Aksi Bantuan Kebakaran Tolitoli bersama Abadi

Aksi Bantuan Kebakaran Tolitoli bersama Abadi

Abadi sigap membantu saudara di Tolitoli yang sedang mengalami musibah kebakaran. Hal ini tentu berkat bantuan sahabat di seluruh Indonesia.

infoabadi.orgKabar duka menimpa saudara-saudara kita di Kel. Sidoarjo, Kec. Baolan, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah. Pada (02/02), tepatnya pukul 22.30 WITA terjadi kebakaran hebat di Kompleks Pelabuhan Container dan pemukiman padat.

Api besar dengan cepat menyambar rumah panggung kayu, mayoritas milik nelayan kecil. Berdasarkan data yang dirilis oleh Pemerintah Daerah Tolitoli, ada sebanyak 385 rumah yang terbakar milik 525 KK.

Akibatnya sebanyak 1500 jiwa harus mencari tempat tinggal sementara, saat ini sudah ada pengungsian di beberapa titik yakni di 2 tenda BNBP, tenda masyarakat, dan masjid terdekat. Bagai luntang-lantung di kota orang lain, para pengungsi tidak memiliki bekal apapun untuk memenuhi kebutuhannya. Semua harta benda habis terbakar si jago merah.

Keterangan: Tim Abadi Belanja di Pasar untuk Kebutuhan Para Pengungsi Tolitoli (Dok. Abadi)

Bantuan demi bantuan pun datang, walaupun masih sedikit tapi sudah sangat membantu para pengungsi agar bisa bertahan hidup. Lembaga donasi kemanusiaan Abadi menjadi salah satu yang sigap membantu para pengungsi di Tolitoli. Bantuan itu berupa makanan pokok, minuman, dan beberapa pakaian layak.

Alhamdulillah, berkat bantuan sahabat di seluruh Indonesia, Abadi bisa menjadi lembaga yang sigap dalam membantu saudara yang sedang mengalami musibah. Semoga donasi-donasi yang telah sahabat salurkan dapat menjadi amal jariyah untuk bekal ke surga. Amiin.

Keterangan: Tim Abadi bersama Ibu-Ibu di Pengungsian Menyiapkan Makanan yang Akan Dibangikan Kepada Para Pengungsi di Tolitoli (Dok. Abadi)

Selanjutnya, Abadi mengajak sahabat untuk bersama-sama melakukan 14 hari tanggap darurat. Selama 14 hari ini, ladang kebaikan dibuka seluas-luasnya untuk membantu saudara-saudara yang sedang mengalami musibah di Tolitoli.

Bantuan tersebut bisa berupa gotong royong untuk membersihkan sisa-sisa bangunan yang terbakar dan merapikan kompleks pelabuhan, setelah itu kita bisa membangunkan kembali rumah-rumah panggung kayu untuk masyarakat.

Namun apabila sahabat tidak mampu melakukan hal itu, karena beberapa hambatan seperti jarak dan waktu. Sahabat bisa mengirimkan bantuan lainnya, seperti uang untuk membeli kebutuhan para pengungsi atau bahan makanan, baju layak pakai, selimut, masker, perlengkapan cuci, dan perlengkapan sekolah. (izzah/infoabadi)

Bagi Sahabat yang ingin memberikan bantuan untuk saudara-saudara di Tolitoli, dapat melalui:

BSM (451) 711 7976 337

a.n Amal Bakti Dunia Islam

 

Selanjutnya untuk konfirmasi dan layanan jemput donasi hubungi 085241149040

Suhu Memburuk, Kondisi Pengungsi Palestina Makin Terpuruk

Suhu Memburuk, Kondisi Pengungsi Palestina Makin Terpuruk

Suhu di Palestina semakin hari semakin memburuk, hal ini membuat para pengungsi menjadi semakin sulit. Terlebih mereka hidup tanpa perlengkapan yang mumpuni.

Keterangan: Kondisi Para Pengungsi Palestina Saat Musim Dingin Tiba (Foto: Sahabat Al-Aqsha)

Infoabadi.org – Lembaga donasi kemanusiaan, Amal Bakti Dunia Islam kali ini akan memberikan informasi kondisi Palestina terkini yang sedang mengalami cuaca buruk.

Menjelang akhir tahun, di Palestina sudah mulai terasa tanda-tanda musim dingin yang semakin tampak. Hujan turun, angka suhu pun turun hingga 18°-10° celcius.

Suhu rendah ini membuat para pengungsi Palestina menjadi semakin sulit, karena mereka tidak memiliki perlengkapan cukup khusus untuk menghadapi musim dingin. Jangankan selimut, untuk mendapatkan tempat di kamp pengungsian pun sudah sangat beruntung.

Keterangan: Musim Dingin Di Pengungsian Membuat Warga Terancam (Foto: Republika)

Hidup di pengungsian tidak mudah, mereka harus rela berdesakan dengan alas tidur karpet plastik. Masih beruntung bagi yang memiliki jaket, setidaknya masih sedikit terbantu. Namun bagi mereka yang tidak berbekal apapun dari rumahnya, tidak tahu nasib apa yang akan terjadi pada dirinya.

Selain itu, untuk menghadapi cuaca buruk ini para pengungsi harus mendapatkan makanan yang sehat dan tercukupi. Asupan makanan ini yang akan membantu pertahanan tubuh para pengungsi, sehingga mereka tidak mudah terserang penyakit dan menghangatkan tubuh.

Baca Juga: Mana yang Lebih Diutamakan Donasi Yatim Palestina atau Yatim di Sekitar Kita?

Namun apalah daya, dalam cuaca ekstrim ini justru bantuan kemanusiaan semakin berkurang. Sementara suhu turun semakin cepat, bantuan yang datang ke pengungsian begitu lamban. Hal ini adalah dampak panjang yang dirasakan dari pemotongan bantuan Palestina UNRWA.

Pada tanggal 31 Agustus 2018, pemerintahan Amerika Serikat mengumumkan  penghentian bantuan dana ke badan PBB untuk pengungsi Palestina sebesar US$ 10 juta (Rp 148,8 miliar). Akibatnya, banyak pengungsi yang terancam melewati musim dingin dengan kondisi kurang makanan, listrik, pakaian dan seterusnya.

Keterangan: Karung Bantuan untuk Pengungsi Palestina Berkurang (Foto: Jogja Inside)

Sahabat, jika terus-menerus bantuan bagi para pengungsi Palestina tidak terpenuhi, maka akan terjadi penurunan kualitas hidup orang Palestina.

Tanpa makanan, mereka akan terancam kelaparan. Tanpa pakaian layak, mereka terancam kedinginan. Tanpa pekerjaan, mereka tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tenda-tenda lapuk membuat mereka waspada setiap saat, dan tidak bisa istirahat dengan tenang.

Melihat kondisi seperti itu, apakah mungkin kita tak ingin berbuat apa-apa? Mereka membutuhkan bantuan dari kita sebagai saudaranya. Jika kita tidak memedulikan mereka, lalu bagaimana keadaan mereka?

Bersama Abadi Bantu Hangatkan Musim Dingin di Palestina

Insyaallah, tahun ini Abadi akan menyalurkan bantuan berupa 1000 paket musim dingin untuk Palestina, bersama lembaga Jisr Ta’awun, yakni lembaga kemanusiaan Turki yang menjadi mitra untuk penyaluran donasi.

Bantuan paket musim dingin tersebut akan dikirim kepada para pengungsi Palestina di barak pengungsian Turki. Untuk itu, Abadi mengajak sahabat untuk bersama-sama meningkatkan kepedulian dan mengirimkan donasi kemanusiaan Palestina sekarang juga. (izzah/infoabadi)

  Nomor Rekening Bank:

Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337

a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6455 6406

Setahun Berlalu, Tenda-Tenda Pengungsi Palu Masih Ramai Penghuni

Setahun Berlalu, Tenda-Tenda Pengungsi Palu Masih Ramai Penghuni

Kehidupan warga yang mengungsi pasca gempa di Palu belum usai. Satu tahun berlalu, mereka masih bertahan di bawah tenda-tenda dalam keadaan yang sulit.

Sahabat, kali ini lembaga penyaluran donasi kemanusiaan Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) akan menginformasikan kondisi warga Palu pasca gempa satu tahun yang lalu.

Tidak banyak media yang meliput bagaimana kondisi pengungsi di Palu. Masyarakat luas mengira permasalahan ini sudah selesai. Namun, tahukah sahabat? Ternyata mereka masih menjadi pengungsi dan hidup dalam kesulitan. Berikut kami sajikan informasinya untuk anda.

Banyak Keluarga yang Masih Bertahan di Bawah Tenda Darurat

Keterangan: Ibu Nurlina, Perempuan Paruh Baya Mengisi Air untuk Kebutuhan di Tenda Pengungsian (Foto: Media Indonesia)

Gempa dan tsunami Palu sudah berlalu lebih dari setahun lamanya. Namun, jarak waktu yang cukup panjang tersebut tak serta merta membuat kondisi masyarakat berangsur membaik.

Hari ini, masih banyak keluarga yang masih menjalani hidup di tenda-tenda darurat pengungsian, salah satunya Nurlina. Nurlina (60 tahun) berupaya menikmati hidup di pengungsian dengan keadaan yang cukup sulit.

Beliau harus mengisi air dengan jeriken, ember, atau loyang kosong untuk memenuhi kebutuhan air di pengungsian. Bahkan harus mengangkut air tersebut dari satu tempat ke tempat lainnya, tentu hal ini akan sulit dilakukan oleh wanita paruh baya ini.

Tidak ada harta atau rumah yang tersisa. Beliau tinggal bersama keluarganya di pengungsian dengan mengandalkan bantuan. Namun, jika bantuan tersebut tidak datang, maka Ibu Nurlina dan keluarganya harus berusaha sendiri untuk memenuhi kehidupannya.

Sementara itu, keadaan di Palu belum stabil seperti sebelumnya. Mereka akan kesulitan mencari pekerjaan.

Mayoritas Warga Lebih Memilih Hidup di Pengungsian

Keterangan: Warga Lebih Memilih Tinggal di Pengungsian, Palu (Foto: Regional Kompas)

Bukan hanya Nurlina bersama keluarganya yang bertahan hidup di pengungsian. Warga yang mengalami musibah gempa bumi dan likuifaksi lainnya pun terpaksa masih bertahan untuk hidup di tenda-tenda darurat yang semakin hari semakin aus kondisinya.

Hingga kini, terdapat 251 kepala keluarga atau 1.010 jiwa yang lebih memilih hidup di pengungsian Balaroa, Kecamatan Palu Barat. Kendatipun sejumlah pihak pemerintah dan lembaga kemanusiaan mendirikan bantuan huntara (hunian sementara) di sana, namun jumlahnya belum mencukupi.

Sahabat Abadi, kehidupan tidak selamanya berjalan mulus. Kadang bencana datang menguji setiap diri manusia untuk lebih mengingat Allah. Semoga bantuan untuk para pengungsi di Palu segera terpenuhi dan lebih merata, sehingga mereka dapat menjalani kehidupan dengan baik seperti sedia kala. (izzah/abadi)

 

Salurkan Kepedulian untuk Pengungsi Palu melalui Amal Bakti Dunia Islam

https://infoabadi.org/donasi-abadi/

Atau bisa juga melalui nomor rekening

Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337

a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6455 6406

Giatkan Aksi Peduli Kemanusiaan, Abadi Rutin Kunjungi Pengungsi Sulteng

Giatkan Aksi Peduli Kemanusiaan, Abadi Rutin Kunjungi Pengungsi Sulteng


Sejak diguncang gempa pada September 2018 lalu, ribuan warga Sulawesi Tengah (Sulteng) masih bertahan hidup di pengungsian. Berebut makanan dan krisis air bersih menjadi permasalahan sehari-hari. Pelecehan juga menjadi persoalan baru yang kini marak terjadi.

abadi, Sulawesi Tengah – Kondisi warga dan Sulawesi Tengah (Sulteng) pasca diguncang gempa tahun lalu masih saja mengkhawatirkan. Banyak warga mengeluhkan sulitnya kehidupan di pengungsian. Makanan terbatas, tempat tinggal tak layak. Hal tersebut diperparah dengan bantuan kemanusiaan yang semakin hari semakin berkurang jumlahnya.

Sebagai ikhtiar mendawamkan aksi peduli kemanusiaan, Abadi rutin melakukan kunjungan ke titik-titik pengungsian Sulawesi Tengah setiap dua pekan. Titik yang terakhir kali dikunjungi adalah pengungsian Desa Lero, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, tepatnya pada Rabu (24/07) setelah sebelumnya menyambangi pengungsi di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat dan Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan.

lembaga kemanusiaan
Kondisi salah satu pengungsian korban gempa Palu di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Dok. Abadi)

 

 

 

 

 

 

 

Menyalurkan amanah donatur menjadi agenda utama dalam kunjungan yang rutin dilaksanakan setiap hari Rabu tersebut. Abadi memberikan bantuan pangan sebagai salah satu kebutuhan mendasar bagi para pengungsi.

Baca juga: TATKALA PENGUNGSIAN TAK BERSAHABAT BAGI ANAK DAN PEREMPUAN PALU

Selain itu, Abadi juga tengah berikhtiar membangun hunian lebih layak bagi para pengungsi dengan menghimpun bantuan kemanusiaan dari sahabat dermawan.

lembaga kemanusiaan
Abadi menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi Palu di Kelurahan Balaroa setiap dua pekan. (Dok. Abadi)

 

 

 

 

 

 

 

Aksi peduli kemanusiaan yang tengah digiatkan Abadi tidak saja mengenai kebutuhan jasadiyah (jasmani) para korban, tetapi juga menyentuh ranah pembinaan ruhiyah (rohani) yang dinilai tidak kalah dibutuhkan. Sejak pertengahan Mei 2019, Abadi rutin melakukan pembinaan rohani bagi korban gempa Palu di barak pengungsian Desa Lero, Kecamatan Sindue.

“Dengan kesulitan yang saat ini dihadapi para pengungsi, kita menekankan mereka untuk kembali kepada Allah. Mengikhlaskan apa yang terjadi dan mengikhtiarkan perbaikan diri. Alhamdulillah, hampir semua warga di sini (Desa Lero) ikut dalam pengajian kita (Abadi)” kata Umi Raihana, salah seorang tim Abadi Palu.

Sedikit Lembaga Kemanusiaan Mau Menyentuh Ranah Dakwah

Aksi Peduli kemanusiaan
Aksi peduli kemanusiaan Abadi menyentuh ranah dakwah yang jarang diperhatikan lembaga kemanusiaan lain. (Dok. Abadi)

 

 

 

 

 

 

 

Umi Raihana juga menuturkan, tak banyak lembaga kemanusiaan yang mau menyentuh ranah dakwah di pengungsian Sulawesi Tengah. Padahal, himpitan hidup yang tengah dihadapi pengungsi mengakibatkan mereka rentan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

“Yang saat ini paling menguras perhatian adalah maraknya pelecehan anak di bawah umur” terang Umi. Selain kurangnya pengetahuan keislaman, kondisi pengungsian yang bercampur antara laki-laki dan perempuan juga menjadi penyebab terjadinya kasus tersebut.

Aksi peduli kemanusiaan
Umi Raihana, salah seorang tim Abadi menjadi pembimbing  program pembinaan ruhiyah pengungsi Palu. (Dok. Abadi)

 

 

 

 

 

 

 

“Belum lagi, ada kabar bahwa lokasi perjudian yang dulu berpusat di Petobo kembali di buka di kaki gunung berbatasan Kota Palu dan Kabupaten Sigi” Umi menambahkan.

Mohon doa dan dukungan agar ikhtiar Abadi menggiatkan aksi peduli kemanusiaan, meluaskan kebermanfaatan dan syiar Islam di Sulawesi Tengah selalu diberi kemudahan. (history/abadi)

Tatkala Pengungsian Tak Bersahabat Bagi Anak dan Perempuan Palu

Tatkala Pengungsian Tak Bersahabat Bagi Anak dan Perempuan Palu


Infoabadi.org – Sebagian dari kita mungkin pernah merasakan asyiknya berkemah Sabtu Minggu. Namun bagaimana jika kita diharuskan berkemah, tinggal di bawah tenda hingga berbulan-bulan lamanya? Bukan kesenangan yang didapatkan, melainkan kesulitan dan ancaman.  Hal tersebutlah yang kini tengah dialami para pengungsi Palu.

Dalam hal ini, wanita dan anak-anak menjadi korban yang paling disulitkan. Tak sama dengan para laki-laki, anak-anak dan perempuan memiliki kebutuhan khusus yang tak sederhana.

Kira-kira apa saja kesulitan yang dihadapi anak-anak dan wanita di pengungsian Palu?

  1. Sumber Air Terbatas, Wabah Penyakit Berkembang

Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Bencana yang terjadi di Pasigala (Palu, Sigi, dan Donggala) telah mengakibatkan rusaknya fasilitas air bersih dan sanitasi. Dampaknya, kesehatan pengungsi menurun, dan wabah penyakit berkembang pesat.    

Sampai saat ini sebagian besar pengungsi Palu mengandalkan tangki-tangki air bersih yang dikirim dari pihak pemerintah dan swasta.

  • Minim Bantuan, Kebutuhan Anak Terabaikan

Berada di lokasi pengungsian membuat para ibu yang memiliki bayi harus berupaya keras untuk mendapatkan popok bayi dan susu formula bagi kebutuhan anak mereka.

Seperti dilansir dari Voaindonesia.com, seorang ibu di Petobo mengaku harus berjuang keras mencari susu bagi salah seorang anaknya yang masih balita. Setiap melihat ada bantuan tiba ia akan berupaya mendekat dan menanyakan jika ada susu formula bagi anaknya. Meskipun kebanyakan susu formula yang ada tidak sesuai dengan batas usia anaknya, Risniyanti tetap mengambilnya untuk anaknya yang lain.

Baca juga: KURBAN ABADI UNTUK PARA PENGUNGSI DI INDONESIA DAN PALESTINA

  • Tidak Ada Ruang Privasi Akibatkan Rawan Terjadi Pelecehan

Sejumlah aktivis perempuan mengkritisi penempatan pengungsi di Palu yang tidak membedakan jenis kelamin. Hal tersebut berdampak pada marakanya pelecehan di lingkungan pengungsian.

Dari Oktober 2018 hingga Maret 2019, pemerintah telah menerima 12 laporan pelecehan terhadap perempuan dan anak-anak di sejumlah titik pengungsian.

  • Marak Pernikahan Dini Akibat Terjerat ekonomi

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Palu mencatat, sudah empat kasus pernikahan dini yang dilakukan oleh pengungsi yang melibatkan remaja berumur 15 hingga 17 tahun.

Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab kasus tersebut. Remaja perempuan dinikahkan dengan lelaki yang jauh lebih tua karena dianggap dapat mencukupi segala kebutuhannya.

Sahabat, kasur nyaman yang kita tiduri, makanan lezat yang kita santap, bisa jadi menjadi dambaan saudara-saudara kita di pengungsian. Momentum Iduladha yang sebentar lagi tiba, menjadi saat yang tepat untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka.

Bersama Abadi, mari antarkan kurban ke pengungsian di Palu,Donggala, Lombok, hingga ke Palestina. Sepotong daging yang kita berikan, akan sangat berharga bagi mereka. (history/abadi)

Kontribusi hewan kurban untuk pengungsi di Indonesia:

Sapi: Rp. 15.000.000,- atau Rp. 2.142.857,- (1/7 sapi)

Domba: Rp. 3.500.000,-

Kontribusi hewan kurban untuk pengungsi Palestina:

Sapi  ± 400 kg: Rp 32.550.000,-/ Rp 4.650.000,-(1/7 Sapi)

Domba ± 45 kg: Rp 4.950.000,-

Sedekah Kurban: Tak Terbatas

Kirimkan kontribusi terbaik melalui:

Rekening Bank Syariah Mandiri

(451) 711 7976 337

a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6455 6406