Impian Anak Palestina Dari Bilik Pengungsian

Impian Anak Palestina Dari Bilik Pengungsian

infoabadi.org – Merajut mimpi dalam lingkungan kamp pengungsian menjadi sebuah kenyataan pahit yang harus dilalui anak-anak Palestina yang menjadi korban kekejian penjajah Israel. Berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi mengulas sebuah curahan hati tentang impian anak pengungsi Palestina di Jalur Gaza.

Keberanian dan Tekad Anak Pengungsi Palestina

(Keterangan: Seorang anak dari kamp pengungsi Alnusierat di Jalur Gaza./foto: Palestinechronicle )

Tidak seperti kebanyakan anak lain di usianya, Yara Jouda (15 tahun) sudah berjuang hidup dalam kamp pengungsian di Jalur Gaza, Palestina. Dirinya memiliki mimpi mengarungi dunia untuk mengabarkan tentang mimpi anak-anak Palestina dan kondisi rakyat di sana.

Keberanian Yara Jouda didasari atas keresahannya selama ini melihat begitu banyak teman-teman seusianya yang harus terbunuh tanpa dosa. Padahal, anak-anak seharusnya memiliki banyak kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kondusif agar menunjang pertumbuhannya.

“Banyak teman-teman saya yang bercita-cita untuk menjadi dokter agar dapat merawat rakyat Palestina yang menjadi korban kejahatan Israel. Tidak sedikit pula yang memiliki mimpi untuk menjadi pejuang syahid melawan Israel. ” ujar Jouda.

Baca juga: Curahan Hati Petani Palestina Pasca “Deal Of The Century”

Membuka Mata Dunia

(Keterangan: Seorang anak Palestina merangkak ketika anak-anak lain melihat keluar dari rumah keluarga mereka di Kamp pengungsi/ foto: Aljazeera)

Jouda berulang kali meyakinkan bahwa mata dunia harus terbuka dengan penjajahan ini. Kejahatan yang terjadi di Palestina adalah tentang tragedi kemanusiaan yang sejatinya harus mengusik nurani setiap jiwa.

Konflik bersenjata antara Israel dan Palestina yang berkepanjangan meninggalkan banyak ingatan pahit bagi setiap anak yang ada di sana. Menyaksikan roket-roket bagai berselancar di udara, kemudian jatuh tepat di atas rumah tetangga, menimbulkan ingatan buruk yang akan terus terkenang sepanjang masa.

Namun, selama mimpi serta cita-cita mereka masih ada, harus dijaga nyala apinya, agar kelak semakin banyak yang tergerak untuk mendukung kemerdekaan yang sebenar-benarnya.

Perjuangan anak-anak Palestina dalam meraih mimpinya tentu akan menjadi sebuah titian jalan panjang. Kendati demikian, selama kebenaran terus disuarakan, maka nyala harapan akan menemui keniscayaan. (I-tari/infoabadi)

Sumber: Palestine Chronicle

Masalah Baru Pengungsi Lombok: 117 Orang Terjangkit Malaria Termasuk Bayi dan Ibu Hamil

Masalah Baru Pengungsi Lombok: 117 Orang Terjangkit Malaria Termasuk Bayi dan Ibu Hamil

Lombok–Prajurit TNI bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Daerah Lombok Barat melaksanakan fogging di sekitar pengungsian warga di Desa Balai Luwu, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Lombok Barat. (Foto: Kabar Indo Timur)

Gempa yang menghujam Lombok beberapa waktu lalu, ternyata tak hanya mengakibatkan masyarakatnya kehilangan harta benda. Wabah penyakit malaria kini menjadi masalah baru yang menghantui para pengungsi terdampak gempa di Lombok.

Tercatat 117 pengungsi di Lombok Barat, termasuk di antaranya bayi dan ibu hamil dinyatakan terjangkit Malaria.

Wabah yang mulanya hanya ada di dua desa yaitu Desa Bukit Tinggi dan Desa Mekar Sari, kini menyebar hingga ke sepuluh desa. Seperti itulah penuturan dari Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat, Rahman Sahnan Putra.

Penularannya terbilang cepat, terlebih jika daya tahan tubuh lemah, maka penyakit tersebut mudah menjangkit pengungsi.

Prajurit TNI bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Daerah Lombok Barat melaksanakan fogging di sekitar pengungsian warga di Desa Balai Luwu, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Lombok Barat. (Foto: Kabar Indo Timur)

Malaria tentulah bukan wabah yang bisa disepelekan atau ditunda penanganannya. Penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit Plasmodium  ini, memang sering menjangkit sejumlah area dengan lingkungan yang tidak sehat.

Sejauh ini, kelambu, fogging, dan  cairan anti gigitan nyamuk menjadi solusi sementara untuk mencegah wabah penyakit semakin meluas.

Dilansir dari Tribun News, diperlukan sekitar 8-10 ribu kelambu untuk melindungi seluruh pengungsi di Lombok Barat dari gigitan nyamuk malaria. Sampai saat ini, hanya sekitar dua ribu kelambu yang mampu diberikan pemerintah daerah.

Pemerintah Daerah Lombok Barat tidak dapat memenuhi kebutuhan kelambu, diakrenakan hal tersebut  membutuhkan anggaran dan logistik dalam jumlah besar.

Di sisi lain, wabah malaria yang menyerang pengungsi sudah memasuki kategori darurat.

Tenda darurat di untuk pelayanan kesehatan di Lombok. (Sumber Foto: Tribun News)

Kemualiaan hati dari para donatur memang sangat dibutuhkkan masyarakat Lombok saat ini. Terlebih kita adalah saudara seiman, seibu pertiwi, yang tak mungkin tak terenyuh mendengar kabar kesulitan saudaranya.

Semoga Allah senantiasa memudahkan kita dalam setiap jalan amal menuju kemuliaan. (history/abadi)

Sumber: Harapan Amal Mulia