Pohon Zaitun yang Diberkahi Banyak Tumbuh di Palestina

Pohon Zaitun yang Diberkahi Banyak Tumbuh di Palestina

Buah zaitun memiliki banyak sekali manfaat, wajar saja saat ini minyak zaitun sedang ramai di pasaran. Hal ini ada kaitannya dengan keberkahan yang Allah turunkan pada buah zaitun.

infoabadi.orgPohon zaitun merupakan jenis pohon yang unik, ia bisa tumbuh di berbagai daerah dan cuaca. Ada yang tumbuh di terik panas matahari, ada pula yang tumbuh di daerah dingin. Pohon ini mulai berbuah saat umur lima tahun. Di Palestina pernah ditemukan pohon zaitun yang hidup selama ribuan tahun hingga tahun 2000.

Buah zaitun memiliki banyak manfaat, selain buahnya yang enak, kualitas kayu dari pohonnya bagus, keras, dan indah. Buah zaitun juga bisa dijadikan sebagai penyedap makanan yang sangat sehat, karena buah zaitun memiliki kandungan 80% air, 15% minyak, dan 5% protein, karbohidrat dan serat. Selain itu, buah zaitun banyak digunakan sebagai bahan make up atau skin care, karena terbukti sangat baik untuk kulit.

Namun, tahukah sahabat? Bahwa buah zaitun yang memiliki banyak manfaat itu ternyata sudah di sediakan oleh Allah Swt, sebagai buah yang diberkahi dan buah ini banyak tumbuh di Palestina. Berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan informasinya untuk sahabat.

Buah Zaitun Diberkahi Allah Swt.

Keterangan: Anak Palestina (Foto: Save Zaitun 4 Palestine)

Pohon zaitun adalah pohon yang diberkahi Allah Swt dan telah disediakan untuk kebutuhan hidup manusia.  Di mana keberkahannya itu karena pohon zaitun memiliki banyak sekali manfaat baik untuk manusia. Sehingga pohon ini sangat istimewa.

Sebagaimana firman Allah Swt berikut ini:

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon Zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api” (QS. An Nur: 35).

Selain itu, Rasulullah Saw juga menganjurkan makan buah zaitun dan meminyaki rambut dengan minyak zaitun. Dari Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, Rasulullah Saw bersabda: “Jadikanlah Zaitun sebagai idam (makanan pendamping) dan minyakilah rambut dengan Zaitun. Karena ia dari pohon yang berkah.” (HR. Ibnu Majah no.2698, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Pohon Zaitun Banyak Tumbuh di Palestina

Keterangan: Abadi menyumbangkan ratusan bibit pohon zaitun (Foto:Dok. IAI)

Pohon zaitun adalah tanaman pertanian utama di wilayah Palestina. Petani Palestina sebagian besar menanam pohon zaitun untuk memproduksi minyak. Setiap tahunnya, petani  Palestina menyumbang minyak zaitun sabanyak 57% dari 7,8 juta pohon zaitun.

Pada tahun 2014, para petani Palestina menghasilkan 108.000 ton zaitun, kemudian diproduksi menghasilkan 24.700 ton minyak zaitun, dari hasil itu telah menyumbang US $ 10,9 juta dan telah mencukupi 100.000 keluarga.

Selain itu, pohon zaitun merupakan simbol perjuangan rakyat Palestina, sehingga banyak petani di sana yang menanam pohon zaitun dan mempertahankannya.

Bagi rakyat Palestina, pohon zaitun bukan hanya sebagai pohon biasa, melainkan sumber kehidupan dan inspirasi. Selama pohon zaitun berdiri kokoh, maka Israel akan sulit mengalahkan perjuangan Palestina, karena dengan adanya pohon zaitun ketahanan pangan rakyat Palestina akan terjaga. Sehingga tubuh mereka akan tetap kuat dan mampu melakukan perjuangan untuk malawan penjajah Israel. (izzah/infoabadi)

 

Sumber: Hidayatullah, Muslimar.or, Wikipedia

Curahan Hati Petani Palestina Pasca “Deal of Century”

Curahan Hati Petani Palestina Pasca “Deal of Century”

Deal Of The Century atau kesepakatan damai seharusnya disepakati oleh kedua belah pihak dan tidak mematikan satu dengan yang lainnya.

infoabadi.org –  Seorang petani laki-laki sekaligus aktivis politik yang bernama Fareed Tamallah mencurahkan isi hati mengenai keresahannya jika Deal Of The Century (DOTC) yang diusulkan oleh Donald Trump disahkan.

Fareed adalah petani Palestina yang memiliki tanah di Qira, di wilayah Salfit. Wilayah tersebut ada di antara Ramallah dan Nablus yang disebutkan dalam proposal Deal Of The Century akan menjadi wilayah kekuasaan Israel. Itu artinya berarti Fareed dan para petani lainnya akan kehilangan tanah pertaniannya.

Selanjutnya, jika tanah-tanah sumber kehidupan para petani Palestina menjadi milik Israel, bagaimana nasib mereka?  Berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan informasi ini untuk anda.

Petani Palestina Terancam

Ketarangan: Fareed Tamallah bersama Um Ahmad Khdaish seorang petani Palestina yang kehilangan keluarganya (Foto: @fareedtamallah)

Fareed Tamallah berpendapat, bahwa rencana perdamaian antara Israel dan Palestina yang dibuat oleh Trump, sepenuhnya akan menguntungkan pihak Israel. Sebab, dengan adanya Deal Of The Century ini, Trump telah memberi lampu hijau kepada Israel untuk mencaplok pemukiman illegal di Tepi Barat. Kemudian membagi wilayah Palestina menjadi serangkaian tanah air bantu yang dihubungkan oleh terowongan dan jembatan, tanpa strategi yang layak karena sangat berdekatan dengan Palestina.

Dari peta yang direncanakan oleh Trump, semuanya sangat abstrak apakah Palestina akan digabungkan ke Israel, atau akan menjadi pulau yang terisolasi di antara pemukiman Israel? Dalam dua skenario ini, tentu akan menyulitkan para petani untuk mengolah tanahnya. Bahkan, kemungkinan besar para petani Palestina akan kehilangan kesempatan untuk mengolah tanah pertaniannya.

Baca Juga : Aksi Bantuan Kebakaran tolitoli Bersama Abadi

Kenangan Indah Masa Kecil Fareed Tamallah Jadi Petani

Ketarangan: Fareed Tamallah panen buah zaitun bersama keluarganya (Foto: Middle East Eye)

Sejak kecil Fareed sudah terbiasa mengolah tanah pertanian warisan dari leluhur bersama ibunya, karena sumber kehidupannya ada dari hasil tani. Banyak pohon yang ditanam oleh ibu dan ayahnya yang masih berdiri hingga kini di tanah pertaniannya. Sementara tanaman kecil lainnya ditanam oleh Fareed setiap akhir pekan.

Di kebunnya banyak ditanami pohon almond, ara, dan zaitun. Beberapa pohon zaitun itu tumbuh dan berdiri kokoh hingga berusia 700 tahun. Dari sinilah keluarga Fareed bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara khusus.

Baca Juga : Reaksi Jurnalis Eropa Saat Melihat Anak-Anak Gaza

Deal Of The Century Disusun Tanpa Kesepakatan

Deal Of The Century atau Kesepakatan Abad Ini disusun tanpa kesepakatan dari pemerintahan Palestina, atau kepada penduduk Palestina, terlebih kepada para petani yang akan merasakan langsung dampaknya.

Fareed juga mengatakan bahwa, kesepakatan damai sejatinya adalah sesuatu yang bisa disepakati oleh kedua belah pihak untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian. Akan tetapi rencana yang dibuat Trump tidak seperti itu, semuanya hanya akan menguntungkan pihak Israel sementara Palestina sangat dirugikan.

Jika rencana ini diterapkan, maka para petani Palestina tidak akan bisa lagi memasuki wilayah pertanian mereka dan melakukan aktivitas mencari nafkahnya seperti dulu. Hal ini akan menyebabkan kerugian besar dan semakin membuat penduduk Palesgtina menderita.

Sumber: Middle East Eye

Kehidupan Sulit Membelit Anak-anak Yatim Palestina

Kehidupan Sulit Membelit Anak-anak Yatim Palestina

Ada sebanyak 1,5 juta jiwa yatim Palestina yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka tak mendapatkan haknya sebagai anak-anak.

infoabadi.org –   Lebih dari 23.000 anak-anak di Palestina kehilangan ayahnya , karena terbunuh oleh tantara-tentara Israel. Tidaklah mudah bagi anak-anak yatim untuk bisa bertahan hidup di Jalur Gaza. Jalur Gaza yang luasnya hanya 267 km persegi seperti  Kota Jakarta, dengan jumlah penduduk 2 juta jiwa. Namun yang menjadi prihatin, dari jumlah itu, sebanyak 1,5 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan.

Kenapa terjadi kemiskinan di Palestina? Tanah di Palestina dijadikan sebagai wilayah target serangan oleh Israel. Selain itu, di Jalur Gaza diberlakukan pemblokadean oleh Israel. Hal itu membuat aktivitas ekonomi, politik, sosial penduduk Palestina menjadi sulit.

Dampak kemiskinan di Palestina sangat mempengaruhi kehidupan anak-anak yatim di sana, berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina menyajikan informasinya untuk sahabat.

Kurangnya Sumber Makanan Bergizi

 Keterangan: Potret Anak-anak Palestina Mengantri Mendapatkan Makanan (Foto: Islamic Invitation Turkey)

 

Hari demi hari anak-anak yatim Palestina harus bertaruh dengan kondisi terjajah. Mereka sangat kekurangan bahan makanan, jangankan makanan bergizi sempurna, bahkan makanan pokokpun tidak terpenuhi. Terlebih saat bantuan UNRWA semakin berkurang, karena AS menghentikan dana bantuannya kepada Palestina sebesar Rp836 miliar. Sekitar 80 persen keluarga Palestina yang tidak mampu, tidak mendapatkan penghasilan, dan kekurangan gizi.

Kurangnya sumber makanan bergizi berpengaruh besar terhadap kehidupan penduduk Palestina, khususnya anak-anak yatim. Tubuh anak-anak masih dalam proses pertumbuhan, sedangkan makanan bergizi dapat membantu proses tersebut dengan baik dan menjaga kesehatan mereka.

Pendidikan Yatim Palestina Belum Merata

Keterangan: Potret Anak-anak Palestina Pergi Ke Sekolah (Foto:Media Indonesia)

 

Pendidikan menjadi salah satu sektor yang ditargetkan oleh penjajah Israel, agar mereka bisa melemahkan generasi Palestina.  Di Jalur Gaza hanya ada 550.000 anak-anak bisa bersekolah termasuk anak-anak yatim. Itu pun dua pertiga sekolah dipaksa untuk beroperasi secara bergiliran, karena kurangnya bangunan sekolah.

Sebagian besar bantuan pendidikan hanya diberikan kepada anak-anak yang benar-benar tidak mampu saja, itu pun belum terdata seluruhnya. Kementrian pendidikan di Palestina menghadapi kekurangan bantuan dana sekolah, selain itu mereka juga kekurangan 800 guru dan staff administrasi. Sementara mereka berjuang untuk menutupi gaji guru  yang defisit hingga US $ 300.000 atau sekitar Rp 4.096.350 per bulan.

Sahabat Abadi, begitulah kondisi sulit yang dirasakan oleh anak-anak yatim di Palestina. Mereka membutuhkan dukungan dari kita semua. Mari kita tingkatkan doa-doa terbaik untuk mereka, dan mulai sekarang belajar berikhtiar untuk memberikan donasi kemanusiaan kepada mereka. Semoga kelak kehidupan anak-anak yatim Palestina bisa berubah lebih baik. (izzah/infoabadi)

 

Sumber: BBC Indonesia, CNN Indonesia, Occupied Palestinian Territory

Israel Tempatkan Anak-Anak Palestina di Kandang Saat Musim Dingin

Israel Tempatkan Anak-Anak Palestina di Kandang Saat Musim Dingin

Selama badai musim dingin di Palestina, Israel menempatkan tahanan Palestina termasuk anak-anak di kandang besi luar fasilitas bangunan.

 

infoabadi.orgSejak tahun 2015, sudah ada lebih dari enam ribu anak-anak Palestina yang ditangkap oleh tentara Israel, kemudian mendapatkan interogasi dan ditahan.

Praktik mengejutkan lainnya, Israel menempatkan anak-anak tahanan Palestina tersebut di kandang besi saat musim dingin. Hal tersebut disorot dalam pernyataan kelompok advokasi Komite Publik Menentang Penyiksaan di Israel (PCATI) dan dibahas oleh parlemen Israel, Knesset.

Bagaimana kisah anak-anak tahanan Palestina yang ditahan di kandang besi saat musim dingin? Lembaga donasi kemanusiaan, Abadi menyajikan informasinya untuk anda!

Kandang Besi Sebagai Tempat Tinggal Tahanan

Keterangan: Anak-anak saat ditahan di penjara Israel(Foto: Cinta Yati)

Pada saat musim dingin datang, dua pengacara Palestina mengunjungi tahanan Israel yang diisi oleh orang-orang Palestina. Di dalamnya terlihat pemandangan yang mengejutkan. Saat tengah malam, puluhan tahanan dipindahkan ke kandang besi yang berada di luar fasilitas bangunan tahanan tersebut. Di kandang tersebut, para tahanan terpapar oleh cuaca dingin yang mencekam ditambah turunnya hujan.

Pembela umum tahanan Palestina meluncurkan permohonan darurat ke berbagai badan resmi di Palestina, termasuk kementerian kehakiman untuk mencegah kejahatan kemanusiaan dalam tahanan Israel. Lebih jahatnya lagi, di dalam kandang tersebut juga terdapat anak-anak di bawah umur.

Menteri kehakiman Israel segera memimta kepada Menteri Keamanan Publik Yitzhak Aharonovitch, untuk mengakhiri praktik tersebut. Masalah ini pun dibahas dalam komite petisi publik parlemen Israel, bahwa penangkapan dan kondisi di penahanan anak-anak Palestina telah melanggar hukum Israel dan internasional.

Anggaplah Permasalahan ini Serius

Keterangan: Anak-anak Palestina tidak hanya di tahan, tapi juga menerima tindakan kriminal oleh tentara Israel(Foto: World Bulletin)

Mengingat berbagai pelanggaran yang telah dilakukan oleh Israel, permasalahan tersebut harus segera diakhiri. Masyarakat luas harus melihat kasus tahanan di Israel sebagai penindasan yang dilakukan oleh kolonial untuk mengontrol dan menguasai tanah Palestina.

Akibat dari permasalahan tersebut anak-anak Palestina akan semakin tertekan, kehilangan masa kanak-kanak dan bahkan masa depan. Maka tindakan Israel harus dihentikan, dengan bersama-sama menganggap permasalahan ini serius.

Ketika permasalahan sudah dianggap serius, selanjutkan dunia harus mencari cara aksi konkret untuk menghentikan tindakan Israel. Bukan hanya sekedar pernyataan kecaman dan menolak keputusan sewenang-sewenang mereka.(izzah/infoabadi)

 

Sumber: Electronic Intifada

Anak-Anak Pelosok Rangkap Status ‘Siswa’ Sekaligus ‘Pekerja’

Anak-Anak Pelosok Rangkap Status ‘Siswa’ Sekaligus ‘Pekerja’

Anak-anak pelosok bisa sekolah karena harus bekerja. Padahal bekerja di usia dini tidak baik bagi kesehatan mental dan fisik.

infoabadi – Data statistik tahun 2018 melaporkan, bahwa para pekerja di usia anak-anak mencapai angka 981,9 ribu atau 2,65 persen dari total anak usia 5-17 tahun. Data tersebut didominasi oleh anak-anak dari pedesaan atau pelosok negeri.

Masa anak-anak adalah waktunya untuk belajar, bermain, dan mencoba banyak kreativitas tanpa suatu paksaan baginya untuk melakukan. Sedangkan bekerja di usia anak-anak akan berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik dan mental karena menghambat perkembangan mereka.

Lalu bagaimana dengan anak-anak pelosok yang merangkap status sebagai siswa sekaligus sebagai pekerja?

Keterangan: Anak-Anak Bekerja di Ladang (Foto: BBC)

Anak-anak yang hidup di wilayah pelosok sebagian besar kehilangan masa bermain, karena mereka harus bekerja membantu orang tua atau di tempat lain. Kondisi seperti itu menimbulkan sejumlah masalah seperti penuaan dini, kekurangan gizi, depresi, dan anak-anak menjadi tidak fokus pada pendidikan.

Melihat hal tersebut, hak anak-anak terenggut karena pekerjaan. Padahal mereka harus bertumbuh dengan baik, belajar banyak hal, serta mampu menggapai setiap apa yang dimimpikan.

Bekerja di usia anak-anak juga merupakan bentuk eksploitasi yang dilarang oleh pemerintahan. Hal ini karena lebih banyak dampak buruk dari pada manfaat yang didapatkan. Sejatinya anak-anak adalah makhluk yang harus mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus demi membantu tumbuh kembangnya.

 

Baca Juga: 5 Manfaat Zonasi Tak Dirasakan Siswa Pedalaman 

Keterangan: Siswa MI Darul Islah Sedang Berjalan (Foto: Fathul Rakhman)

Anak-anak di seluruh negeri ini tentu menginginkan hidup bahagia dan dapat mengejar mimpinya ingin menjadi apa saja tanpa ada hambatan yang berat. Akan tetapi nasib setiap orang berbeda, dan kenyataan tidak sama dengan yang diharapkan.

Siswa MI Darul Islah Jadi Pekerja

 

Di Lombok Tengah, siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah pun merasakan hal tersebut. Pendidikan mereka kurang fokus dan efektif karena di luar jam sekolah harus bekerja. Tidak ada waktu untuk bermain atau mengulang kembali pelajaran yang sudah diterima dari sekolah.

Selain itu, kemungkinan mereka tidak fokus saat belajar di sekolah karena ada sesuatu yang mengganjal tentang pekerjaanya.

Sahabat Abadi, keadaan itu harus kita selesaikan bersama. Sebagai saudara satu bangsa kita harus menolong mereka agar mendapatkan haknya kembali menjadi seorang anak.

Mari kita bantu siswa-siswi MI Darul Islah, Kampung Montong Ajan, Lombok Tengah agar mendapatkan pendidikan yang baik. Sahabat bisa donasi bersama Abadi!(izzah/abadi)

Sumber: Gajimu

Serangan Israel Lukai Anak-anak Sekolah di Hebron dan Nablus

Serangan Israel Lukai Anak-anak Sekolah di Hebron dan Nablus


Infoabadi.org –  Ahad (14/04) pasukan Israel menyerang sejumlah siswa di Kota Hebron dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka juga menembakkan gas air mata serta bom suara ke arah anak-anak tersebut. Tak cukup sampai di situ, pasukanIsrael menembakkan gas ke arah orang tua siswa yang berusaha melerai dan melindungi anaknya.

Sebuah sumber lokal Palestina juga menyebutkan pasukan Israel juga menyerang sekolah Tariq bin Ziyyad di Hebron yang menyebabkan sejumlah siswa dan staf sekolah lemas tak berdaya.

sekolah palestina

Serangan tersebut sering kali dialami siswa-siswa di Hebron, di mana warga Palestina dan para pemukim tinggal berdekatan. Sekitar 800 pemukim Israel yang terkenal agresif hidup di tengah 30.000 warga Palestina di Hebron. Sadar bahwa mereka menjadi minoritas, pemukim Zionis selalu mendapat pengawalan ketat dari pasukan keamanan.

Baca juga:
Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Selama tahun 2018, setidaknya terjadi 20 kali serangan sekolah di Hebron dengan alasan dan tuduhan tak berdasar.

Di hari yang sama, Israel juga menyerang sebuah sekolah di Desa Urif, Distrik Nablus.  Belasan siswa mengalami sesak bahkan di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit akibat tak mampu ditangani petugas medis yang terjun ke lokasi.

Tak ada tempat yang aman untuk anak-anak di Palestina. Rumah-rumah dihancurkan, taman bermain diserang, sekolah-sekolah menjadi sasaran. Mereka yang hanya duduk, menulis dan mendengarkan perkataan gurunya, tiba-tiba diserang hingga terluka. (history/abadi)

Sumber: Maannews.com, Palestinechronicle.com

UNICEF: 2 Juta Anak Yaman Tak Bisa Bersekolah

UNICEF: 2 Juta Anak Yaman Tak Bisa Bersekolah

Abadi, Yaman – Lima tahun belakangan menjadi hari-hari yang kelam bagi anak-anak Yaman. UNICEF ( Badan perlindungan Anak Internasional) mengungkap datanya  bahwa sebanyak dua juta anak Yaman tak dapat mengenyam bangku pendidikan.  Ada bangunan sekolah tapi tidak ada kegiatan belajar mengajar di dalamya. Bangunan sekolah yang lain bahkan sudah luluh lantak tak bisa lagi dipakai.

Dalam cuitan di akun resminya, UNICEF mengatakan bahwa satu dari lima sekolah di Yaman telah hancur atau telah beralih fungsi menjadi pengungsian atau markas militer.

Yamana
Anak-anak yang terkena dampak perang Yaman membawa makan siang geratis yang disediakan pusat dstribusi makanan bagi pengungsi pada 03 November 2018 di Sana’a, Yaman. (Sumber: Middle East Monitor)

Mereka juga tak bisa memanfaatkan teknologi untuk sekedar mencari informasi. “Tidak ada internet, tidak ada komputer, dan tidak ada televisi,” cerita Ahmad (9), salah satu anak pengungsi di Kota Sana’a.

Kisah Ahmad yang dikabarkan Aljazeera itu menjadi gambaran tentang bagaimana kejamnya perang Yaman merampas masa kecil anak-anak Yaman yang seharusnya indah.

 

Baca juga: Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-Haknya

 

Orang tua Ahmad mengisahkan, perang yang telah berlangsung hampir lima tahun itu membuat anak-anak terganggu emosionalnya “Ayahnya mencoba untuk membuat Ahmad bermain dengan anak-anak lain sesama pengungsi, tetapi ibu mereka mengatakan, suara bom dan (kondisi) kemiskinan juga mengganggu emosi anak-anak,” tulis Al Jazeera.

Informasi Dunia Islam
PBB menyebutkan hampir setengah dari polusai penduduk Yaman dilanda kelaparan. (Hani Mohammed/AP)

Sejak perang terjadi di Hodeidah Juni 2018 lalu, keluarga Ahmad memutuskan untuk pindah ke Sana’a, kota yang berjarak 250 kilometer dari Hodeidah. Selama di Sana’a, mereka tinggal di sebuah ruang sekolah yang kini menjadi tempat pengungsian warga.

Tak hanya anak-anak, perang yang makin pelik juga terus mengancam keselamatan warga sipil lainnya. Menurut PBB, empat belas juta orang, atau hampir setengah dari polusai penduduk Yaman dilanda kelaparan. Dua puluh dua juta lainnya hidup bergantung pada bantuan kemanusiaan. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor, Aljazeera

Apa Kabar Saudara-saudara Kita di Lombok?

Apa Kabar Saudara-saudara Kita di Lombok?

ABADI, Lombok – Bencana yang acap kali terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, seolah menenggelamkan isu Lombok yang ternyata masih belum pulih pasca gempa yang mengguncangnya awal Agustus 2018 lalu.

Sudah lebih dari tiga bulan korban gempa Lombok harus tinggal di tenda pengungsian. Sementara hujan mulai datang, Hunian Sementara (Huntara) yang dijanjikan pun belum juga terealisasi. Tenda-tenda sederhana pun menjadi pelindung utama para korban gempa.

Produksi rumah instan sederhana sehat ( risha) bagi korban juga masih jauh dari target. Berbagai kendala teknis dan administrasi menjadi salah satu kendala terhambatnya pembangunan, sebagaimana dilansir dari Kompas.

Bencana Alam Lombok - Infoabadi
Sehari setelah gempa warga korban gempa Lombok masih berjaga-jaga di malam hari, khawatir gempa susulan besar terjadi (Sumber: Liputan6.com)

Gempa yang mengguncang Lombok beberapa waktu lalu mengakibatkan 75.000 unit rumah warga rusak. Dari jumlah tersebut, hanya 40 persen atau sekitar 30.000 unit yang diizinkan pemiliknya untuk dibangun kembali dengan menggunakan teknologi Risha.

Sejumlah Warga Masih Dihantui Trauma

100 hari berlalu luka fisik mungkin sudah kembali pulih, namun trauma masih terus menghantui. Seperti penuturan salah satu warga Lombok, Budi Wicaksono. Guru di SMA N 1 Bayan, Lombok Utara ini mengatakan gempa yang terjadi tiga bulan lalu membawa trauma panjang baginya. Apalagi, tiga siswanya menjadi korban tewas dan seorang siswa lainnya diamputasi salah satu kakinya.

“Sewaktu gempa dia sedang di pantai. Kakinya terjepit antara beton jembatan dan jalan, harus diamputasi. Dia sudah sekolah sekarang, dan penuh semangat,” kata Budi.

Bencana gempa Lombok - infoabadi
Tenda pengungsian keluarga Budi Wicaksono di Bayan, Lombok Utara. foto Budi Wicaksono. (Sumber: Voa Indonesia)

Lombok masih berduka, trauma dan tangis masih terdengar di mana-mana. Ribuan rumah hancur dan memaksa warga tinggal beratapkan tenda, yang tak cukup melindungi dari terikknya siang atau menusukknya suhu malam.
Masyarakat Lombok belum mampu melepas pulih dengan kakinya sendiri. Tak ada pekerjaan, atau pun penghasilan. Kepedulian dan dukungan dari saudara-saudara masih sangat dibutuhkan masyarakat Lombok (history/abadi)

Sumber: Kompas, Voa Indonesia