Diberi Kesempatan Hidup Ke-dua, Agam Kini Menjadi Santri Penghafal Alquran

Diberi Kesempatan Hidup Ke-dua, Agam Kini Menjadi Santri Penghafal Alquran

Keterangan Foto: Agam Samsinar (19), santri Istana Sufara Quran (ISQ), Kab. Asahan, Sumatera Utara

 

Sumatera Utara–Agam Samsinar, begitulah orang tuanya memilihkan nama sebagai doa. Tak ada yang lebih mujarab dari doa tersebut karena Agam tumbuh sebagai hamba Allah yang kuat  meski diuji dengan berbagai penyakit mematikan.

Sesak, Perut Membesar, Hingga Koma Berhari-hari

Sejak lahir, ia telah menderita gangguan paru-paru. Dadanya bisa seketika sesak, persis seperti saat kami melakukan sesi wawancara dengan salah satu santri tahfizh Istana Sufara Alquran (ISQ) ini. Wawancara pun harus dihentikan sementara, menunggu kondisi Agam membaik (05/09).

Selain itu, di usianya yang baru menginjak 19 Agam didiagnosa menderita kista, bukan penyakit yang sepele. Perutnya pernah sempat membesar persis seperti wanita yang sedang mengandung. Hingga cacian dan makian menjadi sesuatu yang akrab di telinga Agam. Ia bahkan sempat mengalami koma berhari-hari  karena berbagai penyakit yang dideritanya.

Pertolongan Allah Begitu Dekat

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (Ali Imran: 160)

Namun, pertolongan Allah begitu dekat dengan gadis asal Kabupaten Asahan ini. Agam mampu tersadar dari koma dan kembali melanjutkan hidupnya.

Peristiwa tersebut selalu membekas dalam hatinya, begitulah Allah mengaruniakan jalan hidayah  kepada Agam. Mukjizat-Nya dengan memberikan kembali  kesempatan hidup, seolah memecut Agam untuk menjadi  muslimah yang lebih baik.

Menghafal al Quran menjadi salah satu jalan yang Agam pilih untuk ‘bersyukur’ kepada Allah. Begitu sampai kabar dibukanya pondok tahfizh di Kab. Asahan ini, tak banyak berpikir ia segera memutuskan untuk bergabung.

Halangan dan Rintangan Pada Awal Proses Menghafal

Agam yang mengaku bahwa dulunya sempat jauh dari agama, sempat merasa minder dengan santri lain yang dianggapnya lebih ‘faqih’ terutama dalam bidang menghafal Alquran.

Pernah saya mengulang hafalan, tapi tak sedikitpun saya tidak ingat hafalan itu, sama sekali tidak ingat. Bahkan sudah dipancing dengan ayat-ayat awal, tapi tetap tidak ingat” ujarnya.

“….Tapi saya yakin bahwa saya bisa. Karena saya tahu, Allah akan bantu saya” Agam menambahkan

Agam Berhasil Keluar dari Keputusasaan

Pengarahan  dan suntikan semangat dari pembimbing serta rekan santri, mampu membuatnya bertahan, melanjutkan jihadnya menghafal.

Sambil terisak, Agam juga berpesan untuk saudara-saudara seimannya, “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, atas seizin Allah. Mungkin manusia bisa beranggapan kita lemah, kita nggak bisa, tapi kuasa Allah kita nggak ada yang tahu..”

Sumber artikel: Harapan Amal Mulia