak ada yang bisa memastikan mereka bisa hidup dan tenang, karena pemerintahan di Palestina pun kondisinya tidak stabil.

Banyak di antara anak-anak Gaza yang putus sekolah, mengalami gizi buruk, menjadi sasaran peluru, dan tindak kriminal seperti penculikan dan penahanan oleh tantara Israel.

Sahabat, Abu Salama telah berbagi kisahnya tentang perjalanan ke Gaza, dan semua yang diceritakannya itu nyata. Tentu hal ini sangat menyayat hati semua sebagai sesama muslim. Maka, mari kita berikan dukungan dan bantuan untuk anak-anak di Gaza. (izzah/infoabadi)

Sumber: Aljazeera

Abadi Salurkan Donasi untuk Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Abadi Salurkan Donasi untuk Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Terima kasih, Sahabat Abadi di Indonesia. Berkat dukunganmu, kami bisa menyumbang tahun baru dengan kebaikan dari pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza-Palestina.

infoabadi.orgAlhamdulillah, masyarakat Indonesia menghabiskan sisa akhir tahun 2019 dengan berlomba-lomba meningkatkan amal jariyahnya yaitu dengan mengikhlaskan harta untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza.

Pada akhir bulan November 2019, lembaga donasi kemanusiaan Palestina Abadi kembali mendapatkan amanah dari masyarakat Indonesia untuk menyalurkan donasi  pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina

Abadi menyalurkan donasi yang terkumpul sebanyak 230 juta, dengan simbolisasi yang dilakukan oleh Direktur Abadi, Bapak Lauhul Hamdi kepada Ketua Jisru at-Taawun al-Insani di Istanbul, Turki.

Bentuk Dukungan Indonesia untuk Kemerdekaan Palestina

Keterangan: Simbolisasi Ucapan Terima Kasih dari Penduduk Gaza Atas Bantuan Pembangunan Masjid Istiqlal (Foto: Dok.Abadi)

 

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza merupakan persembahan masyarakat Indonesia kepada Palestina sebagai simbol kemerdekaan. Di mana masjid tersebut adalah bentuk dukungan agar Palestina segera merdeka dari jajahan zionis Israel.

Dukungan sekecil apapun akan sangat berarti bagi penduduk Palestina. Kita sebagai saudara sesama muslim, mari saling bahu-membahu meringankan beban mereka, karena kalau bukan kita lalu siapa lagi?

Baca Juga : Jejak Pengabdian Abadi untuk Dunia Islam 2019

Selesaikan Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Keterangan: Perkembangan Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza(Foto: Dok.Abadi)

 

Selama puluhan tahun penduduk Gaza, Palestina di bawah penjajahan Israel. Mereka banyak kehilangan masjid karena dihancurkan dan diratakan dengan tanah oleh penjajah. Sekalipun ada masjid, penduduk di sana dilarang memasuki atau beribadah di masjid.

Kesulitan yang dirasakan oleh penduduk Gaza tersebut membuat kita tersadar untuk memberikan uluran tangan dan kepedulian. Hal terpenting adalah istiqomahkan kontribusi kita untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza sampai selesai, agar penduduk Gaza dapat segera beribadah di dalam masjid tersebut dengan tenang.

Sahabat Abadi, mari kita doakan untuk kemerdekaan penduduk Gaza, Palestina, supaya segera diberi kemerdekaan dan dapat beribadah dengan tenang. (izzah/infoabadi)

Inilah Kondisi Difabel Palestina di Tenda Pengungsian

Inilah Kondisi Difabel Palestina di Tenda Pengungsian

Para pengungsi difabel Palestina tidak mendapatkan fasilitas yang layak di tenda pengungsian. Mereka tidak dapat beraktivitas dengan mudah, karena tempat yang sesak dan tidak nyaman membuat mereka sulit untuk bergerak.

Ruang gerak bagi para penyandang disabilitas amatlah terbatas. Kondisi fisiknya yang tidak sempurna serta kurangnya alat bantu yang tersedia, membuat mereka kesulitan untuk melakukan mobilitas ke tempat-tempat seperti toilet, dapur, posko kesehatan ataupun sekolah.

Bantuan Tak Masuk, Difabel Di Pengungsian Makin Terpuruk

Menurut UNRWA, salah satu lembaga donasi kemanusiaan PBB, lebih dari 20 persen rumah tangga Palestina menghadapi kemiskinan ekstrim yang setidaknya memiliki satu anggota keluarganya sebagai penyandang disabilitas.

Selain itu, hampir 29 persen anak-anak penyandang disabilitas tidak terdaftar sekolah, sehingga mereka tidak dapat tumbuh dengan pendidikan dan mengembangkan potensi.

Keterangan: Warga Palestina menerima bantuan makanan dari UNRWA (Foto: Voaindonesia.com)

Bantuan internasional yang diberikan oleh UNRWA kian menurun setelah adanya kebijakan Amerika yang memotong bantuan ke Palestina. Di sisi lain, dana persediaan bantuan hanya tersisa untuk beberapa minggu lagi.

Hal ini tentunya mengancam keberadaan para difabel yang sangat membutuhkan bantuan besar untuk menunjang aktivitas kesehariannya.

Siapa yang Mau Peduli Nasib Difabel Di Pengungsian?

Selama ini, pengungsi Palestina hanya mengandalkan bantuan internasional, namun seketika bantuan tersebut justru dihentikan. Maka bagaimana nasib difabel Palestina selanjutnya? Adakah yang akan peduli dengan mereka

Keterangan: Penyaluran Donasi Lembaga Kemanusiaan Abadi ke Difabel Palestina (Foto: Dok.Abadi)

Sahabat, kita tak perlu menunggu kepedulian itu datang dari orang lain, sebab sejatinya hal itu bisa kita datangkan dan mulai dari diri sendiri

Abadi sebagai lembaga donasi palestina terpercaya 2018, berikhtiar penuh menfasilitasi masyarakat yang ingin turut membantu saudara-saudara penyandang disabilitas Palestina yang bermukim di tenda-tenda pengungsian Turki.

Sejak tahun 2018, Abadi sudah dua kali menyalurkan bantuan secara langsung kepada para difabel Palestina, yakni pada November 2018 dan Juli 2019. Bantuan ini diberikan kepada korban Aksi Kepulangan Akbar, yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit Turki.

Keterangan: Penyaluran Donasi Abadi ke Difabel Palestina (Foto: Dok.Abadi)

Ikhtiar ini harus terus kita lakukan, hingga para difabel Palestina mendapatkan bantuan yang layak secara merata. Mari bersama-sama wujudkan kebahagiaan difabe ldengan cara terbaik versi kita.(izzah/abadi)

Nomor Rekening Bank untuk Donasi:

Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337

  1. A.n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi Donasi:

(Call/SMS/WA): 087864556406

 

Sumber: Anera.org