Siswa Korban Gempa Lombok Harus Bertahan dengan Sekolah Tendanya

Siswa Korban Gempa Lombok Harus Bertahan dengan Sekolah Tendanya

Keterangan Foto: HARI PERTAMA SEKOLAH: Sulihi, mengajar muridnya di sekolah darurat buatan warga di lapangan pengungsian Desa Duman, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Senin (27/8). Hari pertama sekolah pascagempa masih dilaksanakan di luar gedung. (Sumber Foto: Jawa Pos)

Lombok–Rangkaian gempa yang terjadi di Lombok sejak  Juli lalu tentu menyisakan trauma mendalam pada masyarakat Lombok, terutama anak-anaknya. Peristiwa yang pastinya tak mereka inginkan itu telah mengguncangkan nyamannya masa kecil mereka. Meski begitu, semangat dan cita-cita anak-anak Lombok untuk menuntut ilmu tak pernah redup.

Senin (27/08), menjadi hari pertama anak-anak korban gempa Lombok memulai sekolah di tempat barunya. Tempat yang jauh dari kata layak karena hanya beratapkan tenda yang sebenarnya tak cukup melindunginya dari terik.

Seperti yang terjadi pada anak-anak SDN 02 Rakam, Lombok Timur. Setelah melewati liburan sekolah yang cukup berat, siswa sekolah tersebut harus belajar di tenda-tenda yang  dibuat di halaman sekolah. Rangkaian gempa yang ikut mengguncangkan sekolahnya, mengakibatkan lima dari sembilan ruang kelas hancur, tak bisa lagi digunakan.

“Delapan rombel (rombongan belajar) belajar di tenda,” tutur Kepala Sekolah SDN 02 Rakam, Karmiati, Rabu (29/8/2018) dalam Liputan6.com. Meski begitu, tawa, riang, canda masih menghiasi aktivitas  belajar mereka di tenda.

Belajar dalam tenda tidak hanya dialami murid SDN 02 Rakam. Banyak murid di Lombok yang mengalami nasib serupa karena bangunan sekolah  mereka rusak akibat gempa. Misalnya, di SDN 2 Obel-Obel, Kabupaten Lombok Timur. Di sana terdapat dua tenda yang dimanfaatkan enam kelas siswa. Satu tenda milik kepolisian diisi kelas V dan VI. Sementara itu, siswa kelas I-IV memenuhi tenda hasil sumbangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seperti yang dilansir Jawa Pos.

Anak-anak tersebut terbilang cukup beruntung karena bisa kembali bersekolah. Kadikbud Kabupaten Lombok Timur mengungkapkan banyak sekolah yang belum bisa kembali memulai aktivitas belajarnya. Selain minimnya jumlah tenda, sejumlah sekolah juga masih ditempati tenda-tenda pengungsian milik masyarakat.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebanyak 556 unit sekolah rusak akibat gempa Lombok. Dari jumlah tersebut 235 sekolah rusak parah dan tak bisa lagi digunakan.

Tenda mungkin kini menjadi sesuatu yang sangat akrab bagi anak-anak Lombok. Tak hanya sekolahnya, tenda-tenda pengungsian pun kini menjadi satu-satunya tempat yang bisa mereka tinggali. Kira-kira apa yang mereka tuliskan di buku Bahasa Indonesia tentang cerita libur panjangnya? (history/abadi)