Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Abadi, Palestina– Belum ada tanda-tanda pasti konflik yang kini terjadi di Palestina akan mereda. Dari Yerusalem, Tepi Barat sampai Gaza, ketegangan masih terus saja terjadi. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak sebagai kaum lemah juga ikut terkena dampaknya.  Hak-hak sebagai anak yang wajib dilindungi dan dipenuhi seolah sengaja diabaikan, termasuk kebutuhan pendidikan.

Menteri Pendidikan dan Pengajaran Tinggi Palestina, Sabri Saydam pada Rabu (5/12/2018) mengatakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di Jalur Gaza, setidaknya dibutuhkan  123 bangunan sekolah baru.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Hal tersebut beliau sampaikan  dalam diskusinya dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, Mufid Hasayinah.

Tak hanya itu, anak-anak di Jalur Gaza membutuhkan bangunan sekolah yang layak. Baik dari struktur bangunan, kesehatan, hingga ketersediaan fasilitas penunjang. Saat ini sekolah-sekolah di Jalur Gaza masih sangat jauh dari kata layak.

Sulitnya Mendapatkan Pendidikan Di Gaza

Konflik Palestina dan Israel yang telah berlangsung lama, mengakibatkan sekolah-sekolah di Jalur Gaza hancur. Penutupan serta penyerangan ke sekolah-sekolah dengan dalih yang tak jelas juga kerap kali dilakukan pasukan pendudukan.

Seolah takut akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak Palestina, Israel berupaya melemahkan sektor pendidikan di sana.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

“Israel ingin semuanya dibawah kendali mereka, mereka ingin benar-benar mempengaruhi pendidikan sehingga dengan mudah bisa mengendalikan generasi penerus Palestina” ujar Muna Ateeq pendiri sekolah Zahwat Al-Quds dalam Al-Jazeera.

Saat ini Palestina memiliki 3 jenis sekolah, yaitu sekolah swasta, sekolah negeri, dan sekolah pemerintahan Palestina. Dalam upaya Yahudisasi, Zionis telah menyortir kembali buku-buku yang menggunakan kurikulum Palestina dan menggantinya dengan kurikulum Israel.

Setiap insan di dunia berhak memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Namun kenyataannya, kenyamanan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Palestina seolah terenggut dengan semua konflik politik yang terus terjadi. (history/abadi)

 

Sumber: Palinfo, Aljazeera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *