Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Abadi, Palestina – Salah satu tokoh masyarakat Palestina, Syekh Muhammad Zahar  menyatakan Masjid Istiqlal Indonesia merupakan pengikat hubungan antara para penjaga Bumi Para Nabi yang berada di Palestina dan juga di  Indonesia.

“Sesungghunya masjid memiliki makna sejarah, geografis ,dan kemanusiaan bagi masyarakat Palestina sebagai  bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sesungguhnya ini (Masjid Istiqlal Indonesia) adalah pengikat hubungan antara penjaga Bumi Para Nabi di Palestina juga di Indonesia.” tutur Syekh.

Pernyataan tersebut beliau sampaikan dalam prosesi Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia di Ma’an, Khan Yunis, pada 19 Januari 2019 lalu.

Masjid Istiqlal Indonesia

Dalam acara tersebut, Syekh Zahar sedikit menyinggung tentang sebuah ayat yang berbunyi:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa tetap kafir sesuda h (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.s. an-Nur: 55)

Baca juga: Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Beliau mengungkapkan bahwa ayat tersebut terasa sangat dekat dengannya serta menjadi petunjuk nyata bagi umat Islam di dunia khusunya di Palestina dan Indonesia.

“Seakan-akan kita tengah melihat sebuah sabda terwujud dalam sebuah simbol (Masjid Istiqlal Indonesia) yang dilaksanakan atas petunjuk Nabi Saw. …“

 

Masjid Istiqlal Indonesia

Masjid Istiqlal Indonesia

Ilustrasi Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina.

Masyarakat Palestina khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di daerah Ma’an, Khan Yunis, Jalur Gaza yang akhirnya dinamai sebagai Masjid Istiqlal Indonesia. Direncanakan sejak November 2018, pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari berbagai instansi dan lembaga, khususnya lembaga kepalestinaan di Indonesia.

Meski sempat tertunda karena perizinan pembelian material bangunan yang dipersulit otoritas Israel, namun berkat pertolongan Allah peletakan batu pertama sukses dilaksanakan dengan disambut gegap gempita masyarakat Gaza.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar dan selalu berada dalam rida-Nya. (history/abadi)

 

Rekening Donasi pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza-Palestina:

Bank Syariah Mandiri (451) 711.7976.337

A.n Amal Makti Dunia Islam

 

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6368 2662

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

ABADI, Palestina- Lulus dari pendidikan kedokteran di Kuba membuat Mohammed merasa sangat bersyukur. Bagaimana tidak, di tengah  situasi sulit yang terjadi di Palestina jangankan untuk kuliah di luar negeri,  untuk kebutuhan sehari-hari pun masih menjadi persoalan pelik yang sulit diatasi.Dari rasa syukur itu pula, Mohammed terinspirasi untuk dapat menolong saudara-saudara di tanah kelahirannya, Palestina.

Berbekal ilmu yang telah bertahun-tahun ia timba, Dr. Mohammed Abu Srour melewati setiap sudut kam pengungsian Aida, Bethlehem dan mengobati anak-anak yang sakit tanpa memungut biaya apa pun. Beroperasi sejak Oktober 2018, sudah sekitar 300 pasien anak-anak  diselamatkan Mohammed.

Dokter Palestina
Sejak empat bulan berjalan, Proyek Kuba telah berhasil mengobati 300 pasien anak-anak tanpa idpungut biaya apa pun. (Palestine News Network)

Krisis obat-obatan yang diperparah dengan tak adanya bahan bakar menjadi cerita lama yang semakin menjamur di wilayah konflik Palestina. Ribuan pasien terlantar, tak mendapat pengobatan. Alat kesehatan yang belum canggih juga mengharuskan sejumlah pasien dirujuk ke rumah sakit di luar negeri. Sedangkan sebagaian besar dari mereka hanya bergantung pada subsidi pemerintah dan suaka lembaga kemanusiaan.

“Proyek Kuba”, program yang terinspirasi dari sistem pelayanan kesehatan di Kuba, didedikasikan Mohammed untuk menyelamatkan nyawa anak-anak di pengungsian. Tak hanya menunggu mangsa, Mohammed turun langsung ke wilayah pengungsian untuk mengobati para pasien secara sukarela.

Masa Kecil yang Kelam

Bethelehem mempunyai sejarah tersendiri bagi Srour. Di sanalah ia lahir dan dibesarkan.  Pemandangan mengerikan tentang kelaparan, pengusiran bahkan penganiayaan menjadi pemandangan yang tak asing baginya.

Dengan pertolongan Allah, Mohemmed mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Ilmu Kedokteran La Habana, salah satu universitas bergengsi di Republik Kuba.

Dokter Palestina
Mohammed lahir dan dibesarkan di Bethlehem. Ia tak ingin masa kecilnya yang dipenuhi berbagai kisah pilu, terjadi juga pada anak-anak lain.( Palestine News Network)

Delapan tahun hidup terlunta di negeri orang, pemuda 27 tahun itu berjuang keras untuk bertahan hidup dan menyerap sebanyak-banyaknya ilmu.

Menurut Mohammed, masa kanak-kanaknya yang sulit tak boleh dirasakan oleh anak lain.  Pengalaman yang kelam, harus menjadi pelajaran berharga untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berguna. “Saya mengalami banyak kesulitan, tetapi hari ini saya mendapat hadiah terbaik dengan melihat cita-cita saya menjadi nyata….. ”  ungkapnya.

Ia juga berharap masyarakat Palestina bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik lebih baik di Palestina. “Di masa depan, saya ingin melihat masyarakat Palestina menikmati sistem kesehatan masyarakat yang gratis dan berkualitas”, ungkapnya. (history/abadi)

Sumber: Palestine News Network

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

ABADI, Palestina– Daftar warga Palestina yang syahid akibat serangan Israel tak mungkin bisa dikurangi, daftar korban luka pun tak bisa dihindari dan bahkan kini kian bertambah dengan adanya aksi Al-Irbak Al-Lail (Kebingungan Malam Hari). Sekitar 20 peserta terluka dalam aksi yang digelar pada Ahad (17/2) malam di Jabalia Timur, Gaza Utara tersebut. Sementara satu orang bocah mengalami luka tembak di kamp Barij, Gaza Tengah.

Dengan hati-hati, para pemuda Palestina berjalan mengendap di antara kegelapan. Setelah sampai di perbatasan, mereka mulai membakar ban dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Di sisi lain, serdadu Zionis memantau dari kejauhan dengan seperangkat senjatanya.  Beberapa saat kemudian, mereka melancarkan  tembakan dari tank ke dua titik di Bet Hanun. Sejumlah insfrastruktur pun akhirnya rusak karena tembakan tersebut.

Aksi Kepulangan Akbar
Kaum disabilitas Palestina turut serta dalam aski Al-Irbak Al-Lail, Timur Gaza (11/2). (Sumber: Palinfo)

Sebelumnya, dilansir dari Ma’an News seorang warga Palestina ditembak pada bagian kaki pada aksi Kamis (14/2) malam di sebelah timur Rafah, Jalur Gaza. Sementara itu, semburan gas beracun juga menyebabkan sejumlah warga Palestina sesak dan lemas.

Gencarkan Aksi, Suarakan Pembebasan

Great Return March
Al-Irbak Al-Lail diisi dengan aksi pembakaran ban dan pengumandangan lagu-lagu kebangsaan (Sumber: Palinfo)

Lebih dari tujuh puluh tahun terusir dari rumah sendiri dan lebih dari dua belas tahun terkungkung blokade, warga Palestina tak pernah menyerah dalam menyuarakan kebebasannya. Setelah 47 pekan Aksi Kepulangan Akbar melelahkan pertahanan Zionis,  mereka tak  membiarkannya tidur nyenyak dengan menggelar aksi AlIrbak Al-Lail.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan Untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar Di Turki

Pada November 2018 lalu, aksi Al-Irbak Al-Lail ini sempat terhenti setelah para mediator internasional seperti Mesir, Qatar, dan PBB mencapai kesepahaman agar penjajah Israel ‘melonggarkan’blokadenya terhadap Gaza. Namun karena Israel tak menyetujui kesepahaman tersebut,  aksi Al-Irbak Al-Lail kembali digelar masyarakat Palestina pada pekan ketiga Februari 2019 ini.

Korban luka terus bertambah, perlawanan belum bisa  dihentikan. Namun, pasokan obat-obatan dan fasilitas medis tak ada kemajuan. Ribuan korban luka terlunta tak mendapatkan pengobatan. (history/abadi)

Sumber: Palinfo, International Aqsa Institute

 

Bantu mujahid Palestina meneruskan perjuangannya dengan doa dan donasi terbaik.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

ABADI, Palestina – Ternyata ada yang tak kalah mengerikan dari serangan bom Israel yang tiba-tiba, yaitu menahan sakit namun tak ada yang mengobati. Hal itulah yang kini dialami oleh sekitar 8.515 pasien kanker di jalur Gaza. Rasa sakit yang dirasa seolah menjadi mimpi buruk  para pasien  yang tak tahu kapan akan berakhir.

Krisis bahan bakar, obat-obatan hingga peralatan medis menjadi penyebab lama yang masih terjadi bahkan kian menjamur.

Hari kanker sedunia yang diperingati pada Senin (4/02) kemarin menguak berbagai data mengerikan dari Pusat Kanker  Dunia tentang kondisi pasien kanker di Gaza. Laporan menjelaskan bahwa 7% dari jumlah penderita kanker atau 607 kasus kanker  diderita oleh anak-anak.  Sedangkan jumlah pasien kanker wanita mencapai 4705, atau sekitar  55.3% dari jumlah pasien keseluruhan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Pusat Kanker juga menerangkan bahwa krisis obat-obatan primer menjadi tantangan terbesar dari berbagai krisis yang ada. Diagnosa cepat dan tepat yang diberikan doketer bisa jadi tak berarti tanpa adanya obat, sang wasilah penyelamat.

Blokade Israel terhadap Gaza menjadi penyebab utama krisis ini. Gaza tak memilki fasilitas perawatan yang memadai sedangkan izin perujukan pasien sulit didapati.

Sekitar 38% pasien kanker di Gaza tak bisa meninggalkan Gaza untuk menerima perawatan di luar negeri sementara 5% dari pasien ditahan.

Yang lebih mengerikan, mereka yang kini menderita di Gaza adalah saudara-saudara kita. Saudara yang tengah menanggung amanat penjagaan tanah umat yang seyogyanya merupakan tugas kita semua. (history/abadi)

Sumber: Days of Palestine

Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

ABADI, Palestina – Tak hanya di kalangan masyarakat Indonesia, acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia juga ramai diperbincangkan media di Gaza. Selain dihadiri oleh beberapa tokoh penting acara tersebut memang dihadiri juga oleh wartawan dari beberapa kantor berita Palestina, salah satunya Al-Aqsa Voice.

Al-Aqsa Voice turut memberitakan  acara peletekan batu pertama dalam artikelnya yang dirilis pada Sabtu, 19 Januari 2018 pukul 18:41 dalam situs alaqsavoice.ps. Ditulis juga dalam artikel tersebut beberapa pernyataan tokoh-tokoh penting Gaza yang hadir, seperti Mahmud Al-Zahar, Yunis Al-Asthal, dan Salih A-Raqab.

Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia
Acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza dihadiri oleh beberapa tokoh penting di Gaza, warga sekitar, serta wartawan dari beberapa kantor berita. (Dok. Abadi)

Diketahui, Ketua Pelaksana Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia, Salih Ar-Raqab tak segan melontarkan pujiannya untuk rakyat Indonesia atas kontribusinya selama ini yang begitu besar untuk Palestina.

Baca juga: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

 

Selain Al-Aqsa Voice, Gaza Media, akun berita di media sosial instagram juga turut memberitakan acara peletakan batu pertama Masjid Istiqlal Indonesia. Berbagai doa dan dukungan pun dituliskan warganet dalam kolom komentar. Postingan di @gazamedianet itu juga telah disukai oleh sekitar 1.500 orang.

Peletakan Batu Pertama
Al-Aqsa Voice dan Gaza Media turut memberitakan acara peletakan batu pertama yang dilaksanakan pada Sabtu (19/01/2019) sore tersebut. (Foto: Al-Aqsa Voice)

Acara yang disiarkan langsung di akun instagram dan facebook lembaga Kasih Palestina itu juga disaksikan oleh banyak masyarakat Indonesia.

Masyarakat Palestina, khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di Distrik Ma’an, Khan Yunis, Gaza kepada masyarakat Indonesia.

Berbagai instansi dan lembaga kemanusiaan juga kepalestinaan, termasuk Abadi berbondong-bondong mengambil peran untuk menjembatani masyarakat Indonesia menunaikan amanah tersebut.

Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal
Dok. Abadi

Alhamdulillah, pada Sabtu (19/01/2019), ba’da Ashar, waktu Gaza, peletakan batu pertama pembangunan masjid yang dinamai Masjid Istiqlal Indonesia tersebut  telah dilaksanakan dengan lancar dan khidmat.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar tanpa hambatan suatu apa pun, dan senantiasa berada dalam rida Allah Swt. (history/abadi)

 

Mari ikut berperan dan berjariyah dalam ikhtiar kemerdekaan tanah Palestina dengan memberikan donasi terbaik untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri (451) 2017 00 4053

a.n Yayasan Harapan Amal Mulia Palestina

 

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 081 3224 9876 1 (Agus) / 081 1234 1400

WA:

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

Rancangan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina

Masyarakat Maan, Provinsi Khan Younis Gaza kini mendambakan sebuah masjid, sebagai tempat beribadah yang nyaman dan bermajelis ilmu. Bukannya tak ada, Masjid Amiinul Ummah Abu Ubaidah ‘Amr bin Jahar selama ini menjadi satu-satunya masjid yang dimiliki oleh sekitar 50.000 masyarakat Ma’an.

Meski begitu, masjid tersebut sangat jauh dari kata layak. Ukurannya yang sempit sering kali tak mampu menampung jemaah yang selalu membludak. Masjid tersebut hanya beratapkan dinding seng tipis dan dikelilingi dinding yang sudah terlihat kusam.

Lahirkan Para Hafiz dan Pejuang Sejati

Bukan sekedar tempat melaksanakan ibadah ritual, Masjid Amiinul Ummah ini telah melahirkan ratusan hafiz (penghafal Alquran) dari 9 dauroh/kelompok tahfiz yang dimiliknya. Seperti yang kita tahu, para hafiz Palestina selalu menjadi garda terepan dalam setiap upaya perlawanan terhadap kejahatan tangan Zionis.

masjid Istiqlal Indonesia
Kendala terbesar bagi para orang tua adalah perjalanan menuju masjid yang sangat jauh

Bukankah salah satu tugas kita sebagai muslim adalah memakmuran masjid-masjid? Bukan hanya dipenuhi, namun kenyamanan  ibadah jemaah  dan keindahannya pun menjadi satu hal yang tak semestinya dilewatkan.

Baca juga: Bibit Zaitun Bangkitkan Harapan Baru Petani Gaza

Sayangnya, di tengah krisis kemanusiaan berkepanjangan yang terjadi di Gaza, membuat masyarakatnya tak mampu mewujudkan masjid idaman tersebut.

Maka dari itu, masyarakat Palestina mengamanahkan penyempurnaan pembangunan masjid Amiinul Ummah kepada saudaranya, masyarakat Indonesia.

Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza

Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) yang bersinergi dengan Kasih Palestina dan beberapa lembaga lain, mendukung program penyempurnaan pembangunan Masjid Aamiinul Ummah  yang selanjutnya akan dinamai “Masjid Istiqlal Indonesia”.

Nama yang sama dengan Masjid Istiqlal di Jakarta, di mana dalam sejarahnya, masjid tersebut merupakan hadiah atas kemerdekaan Indonesia 73 tahun silam.

Kata Istiqlal yang berati merdeka, menjadi salah satu simbol masyarakat Palestina akan harapan terwujudnya kebebasan dan kemerdekaan yang selama ini mereka dambakan.

masjid Istiqlal Indonesia
Rancangan bangunan Masjid Istiqlal  Indonesia di Gaza

Kompleks Masjid Istiqlal akan dibangun di atas lahan seluas 1.751 meter persegi dengan luas bangunan  940 meter persegi. Diperkirakan masjid ini mampu menampung lebih dari 50.000 jemaah.

Selain sebagaimana janji Allah akan membangunkan rumah di surga bagi kita yang membangun masjid, keberkahan tanah Palestina juga Insya Allah akan menjadi penyelamat kita di dunia. (history/abadi)

Mari mengambil bagian dalam pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza melalui

Bank Syariah Mandiri (451)
711.7976.337
an. Amal Bakti Dunia Islam

Bibit Zaitun Bangkitkan Harapan Baru Petani Gaza

Bibit Zaitun Bangkitkan Harapan Baru Petani Gaza

Abadi salurkan bibit pohon zaitun kepada petani Gaza (Dok. Abadi)

 

Abadi, Palestina – Telah lama zaitun menjadi andalan masyarakat Palestina sebagai  pembangkit perekonomian.
Tak heran Palestina dijuluki sebagi negeri yang diberkahi, karena tanah dan iklimnya mampu menghasilkan berbagai jenis zaitun berkualitas tinggi, seperti di Gaza contohnya.

Data dari Alaraby menyebutkan sekitar 45% lahan pertanian di Gaza dan Tepi Barat (lebih dari 900.000 dunums) ditanami oleh sekitar 10 juta pohon Zaitun, dengan potensi menghasilkan antara 32.000- 35.000 ton minyak Zaitun. Namun, bukan Gaza namanya jika sendi kehidupannya tak diganjal blokade Israel.

Tahun 2017 lalu, panen Zaitun di Gaza mengalami kemerosotan yang sangat parah. Berbagai krisis yang diaami Gaza mengakibatkan pengelolaan perkebunan tak dilakukan sebagaimana mestinya.

Petani Gaza

“Sejak serangan tahun 2014, mesin produksi kami hancur. Kami juga kekurangan pasokan listrik, Padahal kami membutuhkan listrik tegangan tinggi untuk menjalankan mesin tersebut. Untuk saat ini, kami menggunakan generator listrik yang mengharuskan kami membayar banyak bahan bakar. ” ujar Naser Auda, pemilik pengelolaan ekstraksi zaitun kepada The New Arab 2017 lalu.

Selain itu, para pemukim illegal Yahudi juga sering berulah dengan membakar ladang-ladang zaitun di berbagai wilayah Palestina, seperti pada Juni 2018 lalu.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Warga Yahudi Israel di daerah pendudukan membakar puluhan pohon zaitun milik petani Palestina di sekitar Beit Forik dekat Nablus. Sumber setempat mengatakan, para warga pendudukan itu datang dari koloni ilegal Israel di Itmar.

“Ketika melakukan pembakaran, mereka dilindungi pasukan pendudukan Israel,” kata warga lokal seperti dikutip Middle East Monitor, Sabtu, 30 Juni 2018.

 

Bibit Baru Pohon Zaitun Bangkitkan Perekonomian Gaza

Petani Gaza

Petani Gaza

 

Alhamdulillah, pada awal Desember 2018, Abadi yang bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan Hayat Yolu telah mengirimkan bibit pohon Zaitun kepada para petani Gaza.

“Kami bersyukur dan berterima kasih pada Abadi yang telah mengadakan program ini serta membangkitkan semangat para petani untuk berusaha keras menanam pohon Zaitun.Hari ini kami memanfaatkan bantuan ini untuk memperkuat ekonomi kami, memperkuat keuangan kami, dan umumnya untuk memperkuat Gaza”, ujar Umar Riziq, salah seorang petani Gaza.”

Semoga Abadi bisa terus mampu membersamai perjuangan masyarkat Gaza khususnya dan Palestina pada umumnya, serta menjadi pengemban amanah yang baik dalam menyampaikan amanah dari donatur. (history/abadi)

 

Sumber: Al-Araby, Electronic Intifada

Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Abadi, Palestina– Belum ada tanda-tanda pasti konflik yang kini terjadi di Palestina akan mereda. Dari Yerusalem, Tepi Barat sampai Gaza, ketegangan masih terus saja terjadi. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak sebagai kaum lemah juga ikut terkena dampaknya.  Hak-hak sebagai anak yang wajib dilindungi dan dipenuhi seolah sengaja diabaikan, termasuk kebutuhan pendidikan.

Menteri Pendidikan dan Pengajaran Tinggi Palestina, Sabri Saydam pada Rabu (5/12/2018) mengatakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di Jalur Gaza, setidaknya dibutuhkan  123 bangunan sekolah baru.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Hal tersebut beliau sampaikan  dalam diskusinya dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Palestina, Mufid Hasayinah.

Tak hanya itu, anak-anak di Jalur Gaza membutuhkan bangunan sekolah yang layak. Baik dari struktur bangunan, kesehatan, hingga ketersediaan fasilitas penunjang. Saat ini sekolah-sekolah di Jalur Gaza masih sangat jauh dari kata layak.

Sulitnya Mendapatkan Pendidikan Di Gaza

Konflik Palestina dan Israel yang telah berlangsung lama, mengakibatkan sekolah-sekolah di Jalur Gaza hancur. Penutupan serta penyerangan ke sekolah-sekolah dengan dalih yang tak jelas juga kerap kali dilakukan pasukan pendudukan.

Seolah takut akan potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak Palestina, Israel berupaya melemahkan sektor pendidikan di sana.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

“Israel ingin semuanya dibawah kendali mereka, mereka ingin benar-benar mempengaruhi pendidikan sehingga dengan mudah bisa mengendalikan generasi penerus Palestina” ujar Muna Ateeq pendiri sekolah Zahwat Al-Quds dalam Al-Jazeera.

Saat ini Palestina memiliki 3 jenis sekolah, yaitu sekolah swasta, sekolah negeri, dan sekolah pemerintahan Palestina. Dalam upaya Yahudisasi, Zionis telah menyortir kembali buku-buku yang menggunakan kurikulum Palestina dan menggantinya dengan kurikulum Israel.

Setiap insan di dunia berhak memperoleh pendidikan setinggi-tingginya. Namun kenyataannya, kenyamanan memperoleh pendidikan bagi anak-anak Palestina seolah terenggut dengan semua konflik politik yang terus terjadi. (history/abadi)

 

Sumber: Palinfo, Aljazeera

Potret Keluarga Mahmud Hadapi Musim Dingin yang Mengerikan

Potret Keluarga Mahmud Hadapi Musim Dingin yang Mengerikan

ABADI, Palestina–  Di atas karpet yang telah basah, Mahmud duduk bersama istrinya Asmahan dan kedelapan anaknya yang tengah berkumpul mengelilingi perapian. Hangatnya rumah mereka hilang sejak musim dingin mendera Gaza kala itu.

Rumah mereka yang sangat sederhana tak mampu melindungi mereka dari terjangan banjir yang datang akibat hujan yang terus-menerus. Bahkan saat banjir menggenangi jalan, air dapat masuk melewati dinding-dinding lapuk yang berlubang di berbagai sudut.

Keluarga Mahmud merupakan satu sekian banyak keluarga miskin di Gaza yang setiap tahunnya harus berjuang melewati musim dingin yang menggigil. Tak ada pemanas atau selimut hangat. Semua dilewati dengan penuh perjuangan.

Baca juga: Memasuki Pekan Ke-tiga Musim Dingin, Masyarakat Gaza Semakin Sengsara

Dalam kondisi memprihatinkan tersebut, Asmahan mengungkapkan kesedihan dan ketakutannya. Ia berujar ada orang tua yang sanggup melihat anaknya tersiksa di musim dingin, apalagi disebabkan karena ketidak mampuan mereka memberikan fasilitas  yang layak.

Musim Dingin Palestina
Sering kali air masuk melalui sela-sela dinding rumah yang lapuk dan berlubang sehingga perabotan dan alas rumah menjadi basah. (Foto: Aljazeera)

Kisah Mahmud pada musim dingin lalu ini, sangat mungkin kembali terjadi pada musim dingin kali ini. Memasuki pekan ke-empat musim dingin Gaza pada Desember 2018 ini, Palweather terus mengabarkan suhu yang semakin turun di Gaza. Cahaya matahari bahkan tak mampu menebus awan kelabu yang akhir-akhir ini menutupi langit Gaza.

Bertahan dalam Dingin dan Lapar

Pernahkah kita merasa bahwa rasa lapar akan semakin menyerang saat dingin atau hujan? Itu pula lah yang dirasakan masyarakat Gaza. Sayanganya, tak seperti kita yang bisa dengan mudah mendapatkan makanan, mereka justru harus bersabar menanti makanan yang belum tentu bisa mereka dapatkan.

Musim Dingin Palestina
Perkampungan tempat tinggal Mahmud dan keluarganya (Foto: Aljazeera)

Melawan dingin bukan satu-satunya pertarungan yang harus dilalui keluarga Mahmud. Blokade yang diberlakukan Israel terhadap Gaza  mengakibatkan krisis berkepanjangan, salah satunya krisis pangan. Padahal pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi kelangsungan hidup seorang insan.

Perjuangan masyarakat Gaza semakin sulit kala musim dingin tiba. Setiap tahunnya, selalu saja ada korban berjatuhan karena musim dingin. Entah itu karena kelaparan, kedinginan, atau ihwal lain. (history/abadi)

Sumber: Aljazeera, Palinfo

Diamnya kita akan semakin menambah kesengsaraan msyarakat Gaza. Jangan biarkan Gaza membeku!

Salurkan donasi terbaik melalui:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

ABADI, Palestina – Sejak Kamis (15/11) sebagian besar masyarakat Gaza telah menjalankan rutinitasnya seperti biasa. Gencatan senjata memang telah diberlakukan sejak Rabu (13/11) pasca rentetan serangan dilontarkan Israel ke wilayah Gaza selama tanggal 11 sampai 12 November lalu.  Puluhan warga Gaza gugur, berbagai bangunan hancur, sejumlah  orang terluka sehingga harus mendapat perawatan.

Sebagian besar warga Palestina merayakan gencatan senjata tersebut, sementara itu para pemukim ilegal melakukan demonstrasi di jalan-jalan mengecam keputusan tersebut.

Meski demikian, sebagian warga Palestina yang lain tetap dihantui ketakutan. Dengan tabi’atnya, Zionis Israel bisa saja berkhianat dan tetap melancarkan serangannya.

Serangan UDara Israel
Aksi Kepulangan Akbar pekan ke-34 lukai puluhan warga Palestina (Foto: Mohammad Zaanoun/instagram)

Nayatanya benar saja, belum genap satu hari pasca diberlakukan, Israel melanggar gencatan senjata dengan menembak seorang nelayan berusia 23 tahun, Nawaf Alattar di perairan Baitlahiya, Gaza Utara(14/11).

Dalam Aksi Kepulangan Akbar pecan ke-34, Jumat (16/11), puluhan orang terluka oleh serangan yang dilakukan Israel dalam aksi yang di mana ribuan Palestina berkumpul di kamp Malaka untuk menuntut kembalinya tanah mereka yang dirampas.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Tak berhenti samapi di situ, peluru Israel juga lukai empat orang warga Palestina di Ramallah pada Senin (19/11). Satu di antaranya terluka parah akibat peluru yang menembus saluran vena di bagian paha.

Serangan UDara Israel
Serangan udara Israel di Gaza pada Senin (12/11). (Foto: Muhammad Zaanoun/ Intsagram)

Kabar duka lain datang dari seorang remaja Palestina yang meninggal dunia meninggal dunia pada Selasa sore (20/11/2018) akibat luka yang dideritanya pekan lalu oleh peluru pasukan polisi pendudukan penjajah Israel di al-Quds yang diduduki.

Inikah yang dinamakan gencatan senjata? Tak bisakah masyarakat Gaza merasakan sedikit ketenangan meski hanya sebentar saja?  (history/abadi)

Sumber: Melayu Palinfo

Mari bantu saudara-saudara kita di Palestina dengan doa dan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406