Sulitnya Cari Lowongan Kerja di Jalur Gaza

Sulitnya Cari Lowongan Kerja di Jalur Gaza

Ribuan keluarga Palestina hidup dalam kemiskinan. Hal itu disebabkan oleh sulitnya para penduduk Palestina mencari pekerjaan.

infoabadi.org Pemukiman Israel di tepi barat, Al-quds timur dan Gaza telah merusak prospek ekonomi negeri Palestian. kondisi tersebut membuat jutaan rakyatnya terancam mendapatkan pekerjaan yang tidak tetap, upah rendah, bahkan menjadi pengangguran.

Permasalahan tersebut tentunya berdampak banyak pada kehidupan para penduduk Palestina di Gaza. Berikut ini, lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan infomasi mengenai kondisi sulitya mencari pekerjaan di Jalur Gaza.

Dampak Blokade di Jalur Gaza Bagi Pekerja

Keterangan: Ratusan Pekerja di Gaza Kehilangan Pekerjaan karena Blokade (Foto: The Palestinian Information Center)

Selama 13 tahun terakhir, pemerintah Israel telah memberlakukan blokade darat, laut, dan udara yang ketat di Jalur Gaza. Hal ini membatasi jalannya barang dan keluar-masuknya orang, sehingga wilayah tersebut bagaikan penjara bagi 1,9 juta penduduk yang tinggal di dalamnya.

Blokade telah membuat tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi. Pada tahun 2016, tingkat pengangguran di Gaza menjadi salah satu angka tertinggi di dunia yakni sebesar 42%. Sedangkan usia remaja yang sudah bekerja sebanyak 60% dan 65% adalah wanita. Hal ini menyebabkan sebanyak 47% keluarga di Gaza menderita kekurangan bahan pangan.

Lebih dari 35.000 penduduk Palestina bergantung pada industri perikanan di laut Gaza, akan tetapi Israel membatasi akses laut, ekspor ikan, akses ke bahan dan peralatan penting telah menyebabkan 95% nelayan hidup di bawah garis kemiskinan.

Baca Juga :Curahan Hati Petani Palestina Pasca Deal Of The Century

Hak-Hak Pekerja di Gaza Tak Terpenuhi

Keterangan: Para Pekerja di Gaza Luntang-Lantung di Pinggiran Jalan (Foto: Era Muslim)

Hak-hak para pekerja di Gaza semakin dipersulit. Salah satu dampaknya adalah dibatasinya penangkapan ikan (hanya sampai enam mil dari pantai Gaza), sebab kurang dari sepertiga wilayah pantai Gaza dikuasai oleh pemerintah Israel berdasarkan Kesepakatan Oslo. Batas tersebut mengakibatkan stok ikan menurun dengan cepat.

Selain itu, zona penangkapan ikan diawasi ketat oleh militer Israel dan banyak nelayan yang mengeluhkan penangkapan sewenang-wenang dan pelecehan terhadap mereka. Menurut  Kementerian Pertanian Gaza, pada tahun 2016 militer Israel menangkap 113 nelayan, melukai 10 orang dengan tembakan militer dan menyita 46 kapal.

Banyak kapal penangkap ikan tidak dapat digunakan akibat aturan israel. Israel membatasi akses bagi para nelayan, sehingga tidak dapat mendapatkan bahan-bahan untuk memperbaiki kapalnya. Kini, sebanyak 3500 nelayan bekerja di industri perikanan, dimana angka tersebut turun dari total 10.000 nelayan pada tahun 2000

Akses ke ladang pertanian juga sangat dibatasi akibat adanya blokade, Dalam jarak 300 meter dari perbatasan Gaza, para petani dilarang bekerja, Selain itu  sebagian besar lahan pertanian yang dulu di hancurkan Israel pada 2014 pun tak kunjung di pulihkan. (Izzah/Abadi)

sumber: European Trade Union

Curahan Hati Petani Palestina Pasca “Deal of Century”

Curahan Hati Petani Palestina Pasca “Deal of Century”

Deal Of The Century atau kesepakatan damai seharusnya disepakati oleh kedua belah pihak dan tidak mematikan satu dengan yang lainnya.

infoabadi.org –  Seorang petani laki-laki sekaligus aktivis politik yang bernama Fareed Tamallah mencurahkan isi hati mengenai keresahannya jika Deal Of The Century (DOTC) yang diusulkan oleh Donald Trump disahkan.

Fareed adalah petani Palestina yang memiliki tanah di Qira, di wilayah Salfit. Wilayah tersebut ada di antara Ramallah dan Nablus yang disebutkan dalam proposal Deal Of The Century akan menjadi wilayah kekuasaan Israel. Itu artinya berarti Fareed dan para petani lainnya akan kehilangan tanah pertaniannya.

Selanjutnya, jika tanah-tanah sumber kehidupan para petani Palestina menjadi milik Israel, bagaimana nasib mereka?  Berikut lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan informasi ini untuk anda.

Petani Palestina Terancam

Ketarangan: Fareed Tamallah bersama Um Ahmad Khdaish seorang petani Palestina yang kehilangan keluarganya (Foto: @fareedtamallah)

Fareed Tamallah berpendapat, bahwa rencana perdamaian antara Israel dan Palestina yang dibuat oleh Trump, sepenuhnya akan menguntungkan pihak Israel. Sebab, dengan adanya Deal Of The Century ini, Trump telah memberi lampu hijau kepada Israel untuk mencaplok pemukiman illegal di Tepi Barat. Kemudian membagi wilayah Palestina menjadi serangkaian tanah air bantu yang dihubungkan oleh terowongan dan jembatan, tanpa strategi yang layak karena sangat berdekatan dengan Palestina.

Dari peta yang direncanakan oleh Trump, semuanya sangat abstrak apakah Palestina akan digabungkan ke Israel, atau akan menjadi pulau yang terisolasi di antara pemukiman Israel? Dalam dua skenario ini, tentu akan menyulitkan para petani untuk mengolah tanahnya. Bahkan, kemungkinan besar para petani Palestina akan kehilangan kesempatan untuk mengolah tanah pertaniannya.

Baca Juga : Aksi Bantuan Kebakaran tolitoli Bersama Abadi

Kenangan Indah Masa Kecil Fareed Tamallah Jadi Petani

Ketarangan: Fareed Tamallah panen buah zaitun bersama keluarganya (Foto: Middle East Eye)

Sejak kecil Fareed sudah terbiasa mengolah tanah pertanian warisan dari leluhur bersama ibunya, karena sumber kehidupannya ada dari hasil tani. Banyak pohon yang ditanam oleh ibu dan ayahnya yang masih berdiri hingga kini di tanah pertaniannya. Sementara tanaman kecil lainnya ditanam oleh Fareed setiap akhir pekan.

Di kebunnya banyak ditanami pohon almond, ara, dan zaitun. Beberapa pohon zaitun itu tumbuh dan berdiri kokoh hingga berusia 700 tahun. Dari sinilah keluarga Fareed bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara khusus.

Baca Juga : Reaksi Jurnalis Eropa Saat Melihat Anak-Anak Gaza

Deal Of The Century Disusun Tanpa Kesepakatan

Deal Of The Century atau Kesepakatan Abad Ini disusun tanpa kesepakatan dari pemerintahan Palestina, atau kepada penduduk Palestina, terlebih kepada para petani yang akan merasakan langsung dampaknya.

Fareed juga mengatakan bahwa, kesepakatan damai sejatinya adalah sesuatu yang bisa disepakati oleh kedua belah pihak untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian. Akan tetapi rencana yang dibuat Trump tidak seperti itu, semuanya hanya akan menguntungkan pihak Israel sementara Palestina sangat dirugikan.

Jika rencana ini diterapkan, maka para petani Palestina tidak akan bisa lagi memasuki wilayah pertanian mereka dan melakukan aktivitas mencari nafkahnya seperti dulu. Hal ini akan menyebabkan kerugian besar dan semakin membuat penduduk Palesgtina menderita.

Sumber: Middle East Eye

5 Fakta Musim Dingin Palestina

5 Fakta Musim Dingin Palestina

Musim dingin di Palestina berbeda dengan musim dingin yang dialami oleh negara lainnya.

infoabadiKetika membayangkan wilayah Timur Tengah, mungkin kita berpikir bahwa di sana tetap dalam cuaca hangat dan cerah sepanjang tahun. Ternyata ini salah besar. Palestina merupakan tanah di wilayah Timur Tengah yang mengalami musim dingin ekstrim.

Lembaga donasi kemanusiaan Palestina, Abadi menyajikan 5 fakta musim dingin Palestina. Simak informasinya berikut ini!

1. Cuaca Ekstrim

Keterangan: Anak Kecil Kedinginan Karena Suhu terus Menurun (Foto: Adwon Line)

Selama musim dingin, suhu di Palestina akan menurun hingga 10 ° C (50 ° F). Bahkan ketika malam hari suhu akan lebih menurun hingga 3 ° atau 4 ° C (38 ° F).

Selain itu, pada musim dingin di Palestina ada tiupan angin besar serta hujan lebat selama berbulan-bulan. Awan di sana pun hampir tertutup matahari sepanjang hari.

 

2. Tidak Ada Alat Pemanas di Rumah atau Pengungsian

Keterangan: Alat Perapian Sederhana yang Digunakan Para Pengungsian Palestina (Foto: CNN Indonesia)

Kebanyakan di negara barat yang mengalami empat musim, mereka memiliki alat pemanas di setiap rumahnya. Tujuannya agar keluarga pemilik rumah tetap hangat ketika musim dingin datang. Namun berbeda dengan Palestina yang tidak memiliki alat pemanas apapun. Bahkan penduduknya sebagian besar hanya tinggal di pengungsian sederhana.

Bagi keluarga yang tinggal di rumahnya sendiri, mereka hanya memiliki satu atau dua pemanas portabel. Kemudian keluarga tersebut akan duduk di malam hari untuk pemanasan. Namun bagi keluarga yang tinggal di pengungsian, mereka tidak memiliki alat pemanas khusus.

Baca Juga : Dibalik Gubuk Pengungsian Musim Dingin Palestina Semakin Memilukan

3. Tidak Banyak Pakaian Musim Dingin

Keterangan: Anak-anak Palestina Menggunakan Pakaian Seadanya (Foto: Kasih Palestina)

Keluarga di Palestina hanya memiliki pakaian yang jumlahnya sangat terbatas. Mereka jarang memiliki pakaian tebal untuk musim dingin.

Hidup di pengungsian tidak seperti di rumah sendiri. Barang-barang yang dibawa oleh para pengungsi tidak banyak, bahkan bisa saja mereka hanya membawa pakaian yang sedang menempel di tubuhnya.

 

4. Tidak Bisa Tiduk Nyenyak

Keterangan: Para Pengungsi Palestina Tidak Bisa Tidur Nyenyak Karena Dingin yang Mencekam (Foto: Sahabat Al-Aqsha)

Saat musim dingin, itulah hari terberat bagi penduduk Palestina. Mereka tidak bisa tiduk nyenyak, lantaran rumah-rumah mereka dinding dan atapnya berlubang. Bangunan rusak tersebut membuat angin atau hujan masuk ke dalam rumah.

Terlebih para pengungsi yang hanya tinggal di sebuah tenda terpal plastik, tentu lebih mengalami kesulitan. Mereka pun tidak memiliki peralatan tidur yang lengkap seperti kasur, bantal, dan selimut.

 

5. Tidak Ada Air Panas

Keterangan: Musim Dingin di Palestina (Foto: Konfrontasi)

Penduduk Palestina tidak memiliki tangki air panas di rumah, apalagi di pengungsian. Mereka terus-menerus memanaskan air secara manual dengan kompor, jika membutuhkan air panas.

Sebagian rumah yang memiliki saklar untuk menyalakan pemanas untuk air, ini biasanya akan memakan waktu 15-20 menit. Hal ini tentu akan menyusahkan penduduk untuk menggunakan air panas.

Sahabat Abadi, mari kita berikan bantuan kepada saudara-saudara di Palestina. Bantuan sekecil apapun akan sangat bermanfaat dan berarti untuk kehidupan mereka.(izzah/infoabadi)

 

Sumber: Excellent Center

 

Klik untuk donasi (https://infoabadi.org/donasi-abadi/)

Atau salurkan melalui rekening donasi Abadi:

Bank Mandiri Syariah (451) 7117976337

A.n Amal Bakti Dunia Islam