5 Manfaat Zonasi yang Tak Bisa Dirasakan Siswa Pedalaman

5 Manfaat Zonasi yang Tak Bisa Dirasakan Siswa Pedalaman

Sistem zonasi seharusnya mampu menjangkau seluruh pelosok negeri,  ternyata masih banyak siswa yang belum merasakannya.

infoabadi.org – Pada tahun 2015 anggaran negara yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk dana pendidikan sebesar 20% dari seluruh anggaran negara, atau jika dirupiahkan sebesar 390,3 triliun. Dana tersebut dibagi ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia sebagai pemenuhan bantuan pendidikan.

Zonasi dilakukan untuk dapat mengefektifkan pelaksanaan pemerataan dana bantuan pendidikan. Sistem tersebut diterapkan bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Akan tetapi sistem sistem zonasi belum terealisasikan dengan baik, karena manfaat zonasi tidak dirasakan oleh anak-anak di pedalaman. Sebenarnya apa saja manfaat sistem zonasi yang belum dirasakan oleh siswa di pedalaman?

1. Layanan Pendidikan yang Merata

Keterangan: Sekolah di Pedalaman Papua (Foto: Kompasiana)

Layanan pendidikan yang merata sangat penting dan dibutuhkan oleh semua anak bangsa. Kemendikbud memfokuskan dana pendidikan untuk wilayah-wilayah yang belum memiliki sekolah berkualitas.

Namun para siswa di pedalaman belum merasakan meratanya pendidikan tersebut, padahal penerapan zonasi ini seharusnya dapat mempercepat pelaksanaan pemerataan dana, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk menciptakan sekolah-sekolah yang baik di wilayah yang sulit terjangkau sekalipun.

 

2. Akses Menuju Sekolah yang Lebih Dekat

Keterangan: Anak-Anak Harus Berjalan Jauh Menuju Sekolah (Foto: Geotimes)

Sistem zonasi diciptakan agar dapat memudahkan para siswa dalam menempuh perjalanan ke sekolah yang lebih dekat. Dengan demikian, tak ada lagi anak-anak yang harus menempuh jarak jauh untuk pergi ke sekolah, terlebih jika tidak ada transportasi.

Namun, hingga kini masih ada saja siswa di pedalaman yang harus menempuh perjalanan jauh dan penuh tantangan untuk menuju ke sekolahnya.

Baja Juga: 11 Tahun Perjuangan Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah Lombok

3. Kesempatan untuk Menjadi Sekolah Favorit

Keterangan: Kualitas Sekolah di Pedalaman Belum Cukup Baik (Foto: Suara Pemred Kalbar)

Sasaran utama yang di fokuskan yang di dapatkan dari sistem zonasi adalah wilayah-wilayah yang belum memiliki sekolah berkualitas dan jauh dari kota. Sistem zonasi diharapkan dapat menciptakan kualitas sekolah yang merata karena siswa-siswa unggulan dapat disebarkan di bebagai sekolah.

Namun, bagaimana di pedalaman?

Di pedalaman, sekolah saja masih sedikit. siswa nya itu-itu saja, gurunya pun sangat terbatas. Lalu kesempatan untuk menjadikannya sekolah favorit itu kecil sekali karena kesempatan untuk menyebarkan anak-anak unggulan di berbagai sekolahnya tidak ada.

 

4. Mengembangkan Daya Saing Pendidikan

Keterangan: Siswa di Pedalaman Belum Mampu Bersaing dalam Pendidikan (Foto: Regional Kompas)

Saat sistem zonasi berjalan, maka kesempatan untuk mengembangkan potensi daerah lebih besar, kenapa? karena potensi daerah itu sendiri bisa digerakan melalui pendidikan

Namun sistem tersebut bagi daerah pedalaman tidak berpengaruh banyak, karena siswa datang dari berbagai tempat jauh membuat potensi daerahnya banyak. Hal ini tidak efektif untuk mengembangkan potensi yang berbeda-beda.

Selain itu, kurikulum yang diajarkan di sekolah pedalaman kualitasnya jauh lebih rendah dari pada sekolah di kota. Sedangkan materi ajarnya perlu pengembangan dan masih menjadi PR bersama. Untuk itu sebelum membicarakan potensi daerah, alangkah lebih baik untuk membenahi terlebih dahulu kualitas bahan ajarnya

5.Mengembangkan Daya Saing Pendidikan

Zonasi seharusnya membuat anak-anak mendapatkan takaran pendidikan yang sama antara kota maupun desa. Hal ini akan memberikan kesempatan baik bagi anak-anak untuk dapat berdaya saing dalam pendidikan.

Namun siswa dari pedalaman belum mampu menghadapi persaingan di bidang pendidikan, karena bahan ajar yang mereka terima belum setara dengan sekolah yang ada di kota.

Kelima manfaat zonasi tersebut pada kenyataanya belum dapat dirasakan oleh anak-anak di pedalaman. Seperti Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah, Kampung Montong Ajan, Lombok Tengah yang hingga kini belum merasakan perubahan apapun, setelah adanya kebijakan sistem zonasi.

Keterangan: Anak-Anak Sedang Belajar di Ruang Kelas MI Darul Islah (Foto: Fathul Rakhman)

Kondisi MI Darul Islah hingga kini masih memprihatinkan, selain bangunan hanya setengah jadi, tanpa pintu dan jendela. Para siswa yang ingin bersekolah pun harus berjalan jauh.

 

Bantu Anak-Anak MI Darul Islah Rasakan Pendidikan Lebih Baik

Keterangan: Ruang Kelas MI Darul Islah di Kampung Batu Payung, Lombok Timur (Foto: Fathul Rakhman)

seharusnya zonasi bertujuan untuk membuat bantuan pendidikan tersebar secara merata. Akan tetapi, tujuan tersebut belum tercapai di sekolah-sekolah pedalaman.

Meskipun demikan, kita tak perlu menunggu kebijakan baru dan perbaikan sistem untuk membantu mewujudkan sekolah berkualitas di pelosok negeri bukan? Sebab, setiap dari kita dapat sigap bergerak dan memberi manfaat kepada siapa saja.

Abadi mengajak sahabat untuk bersama-sama membangun MI Darul Islah di Kampung Montong Ajan, Lombok Tengah. Agar siswa di sana bisa merasakan fasilitas pendidikan dengan baik.(izzah/infoabadi)

Sumber: Pelayanan Publik, Tribun Bisnis

 

anda dapat donasi melalui link berikut

https://infoabadi.org/donasi-abadi/

Nomor Rekening Bank:

Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337

A.n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6455 6406

11 Tahun Perjuangan Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah, Batu Payung, Lombok

11 Tahun Perjuangan Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah, Batu Payung, Lombok

Asalamualaikum orang baik, perkenalkan, mereka adalah siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Islah.

Klik di sini untuk DONASI

Hari begitu panas, tanah tandus, sumur-sumur mengering, namun tidak mengeringkan semangat anak-anak Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islah untuk bersekolah.

Di ruang kelas yang sederhana itu anak-anak sangat antusias menangkap pelajaran dari gurunya, meski sebenarnya tidak ada alat bermain di sekolah itu. Satu-satunya benda istimewa adalah lemari plastik hasil dari patungan para guru.

Mungkin harganya tidak mahal. Namun bagi para guru yang juga merangkap petani, dengan honor Rp 500.000 (untuk enam bulan), menjadi barang paling berharga untuk menyimpan buku pelajaran ussang, tanpa kunci, karena tidak ada barang lain yang harus di jaga.

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islah terletak di Kampung Batu Payung, Desa Montong Ajan, Lombok Tengah. Berbatasan dengan Nambung (Desa Buwun Mas, Lombok Barat).

Jika bediri dari atas bukit akan tampak pantai yang memanjang dari Pengantap hingga Selong Belanak. Dari bukit tandus terlihat pantai pantai berpasir putih.

Madrasah Nurul Islah sudah berdiri sejak 9 Juni 2008. Saat ini memiliki 6 rombongan belajar, dengan total 30 siswa (10 siswa dan 20 siswi)

Dengan jumlah siswa puluhan itu, Madrasah Nurul Islah hanya memiliki 3 ruang kelas  dan 3 guru yang statusnya honorer.

Pendirinya bernama Marium, warga asli Kampung Batu Payung. Sekolah ini dibangun karena sekolah SD terdekat jaraknya sangat jauh. Tidak semua orang tua punya kendaraan untuk mengantar anaknya ke sekolah. Jadi para orang tua sepakat, untuk mendirikan sekolah di kampung dengan 59 KK tersebut.

Salah satu pengajar Ibu Marhamah, single parent dua anak. Satu-satunya guru honorer bersertifikat di sekolah ini. Honornya Rp1,5 juta/bulan, namun baru cair setelah 3 bulan mengajar. Sebagian ia pakai untuk beli beberapa zak semen untuk menambal lantai kelas.

Anak-anak Kampung Batu Payung harus sekolah. Sekolah yang layak memberikan harapan baru untuk masa depan mereka. Karena sebagian warga  Batu Payung bertahun-tahun menjadi TKI, membanting tulang di kebun sawit Malaysia.

kami mengajak orang baik di mana saja untuk ikut membantu membagun sekolah layak untuk anak-anak di Dusun Batu Payung Desa Montong Ajan Lombok tengah.

Jangan tunda niat berbuat baik sahabat dermawan semua, segera

Silakan salurkan donasi sahabat Abadi ke:

Klik untuk donasi >> Donasi Abadi

Atau salurkan melalui rekening donasi Abadi:
Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337
a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Hasil penggalangan dana ini akan Abadi gunakan untuk:

  • Perbaikan bangunan sekolah
  • Penyediaan buku sekolah
  • Pengadaan bangku sekolah

Informasi lebih lengkap dapat hubungi: Abadi (+62 878-6455-6406)

Menilik Keadaan Sekolah di Pedalaman Lombok

Menilik Keadaan Sekolah di Pedalaman Lombok

Orang-orang yang tinggal di pedalaman Lombok harus tetap sekolah dan merasakan kehidupan yang baik.

Infoabadi.orgSahabat, kali ini lembaga donasi kemanusiaan Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) akan mengajakmu untuk menyambangi daerah pedalaman Indonesia, tepatnya di Lombok Tengah.

Daerah pedalaman tersebut berada di sebuah bukit yang jauh dari keramaian atau kota sebagai pusat kehidupan. Meski begitu, di daerah pedalaman anak-anak tetap membutuhkan sekolah untuk menunjang pendidikannya.

Sekolah adalah tempat yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak di Lombok Tengah. Mau bagaimanapun sekolah adalah kebutuhan atau hak yang harus didapatkan oleh anak-anak.

Keterangan: Bangunan Sekolag dengan Dinding Setengah Jadi (Foto: Fathul Rakhman)

Bangunan sederhana sekolah di daerah pedalaman tersebut berhasil dibangun dari usaha keras para guru honorer. Tidak peduli uang gaji yang kecil, para guru berhati mulia itu justru menggunakan uangnya untuk membangun sekolah.

Uang para guru honorer memang tak cukup untuk membangun sekolah yang bagus atau seperti layaknya sekolah. Namun setidaknya, ada ruangan kelas dengan bangku dan meja, papan tulis kecil, semen lantai yang mulai menganga, serta dinding setengah jadi yang dapat dijadikan sekolah.

Baca Juga: Setahun Berlalu Tenda-Tenda Pengungsi Palu Masih Ramai Penghuni 

Keterangan: Lemari Plastik Dibeli Dari Uang Iuran Guru Honorer Merupakan Satu-Satunya Barang Berharga (Foto: Fathul Rakhman)

Satu-satunya barang yang paling berharga dalam sekolah tersebut adalah lemari plastik, yang digunakan untuk menyimpan buku lama. Lemari itu pun dibeli dengan  uang iuran guru honorer.

Namun tahukah sahabat, meski keadaan sekolah yang sederhana, anak-anak dari Kampung Batu Payung, Desa Montong Ajan, Lombok Tengah itu tak kehilangan semangat. Mereka sangat senang untuk pergi ke sekolah.

Kaki kecil yang kotor terkena debu, dengan langkah kuat menyusuri jalanan ke sekolah dengan beralas kaki sandal. Di daerah tersebut hanya sebagian anak yang memiliki sepatu, dan itu menjadi keberuntungan tersendiri.

Keterangan: Anak-anak Tak Hilang Semangat dan Bahagia Berada di Sekolah Sederhana (Foto: Fathul Rakhman)

Bagi anak-anak, sekolah adalah tempat yang paling menyenangkan, karena mereka dapat belajar dan bermain setelahnya. Momen di sekolah selalu mereka nantikan, karena hal ini tidak mereka temui di rumah.

Para guru memberikan semangat yang luar biasa kepada murid-muridnya dan memberikan aturan di sekolah. Kegiatan belajar-mengajar itu dilakukan hingga pukul 12 siang, karena sang guru tahu kalau anak-anak tidak membawa bekal, maka aturannya mereka harus sarapan dari rumah.

Masyaallah, semangat anak-anak serta guru yang luar biasa meski dengan keadaan yang sederhana. Semoga kita dapat mengambil hikmahnya.

Abadi berikhtiar untuk segera mendatangi mereka dan membawa bantuan. Untuk itu, sahabat dapat menyalurkan donasi melaui Abadi. Yuk kita bantu anak-anak di Lombok Tengah agar dapat terus bersekolah dengan baik. (izzah/infoabadi)

Sumber: Fathul Rakhman

 Ayo Kirimkan Donasi melalui Abadi dengan cara:

Klik Link>>> https://kitabisa.com/campaign/bantudarulislah 

Atau Melalui:

Nomor Rekening Bank:

Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337

A.n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6455 6406

Dongeng Palestina, Ajak Anak-anak Peduli Sejak Dini

Dongeng Palestina, Ajak Anak-anak Peduli Sejak Dini

 

ABADI, Lombok – Puluhan anak berbusana muslim sudah duduk rapi saat kakak-kakak Abadi datang. Wajah mereka semakin sumringah melihat kami yang datang dengan sejumlah boneka tangan. Gelaran Dongeng Inspiratif Palestina berlangsung pada Rabu (13/2) di TPQ At-Taqwa, Perumahan Lingkar Muslim, Mataram.

Sesaat setelah Kak Fauzan sang pendongeng menyapa,  suasana jadi penuh dengan tawa. Dalam kesempatan itu, Kak Fauzan menyampaikan kisah ulat dengan kayu.

edkasi palestina
Gelaran Dongeng Inspiratif Palestina pada Rabu (13/2) di TPQ At-Taqwa, Perumahan Lingkar Muslim, Mataram. (Dok. Abadi)

Kisah kehidupan di hutan,,

Kayu yang mengering dan daunnya berguguran…

Hanya tinggal satu pohon yang memiliki 3 helai daun…

dan ada tiga ulat yang datang menangis kelaparan,, meminta daun si pohon…

Pohonnya pemurah dan ikhlas berbagi…

 

Baca juga: Bangun Sinergi Bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

 

Begitulah kira-kira yang disampaikan Kak Fauzan, dengan wajah ekspresif dan suara nyaring ciri khas seorang pendongeng. Perasaan antusias sekaligus penasaran jelas terpancar dari raut wajah anak-anak.

 

Dongeng Inspiratif Palestina

Dongeng Inspirasi Palestina
Anak-anak terlihat antusias dan semangat menyimak alur cerita yang disampaikan Kak Fauzan. (Dok. Abadi)

Program Dongeng Inspiratif Palestina merupakan salah satu media edukasi melalui cerita atau kisah, yang mudah dimengerti oleh anak. Selain dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama, dongeng juga dapat melatih kreatifitas dan imajinasi anak dalam berkarya.

Berbagai persoalan kemanusiaan yang terjadi di Palestina menjadi motivasi tersendiri bagi Abadi untuk mengedukasi masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak agar  mulai peduli pada kesulitan saudaranya sendiri.

 

Terdapat banyak kisah inspiratif yang bisa diteladani dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di Palestina.  Misalnya hebatnya anak-anak Gaza menghafal Alquran di usianya yang masih belia. Atau tegarnya masyarakat Palestina bertahan dari serangan Israel, Kisah Isra’ Mi’raj, ibunda Maryam, dan kisah-kisah lainnya yang tentunya dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti. (history/abadi)

 

Ingin sekolah/madrasah/komunitasmu didongengi kakak-kakak Abadi?  Silakan hubungi narahubung kami di 0878 6368 2662.

Rahasia Gaza Lahirkan Ribuan Hafiz Unggulan

Rahasia Gaza Lahirkan Ribuan Hafiz Unggulan

Ilustrasi: Paldf

 

Meski hidup di tengah deraan serta blokade yang membatasi bahkan melumpuhkan sendi-sendi kehidupan, Gaza tak henti melahirkan ribuan hafiz (penghafal Alquran) unggulan. Sistem menghafal yang secara alami terbentuk menjadi sebuah kebiasaan, menjadi salah satu rahasia kesuksesan Gaza melahirkan generasi penghafal Alquran.

Tak sekedar menghafal lantas malah berbangga diri, hafalan Alquran tersebut merupakan salah satu modal awal yang digunakan masyarakat Gaza dalam mempertahankan tanah wakaf para Anbiya, serta Masjid Al Aqsha sebagai kiblat pertama. Dengan begitu, ayat Alquran bukan lagi menjadi hafalan biasa, tetapi juga menjadi sumber kekuatan dan pengharapan masyarakat Gaza.

Di Gaza, hafiz merupakan sebuah gelar kehormatan. Wisuda hafiz pun digelar pemerintah Gaza hampir setiap bulan sebagai bentuk apresiasi atas usaha anak-anak Gaza menghafal Kalamullah. Dilansir dari Palinfo, setidaknya setiap rumah di Gaza memilki satu orang penghafal Alquran.

Mudah, Cepat, dan Kuat

Metode menghafal ala Gaza memiliki metode khusus yang sedikit berbeda dengan metode lain. Perbedaan tersebut sekaligus menjadi keunggulan metode ini dalam menjadikan proses menghafal lebih mudah, cepat, dan kuat.

Baca juga: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

Beberapa teknik yang diterapkan dalam metode menghafal Alquran ala Gaza, di antaranya:

  • Terdapat proses tadabbur sebelum proses menghafal dimulai.
  • Terdapat teknik Irtibath (pengait) yaitu mengaitkan akhir ayat dengan awal ayat yang dihafal.
  • Mind Mapping (Pemetaan Pikiran), sebuah proses memindai dari lembaran ke dalam memori seseorang untuk mendapatkan hafalan yang kuat.
  • Pengelolaan halaqah tahfidz dengan sistem yang terstruktur.
  • Beberapa teknik tikrar (pengulangan), dilakukan sebelum,  saat, dan sesudah menghafal.

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Salah satu Pusat  Halaqah Tahfizh Gaza

Masjid Amiinul Ummah yang saat ini diamanahkan kepada masyarakat Indonesia untuk dibangun ulang, menjadi salah satu pusat mencetak hafiz-hzfiz Gaza. Masjid yang selanjutnya dinamai Masjid Istiqlal Gaza ini memiliki 9 halaqah/kelompok tahfizh. Setiap kelompok terdiri dari 12 santri tahfizh. Seperti yang kita ketahui, hafiz merupakan syarat mutlak bagi seorang yang hendak membela Palestina langsung di medan peperangan.

Pembangunan ulang Masjid Amiinul Ummah yang tengah diikhtiarkan  Abadi dan masyarakat Indonesia ini, menjadi salah satu upaya membentuk dan memuliakan para hafiz, Ahlullah dari tanah yang diberkahi, Palestina. (history/abadi)

 

Sumber: Sufara Alquran, Melayu Palinfo

Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Abadi, Palestina– Belum ada tanda-tanda pasti konflik yang kini terjadi di Palestina akan mereda. Dari Yerusalem, Tepi Barat sampai Gaza, ketegangan masih terus saja terjadi. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak sebagai kaum lemah juga ikut terkena dampaknya.  Hak-hak sebagai anak yang wajib dilindungi dan dipenuhi seolah sengaja diabaikan, termasuk kebutuhan pendidikan.

Menteri Pendidikan dan Pengajaran Tinggi Palestina, Sabri Saydam pada Rabu (5/12/2018) mengatakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di Jalur Gaza, setidaknya dibutuhkan  123 bangunan sekolah baru.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Hal tersebut beliau sampaikan  dalam diskusinya dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, Mufid Hasayinah.

Tak hanya itu, anak-anak di Jalur Gaza membutuhkan bangunan sekolah yang layak. Baik dari struktur bangunan, kesehatan, hingga ketersediaan fasilitas penunjang. Saat ini sekolah-sekolah di Jalur Gaza masih sangat jauh dari kata layak.

Sulitnya Mendapatkan Pendidikan Di Gaza

Konflik Palestina dan Israel yang telah berlangsung lama, mengakibatkan sekolah-sekolah di Jalur Gaza hancur. Penutupan serta penyerangan ke sekolah-sekolah dengan dalih yang tak jelas juga kerap kali dilakukan pasukan pendudukan.

Seolah takut akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak Palestina, Israel berupaya melemahkan sektor pendidikan di sana.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

“Israel ingin semuanya dibawah kendali mereka, mereka ingin benar-benar mempengaruhi pendidikan sehingga dengan mudah bisa mengendalikan generasi penerus Palestina” ujar Muna Ateeq pendiri sekolah Zahwat Al-Quds dalam Al-Jazeera.

Saat ini Palestina memiliki 3 jenis sekolah, yaitu sekolah swasta, sekolah negeri, dan sekolah pemerintahan Palestina. Dalam upaya Yahudisasi, Zionis telah menyortir kembali buku-buku yang menggunakan kurikulum Palestina dan menggantinya dengan kurikulum Israel.

Setiap insan di dunia berhak memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Namun kenyataannya, kenyamanan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Palestina seolah terenggut dengan semua konflik politik yang terus terjadi. (history/abadi)

 

Sumber: Palinfo, Aljazeera

Siswa Korban Gempa Lombok Harus Bertahan dengan Sekolah Tendanya

Siswa Korban Gempa Lombok Harus Bertahan dengan Sekolah Tendanya

Keterangan Foto: HARI PERTAMA SEKOLAH: Sulihi, mengajar muridnya di sekolah darurat buatan warga di lapangan pengungsian Desa Duman, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Senin (27/8). Hari pertama sekolah pascagempa masih dilaksanakan di luar gedung. (Sumber Foto: Jawa Pos)

Lombok–Rangkaian gempa yang terjadi di Lombok sejak  Juli lalu tentu menyisakan trauma mendalam pada masyarakat Lombok, terutama anak-anaknya. Peristiwa yang pastinya tak mereka inginkan itu telah mengguncangkan nyamannya masa kecil mereka. Meski begitu, semangat dan cita-cita anak-anak Lombok untuk menuntut ilmu tak pernah redup.

Senin (27/08), menjadi hari pertama anak-anak korban gempa Lombok memulai sekolah di tempat barunya. Tempat yang jauh dari kata layak karena hanya beratapkan tenda yang sebenarnya tak cukup melindunginya dari terik.

Seperti yang terjadi pada anak-anak SDN 02 Rakam, Lombok Timur. Setelah melewati liburan sekolah yang cukup berat, siswa sekolah tersebut harus belajar di tenda-tenda yang  dibuat di halaman sekolah. Rangkaian gempa yang ikut mengguncangkan sekolahnya, mengakibatkan lima dari sembilan ruang kelas hancur, tak bisa lagi digunakan.

“Delapan rombel (rombongan belajar) belajar di tenda,” tutur Kepala Sekolah SDN 02 Rakam, Karmiati, Rabu (29/8/2018) dalam Liputan6.com. Meski begitu, tawa, riang, canda masih menghiasi aktivitas  belajar mereka di tenda.

Belajar dalam tenda tidak hanya dialami murid SDN 02 Rakam. Banyak murid di Lombok yang mengalami nasib serupa karena bangunan sekolah  mereka rusak akibat gempa. Misalnya, di SDN 2 Obel-Obel, Kabupaten Lombok Timur. Di sana terdapat dua tenda yang dimanfaatkan enam kelas siswa. Satu tenda milik kepolisian diisi kelas V dan VI. Sementara itu, siswa kelas I-IV memenuhi tenda hasil sumbangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seperti yang dilansir Jawa Pos.

Anak-anak tersebut terbilang cukup beruntung karena bisa kembali bersekolah. Kadikbud Kabupaten Lombok Timur mengungkapkan banyak sekolah yang belum bisa kembali memulai aktivitas belajarnya. Selain minimnya jumlah tenda, sejumlah sekolah juga masih ditempati tenda-tenda pengungsian milik masyarakat.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebanyak 556 unit sekolah rusak akibat gempa Lombok. Dari jumlah tersebut 235 sekolah rusak parah dan tak bisa lagi digunakan.

Tenda mungkin kini menjadi sesuatu yang sangat akrab bagi anak-anak Lombok. Tak hanya sekolahnya, tenda-tenda pengungsian pun kini menjadi satu-satunya tempat yang bisa mereka tinggali. Kira-kira apa yang mereka tuliskan di buku Bahasa Indonesia tentang cerita libur panjangnya? (history/abadi)