Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas


Infoabadi.org – Sejenak rehat dari kabar duka seputar hujan roket yang terjadi beberapa hari lalu, seorang seniman Gaza akhir-akhir ini menyita perhatian warga net dengan karya unik miliknya. Bagai cahaya matahari di tengah awan mendung, Iman at-Tayeb memancarkan sinar yang menyejukan mata  dengan karya tiga dimensi yang ia buat dengan media kertas warna.

Bukan sekedar menggoreskan cat dengan kuas di atas kertas, tapi Iman menyulap kertas menjadi sebuah karya bernilai seni tinggi.

Seniman Gaza

“Saya berpikir, mengapa bukan kertas saja yang menjadi bahan utama dalam lukisan”, tuturnya.

Baca juga: Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Iman kembali berujar, “Kemudian saya menemukan terdapat sebuah seni di Jepang yang menggunakan media kertas berwarna. Saya ingin menjadi seniman pertama yang membawa seni serupa di Palestina”.

Inspirasi dari Gaza

Ketika masih duduk di bangku sekolah, Iman menyadari bahwa ia mempunyai ketertarikan dan kemampuan dalam mengolah bahan-bahan alami menjadi sebuah karya seni.

“Saya menemukan jati diri saya di sini. Maka, saya memberanikan diri untuk berinvestasi lebih banyak dan mulai mengembangkan keterampilan. Saya mengunggah karya saya  di media sosial.” ujar Iman.

kisah inspirasi di Gaza

Sebagai tanah yang diberkahi, Palestina, khusunya Gaza memiliki sejumlah seniman berbakat. Namun sayangnya, blokade ketat yang diberlakukan otoritas Israel mengakibatkan mereka sulit untuk berkembang dan melebarkan sayap.

Setiap gerak-gerik diamati, pintu perbatasan dijaga ketat bahkan tak ada celah untuk sekedar berniaga mencari sesuap nasi. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

Upaya Pengungsi Palestina Bangun Hunian Lebih Layak Berujung pada Penahanan

Upaya Pengungsi Palestina Bangun Hunian Lebih Layak Berujung pada Penahanan

Infoabadi.org – Setelah mengungsi untuk menghindari konflik, harapan akan kehidupan lebih baik pun belum tentu didapati para pengungsi Palestina di Lebanon. Ibrahim Ahmed Mustafa contohnya. Pengungsi berusia 25 tahun ini tak pernah membayangkan bahwa usahanya membangun rumah untuk keluarga harus berakhir dengan keputusan penahanan.

Ibrahim memutuskan untuk menikah dan menetap di Lebanon, tepatnya di barak pengungsian Burj as-Shamali di Kota Tirus, Lebanon. Ia berusaha keras mendapatkan izin pembelian bahan bangunan dari pemerintah daerah. Namun upaya itu terus mengalami kebuntuan karena prosedur rumit yang diberlakukan.

Merasa putus asa, Ibrahim akhirnya memutuskan untuk membeli bahan bangunan dari para penyelundup. Sedikit demi sedikit, rumah dibangun dengan tenggang waktu yang cukup lama karena bahan bangunan dan modal yang tak selalu ada.

Baca juga: Menyelamatkan Diri Dari Krisis Palestina, Terjebak Di Antara Kekalutan Suriah

Bagai petir di siang hari, pasukan keamanan melayangkan sebuah surat panggilan untuk menghadap ke Kantor Badan Inteligen Militer di Sidon pada 15 Februari 2019 lalu atas tuduhan membeli bahan bangunan ilegal. Padahal saat itu, hanya sedikit lagi saja rumah yang diingkan akan selesai dibangun.

Sebenarnya bukan hanya Ibrahim yang melakukan hal demikian. Pembelian bahan bangunan dari para penyelundup menjadi solusi terkahir yang sering kali ditempuh para pengungsi untuk membuat hunian yang lebih layak.

Kasus ini berhasil mengundang perhatian publik. Berbagai komunikasi dengan pejabat terkait diupayakan oleh sejumlah organisasi pembela HAM. Akan tetapi upaya-upaya tersebut tak berbuah manis. Ibrahim harus tetap mendekam di penjara Lebanon.

Konflik dan krisis yang terus terjadi di Palestina membuat sejumlah penduduknya terpaksa mengungsi ke beberapa negara tetangga, salah satunya Lebanon.Sedikitnya terdapat 12 barak resmi pengungsi Palestina di sana.

Baca Juga: Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

Meski telah menetap sekian tahun, para pengungsi tetap diperlakukan seperti orang asing. Terdapat tujuh puluh jenis profesi yang tak boleh disandang para pengungsi Palestina. Akibatnya banyak di antara mereka yang tak punya pekerjaan dan tak mampu menutupi kebutuhan.

Para pengungsi di sejumlah barak juga dilarang membeli material bangunan kecuali dengan seizin pihak keamanan. Di antara bahan material bangunan yang dilarang adalah pipa air, kabel listrik, pintu dan jendela kayu dan besi, panel kaca, bahan-bahan semen, besi bangunan, pasir, ubin, aluminium, bahan cat, tangki air, serta generator. (history/abadi)

Sumber: Palinfo

Terus Berproses, Pembangunan Masjid istiqlal Indonesia Dikawal Abadi

Terus Berproses, Pembangunan Masjid istiqlal Indonesia Dikawal Abadi


Abadi, Palestina – Abadi terus menjalin komunikasi intensif dengan lembaga Jisru at-Ta’awun al-Insaniyah (JTI) Turki, guna memastikan proses pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan dengan lancar. Ahad, 10 Maret 2019 telah dilaksanakan penggalian tanah yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan fondasi masjid.

Pembangunan masjid dipimpin oleh Kantor Teknik Qudsuna yang telah berpengalaman dalam bidangnya. Mereka memantau setiap proses, menjaga kualitas, serta memastikan pembangunan masjid sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Masjid Istiqlal Indonesia

Sebelumnya, Kementian Wakaf dan Urusan Agama Palestina telah membentuk panitia pembangunan masjid. Tokoh agama, pejabat setempat, serta sejumlah lembaga kemanusiaan yang terlibat, khususnya JTI menjadi pihak-pihak yang mengisi struktur kepanitiaan tersebut.

Sebagaimana diketahui, masyarakat Palestina di Khan Yunis, Gaza telah mengamanahkan penyempurnaan pembangunan sebuah masjid kepada masyarakat Indonesia yang selanjutnya diberi nama Masjid Istiqlal Indonesia.

Pada Januari 2019, telah dilaksanakan prosesi peresmian dan peletakan batu pertama Fyang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat juga pewarta dari berbagai kantor media.

Sejarah Masjid Istiqlal Indonesia

Dukungan untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indoensia juga terus mengalir dari berbagai pihak di Indonesia. Mulai dari masyarakat, lembaga-lembaga kemanusiaan, juga instansi pemerintahan.

Baca juga: Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Syekh Amjad Khalifa, Ketua JTI menargetkan, pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia akan rampung setidaknya  dalam waktu satu tahun.

Masjid Istiqlal Gaza

Sebelum dilakukan penyempurnaan pembangunan, masjid ini telah menjadi pusat pelatihan menghafal Alquran dan kajian ilmu-ilmu Islam untuk masyarakat Gaza, khusunya di wilayah Ma’an, Khan Yunis.

Mahmud az-Zahar, salah seorang tokoh masyarakat di Palestina dalam acara peletakan batu pertama menyampaikan, Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza akan menjadi pusat peradaban orang-orang Indonesia di Palestina. Tempat berkumpul, mengkaji ilmu, serta bersilaturahmi bersama.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan  Masjid istiqlal Indonesia di Gaza senantiasa berada dalam kemudahan dan dinaungi lindungan Allah Swt. (history/abadi)

Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Abadi, Lombok – Selama kurang lebih satu pekan, Syekh Ashim Al-Nabiih, seorang ulama Palestina berada di Lombok dan bersilaturahmi ke beberapa tempat. Dalam kunjungan tersebut, Syekh menceritakan tentang kondisi saudara-saudara kita di Palestina yang kini tengah menghadapi berbagai krisis kemanusiaan mematikan.

Selama acara berlangsung, terlihat para peserta sangat serius mendengarkan paparan Syekh Ashim yang ditemani seorang penerjemah, sembari menyaksikan foto-foto yang ditampilkan melalui proyektor. Tak sedikit dari jemaah yang sampai meneteskan air mata.

Edukasi Palestina

Selama tujuh hari di Lombok, Syekh akan mengunjungi beberapa tempat di Kota Mataram, di antaranya SMAN 1 dan SMAN 3 Mataram, Masjid Al-Mujahidin Taman Baru, dan Masjid Karang Taliwang.

 

Baca juga: Bangun Sinergi Bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

 

Semangat membela Masjid al-Aqsha dan Palestina pun ditularkan Syekh dengan meniti jejak kesukseskan Shalahuddin Al-Ayyubi merebut al-Aqsha dari tangan pasukan Salib.

Peduli Palestina

Dalam kunjungan tersebut, Syekh juga mengajak masyarakat Lombok untuk mendukung pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza.

Masyarakat Palestina khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di daerah Ma’an, Khan Yunis, Jalur Gaza yang akhirnya dinamai sebagai Masjid Istiqlal Indonesia.

Donasi untuk Palestina

Pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari berbagai instansi dan lembaga, khususnya lembaga kepalestinaan di Indonesia, termasuk salah satunya Abadi.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar dan selalu dinaungi oleh rida Allah swt. (history/abadi)

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

ABADI, Palestina- Lulus dari pendidikan kedokteran di Kuba membuat Mohammed merasa sangat bersyukur. Bagaimana tidak, di tengah  situasi sulit yang terjadi di Palestina jangankan untuk kuliah di luar negeri,  untuk kebutuhan sehari-hari pun masih menjadi persoalan pelik yang sulit diatasi.Dari rasa syukur itu pula, Mohammed terinspirasi untuk dapat menolong saudara-saudara di tanah kelahirannya, Palestina.

Berbekal ilmu yang telah bertahun-tahun ia timba, Dr. Mohammed Abu Srour melewati setiap sudut kam pengungsian Aida, Bethlehem dan mengobati anak-anak yang sakit tanpa memungut biaya apa pun. Beroperasi sejak Oktober 2018, sudah sekitar 300 pasien anak-anak  diselamatkan Mohammed.

Dokter Palestina
Sejak empat bulan berjalan, Proyek Kuba telah berhasil mengobati 300 pasien anak-anak tanpa idpungut biaya apa pun. (Palestine News Network)

Krisis obat-obatan yang diperparah dengan tak adanya bahan bakar menjadi cerita lama yang semakin menjamur di wilayah konflik Palestina. Ribuan pasien terlantar, tak mendapat pengobatan. Alat kesehatan yang belum canggih juga mengharuskan sejumlah pasien dirujuk ke rumah sakit di luar negeri. Sedangkan sebagaian besar dari mereka hanya bergantung pada subsidi pemerintah dan suaka lembaga kemanusiaan.

“Proyek Kuba”, program yang terinspirasi dari sistem pelayanan kesehatan di Kuba, didedikasikan Mohammed untuk menyelamatkan nyawa anak-anak di pengungsian. Tak hanya menunggu mangsa, Mohammed turun langsung ke wilayah pengungsian untuk mengobati para pasien secara sukarela.

Masa Kecil yang Kelam

Bethelehem mempunyai sejarah tersendiri bagi Srour. Di sanalah ia lahir dan dibesarkan.  Pemandangan mengerikan tentang kelaparan, pengusiran bahkan penganiayaan menjadi pemandangan yang tak asing baginya.

Dengan pertolongan Allah, Mohemmed mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Ilmu Kedokteran La Habana, salah satu universitas bergengsi di Republik Kuba.

Dokter Palestina
Mohammed lahir dan dibesarkan di Bethlehem. Ia tak ingin masa kecilnya yang dipenuhi berbagai kisah pilu, terjadi juga pada anak-anak lain.( Palestine News Network)

Delapan tahun hidup terlunta di negeri orang, pemuda 27 tahun itu berjuang keras untuk bertahan hidup dan menyerap sebanyak-banyaknya ilmu.

Menurut Mohammed, masa kanak-kanaknya yang sulit tak boleh dirasakan oleh anak lain.  Pengalaman yang kelam, harus menjadi pelajaran berharga untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berguna. “Saya mengalami banyak kesulitan, tetapi hari ini saya mendapat hadiah terbaik dengan melihat cita-cita saya menjadi nyata….. ”  ungkapnya.

Ia juga berharap masyarakat Palestina bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik lebih baik di Palestina. “Di masa depan, saya ingin melihat masyarakat Palestina menikmati sistem kesehatan masyarakat yang gratis dan berkualitas”, ungkapnya. (history/abadi)

Sumber: Palestine News Network

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

ABADI, Palestina– Daftar warga Palestina yang syahid akibat serangan Israel tak mungkin bisa dikurangi, daftar korban luka pun tak bisa dihindari dan bahkan kini kian bertambah dengan adanya aksi Al-Irbak Al-Lail (Kebingungan Malam Hari). Sekitar 20 peserta terluka dalam aksi yang digelar pada Ahad (17/2) malam di Jabalia Timur, Gaza Utara tersebut. Sementara satu orang bocah mengalami luka tembak di kamp Barij, Gaza Tengah.

Dengan hati-hati, para pemuda Palestina berjalan mengendap di antara kegelapan. Setelah sampai di perbatasan, mereka mulai membakar ban dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Di sisi lain, serdadu Zionis memantau dari kejauhan dengan seperangkat senjatanya.  Beberapa saat kemudian, mereka melancarkan  tembakan dari tank ke dua titik di Bet Hanun. Sejumlah insfrastruktur pun akhirnya rusak karena tembakan tersebut.

Aksi Kepulangan Akbar
Kaum disabilitas Palestina turut serta dalam aski Al-Irbak Al-Lail, Timur Gaza (11/2). (Sumber: Palinfo)

Sebelumnya, dilansir dari Ma’an News seorang warga Palestina ditembak pada bagian kaki pada aksi Kamis (14/2) malam di sebelah timur Rafah, Jalur Gaza. Sementara itu, semburan gas beracun juga menyebabkan sejumlah warga Palestina sesak dan lemas.

Gencarkan Aksi, Suarakan Pembebasan

Great Return March
Al-Irbak Al-Lail diisi dengan aksi pembakaran ban dan pengumandangan lagu-lagu kebangsaan (Sumber: Palinfo)

Lebih dari tujuh puluh tahun terusir dari rumah sendiri dan lebih dari dua belas tahun terkungkung blokade, warga Palestina tak pernah menyerah dalam menyuarakan kebebasannya. Setelah 47 pekan Aksi Kepulangan Akbar melelahkan pertahanan Zionis,  mereka tak  membiarkannya tidur nyenyak dengan menggelar aksi AlIrbak Al-Lail.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan Untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar Di Turki

Pada November 2018 lalu, aksi Al-Irbak Al-Lail ini sempat terhenti setelah para mediator internasional seperti Mesir, Qatar, dan PBB mencapai kesepahaman agar penjajah Israel ‘melonggarkan’blokadenya terhadap Gaza. Namun karena Israel tak menyetujui kesepahaman tersebut,  aksi Al-Irbak Al-Lail kembali digelar masyarakat Palestina pada pekan ketiga Februari 2019 ini.

Korban luka terus bertambah, perlawanan belum bisa  dihentikan. Namun, pasokan obat-obatan dan fasilitas medis tak ada kemajuan. Ribuan korban luka terlunta tak mendapatkan pengobatan. (history/abadi)

Sumber: Palinfo, International Aqsa Institute

 

Bantu mujahid Palestina meneruskan perjuangannya dengan doa dan donasi terbaik.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Bangun Sinergi bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

Bangun Sinergi bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

ABADI, Lombok – Kamis, 7 Februari 2019 menjadi hari istimewa bagi para pemuda Lombok, khususnya mereka yang selama ini giat membela saudara-saudara kita di Palestina. Hari itu ukhuwah dirasa semakin menguat, memantapkan semangat perjuangan yang kian menggelora dalam jiwa sang pemuda. Itulah hari, diberlangsungkannya acara bertajuk Meet and Greet Milenial Pejuang Palestina.

Paduan antara tiga kekuatan besar, yaitu semangat pemuda, ukhuwah, dan ghirah perjuangan  terpancar jelas dalam  acara yang dilaksanakan di Kafe Edukasi, Kota Mataram.

Seluruh pengurus dan relawan Abadi serta pecinta Palestina dari sejumlah komunitas hadir berkumpul dan berbagi tawa dalam satu meja. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Abadi, Luhul Hamdi juga menyampaikan sejarah panjang datangnya Zionis ke tanah Palestina, serta ajakannya untuk  menunjukan aksi nyata.

Amal Bakti Dunia Islam

Blokade yang diberlakukan Israel selama kurang lebih satu dasawarsa telah mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi kehidupan Gaza. Krisis pangan, listrik, dan obat-obatan telah menjadi cerita  sehari-hari yang kian mengkhawatirkan. Jutaan penduduk hanya bergantung hidup dari bantuan kemanusiaan yang tak pasti datangnya.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan Untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar Di Turki

Bebasnya Al-Aqsha dan merdekanya Palestina adalah suatu keniscayaan yang telah dijanjikan oleh-Nya. Tinggal menentukan seberapa besar peran kita dalam misi pemenangan tersebut. Pejuang sejati tentu lebih istimewa posisinya di mata Allah Swt.

Itulah mengapa dalam kesempatan meet and greet tersebut, Abadi mengajak relawan dari berbagai latar belakang itu untuk bergabung menjadi relawan Abadi dalam program pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Khan Yunis, Gaza dan program lain dalam tiga bulan ke depan.  Semangat para pemuda membuat mereka tak pikir panjang untuk dapat bergabung dalam misi perjuangan tersebut.

Abadi

Sudah setahun ini, Abadi berkhidmat membersamai perjuangan rakyat Palestina yang kini berada dalam cengkraman otoritas pendudukan. Abadi juga turut mengambil peran dalam ikhtiar menunaikan amanah rakyat Palestina untuk masyarakat Indonesia dalam membangun Masjid Istiqlal Indonesia di Khan Yunis, Gaza.

Sejatinya, Allah lah yang telah merancang pertemuan tersebut. Allah pula yang menjadikan hati mereka tergerak untuk peduli dan berjuang untuk Palestina. Maka semoga pula Allah mengistiqomahkan perjuangan mulia ini, dan senantiasa melimpahkan keberkahan dalam setiap ikhtiar yang dilakukan. Aamiin (history/abadi)

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

ABADI, Palestina – Ternyata ada yang tak kalah mengerikan dari serangan bom Israel yang tiba-tiba, yaitu menahan sakit namun tak ada yang mengobati. Hal itulah yang kini dialami oleh sekitar 8.515 pasien kanker di jalur Gaza. Rasa sakit yang dirasa seolah menjadi mimpi buruk  para pasien  yang tak tahu kapan akan berakhir.

Krisis bahan bakar, obat-obatan hingga peralatan medis menjadi penyebab lama yang masih terjadi bahkan kian menjamur.

Hari kanker sedunia yang diperingati pada Senin (4/02) kemarin menguak berbagai data mengerikan dari Pusat Kanker  Dunia tentang kondisi pasien kanker di Gaza. Laporan menjelaskan bahwa 7% dari jumlah penderita kanker atau 607 kasus kanker  diderita oleh anak-anak.  Sedangkan jumlah pasien kanker wanita mencapai 4705, atau sekitar  55.3% dari jumlah pasien keseluruhan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Pusat Kanker juga menerangkan bahwa krisis obat-obatan primer menjadi tantangan terbesar dari berbagai krisis yang ada. Diagnosa cepat dan tepat yang diberikan doketer bisa jadi tak berarti tanpa adanya obat, sang wasilah penyelamat.

Blokade Israel terhadap Gaza menjadi penyebab utama krisis ini. Gaza tak memilki fasilitas perawatan yang memadai sedangkan izin perujukan pasien sulit didapati.

Sekitar 38% pasien kanker di Gaza tak bisa meninggalkan Gaza untuk menerima perawatan di luar negeri sementara 5% dari pasien ditahan.

Yang lebih mengerikan, mereka yang kini menderita di Gaza adalah saudara-saudara kita. Saudara yang tengah menanggung amanat penjagaan tanah umat yang seyogyanya merupakan tugas kita semua. (history/abadi)

Sumber: Days of Palestine

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

ABADI, Palestina – Penggusuran paksa mungkin sudah sering dialami warga Palestina di berbagai wilayah yang diduduki. Kali ini ada yang berbeda, namun tak kalah menyiksanya. Pasukan otoritas Israel memaksa Majdi Abu Tayeh, salah satu warga Al-Quds untuk merobohkan rumahnya sendiri di daerah Silwan, tanpa bantuan alat berat apapun. Jika tidak, Majdi harus membayar denda yang jumlahnya cukup besar.

Bagai makan buah simalakama, keluarga Majdi tak punya pilihan lain selain merobohkan rumahnya sendiri, dengan bermodal palu dan perkakas seadanya. Denda sebesar 55 ribu shekel yang diberlakukan konon untuk membayar biaya operasional buldoser jika Majdi tak mampu merobohkannya sendiri.

Baca juga: 139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

Sebelumnya, sejumlah pasukan otoritas menyerbu rumah Majdi dan memberikan waktu setengah jam untuk merobohkan rumahnya. Hasil tawar menawar yang dilakukan kedua belah pihak menghasilkan penundaan perobohan hingga Senin (4/2/2019) pagi.

Gusur rumah

Ahad (3/2/2019) kemarin, pasukan otoritas bahkan memaksa Majdi merobohkan beberapa bagian rumah. Namun Majdi menolak, karena ia dan keluarganya tak memiliki tempat tinggal lain selain rumah yang harus segera ia robohkan itu.

Ini bukan kali pertama, pekan lalu ororitas Israel juga memberlakukan hal yang sama pada keluarga Haisam Muhammad Musthofa di Desa Issawiyah, Al-Quds.

Baca juga: Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman ini Akan Terjadi di Palestina

Sejak 1967, Israel menduduki kota Al-Quds dan mengambil kendali administrasi dan keamanan kota. Penggusuran rumah-rumah warga dengan dalih bangunan tanpa izin juga menjadi keputusan sewenang-wenang otoritas Israel yang mengakibatkan ribuan warga Palestina kehilangan tempat tinggalnya.

Semoga Allah senantiasa meneguhkan keimanan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita di Palestina, dan mengetuk nurani masyarakat dunia untuk senantiasa membersamai perjuangan rakyat Palestina. (history/abadi)

139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

ABADI, Palestina – Suara buldoser beroda rantai kembali menderu di Desa Araqib pada Rabu (30/1/2019). Untuk ke-139 kalinya, desa ini dihancurkan otoritas Israel. Rumah-rumah diruntuhkan secara paksa tak melihat para pemilik yang menghalang meronta-ronta.

Penduduk Araqib dalam Palinfo mengatakan, pasukan Israel menyerbu desa dan melindungi buldoser melancarkan aksinya menghancurkan rumah-rumah seng dan tenda-tenda warga. Sementara para penghuninya, terlantar di tempat terbuka, tak mengindahkan akan kondisi cuaca. Bangunan tak berizin selalu menjadi dalil mereka menghalalkan penggusuran tersebut.

Baca juga: Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak Di Suriah Meregang Nyawa

Sejak lama pasukan Israel berupaya menghancurkan desa Araqib. Namun, meski berkali-kali dihancurkan, penduduk setempat tak pernah meninggalkan tanahnya dan membangun kembali rumah-rumahnya.

Sejak 27 Juli 2010, sudah 139 kali Israel mengahancurkan Araqib dengan harapan  penduduk desa menyerah kemudian pergi meninggalkan tanah mereka di sana. Bila hal tersebut terjadi, Israel bisa dengan mudah membuka dan memperluas lahan pemukiman Yahudi.

Baca juga: Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Sebelumnya, Menteri Pertanian dan Pengembangan Negev di pemerintah Israel, Uri Ariel, telah merealisasikan rencana besarnya untuk mengusir sekitar 36.000 warga Badui Palestina dari berbagai desa di Palestina.

Musim dingin Palestina yang berat akan menjadi semakin berat untuk penduduk Araqib. Meski sebelumnya pun mereka tak hidup dengan aman dan sejahtera, namun penggusuran jelas menambah penderitaan hidup mereka. Rumah-rumah beratap seng dan tenda-tenda dari terpal setidaknya dapat menjadi tempat duduk dan bersandar, sehabis melawan dinginnnya cuaca di luar. (history/abadi)

 

Sumber: Melayu Palinfo