Abadi Bagi-Bagi Daging Kurban Sampai ke Palestina

Abadi Bagi-Bagi Daging Kurban Sampai ke Palestina

“Kebahagiaan saat dapat merasakan daging kurban di hari Idul Adha telah merata hingga ke negeri anbia.”

Infoabadi.org – Setiap tahunnya, umat muslim di seluruh dunia merayakan hari Iduladha atau hari kurban dengan berbagi kepada sesama. Jelang bergulirnya hari tersebut, sudah lumrah rasanya saat kemudian berbagai lembaga penghimpun donasi kemanusiaan ikut andil memastikan setiap lapisan masyarakat mendapatkan hak daging kurbannya.

Hal tersebut dilakukan pula oleh lembaga Abadi. Pada tahun 2019 ini, Abadi turut menjadi inisiator pelaksanaan distribusi daging kurban di daerah-daerah terdampak bencana. Mengusung tajuk “Tebar Qurban di Tanah Tragedi”, kali ini target penerima manfaat kurban adalah warga Lombok, Palu, bahkan merambah hingga ke Palestina.

donasi kemanusiaan palestina
Senyum yang terukir pada anak-anak Palestina Saat Menerima Daging Kurban dari Saudara-Saudara di Indonesia

Blokade yang dilakukan oleh Israel di Gaza telah menghambat seluruh warga yang ingin keluar atau masuk kota tersebut, sehingga warga Palestina tidak mudah mendapatkan hewan kurban. Selain itu, krisis perekonomian pun menjadi salah satu faktornya. Hal tersebut kemudian mendorong Abadi untuk melakukan penyaluran kurban ke Palestina.

Pada hari Iduladha 1440 Hijriah, lembaga kemanusiaan Abadi bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan Yardim Koprusu Turki, menyalurkan  semua titipan kurban yang sudah terhimpun dari masyarakat Indonesia untuk disampaikan kepada warga di Khan Yunis, Gaza secara langsung.

lembaga donasi kemanusiaan
Proses Pemotongan Daging Kurban Tim Abadi (Dok.Abadi)

Baca Juga : 3 Fakta Kehidupan Pengungsi di Khan Yunis, Gaza

donasi kemanusiaan palestina
Keterangan: Daging Kurban Siap Dibagikan Kepada Warga di Khan Yunis, Gaza (Dok.Abadi)

Masyarakat di Palestina tampak sangat bahagia saat menerima daging kurban tersebut. Terlebih, karena suasana bahagia seperti ini jarang sekali terjadi. Maka kebaikan ini sangat mereka syukuri.

Kebahagiaan yang terukit di hari raya Iduladha Palestina tentunya tak lepas dari kebaikan para Sahabat Abadi yang sudah mengikhlaskan dan mengiriman kurban untuk saudara di Palestina.

Terima kasih atas kurban yang sudah Sahabat titipkan melalui Abadi, sebagai lembaga donasi kemanusiaan Palestina yang berada di Indonesia. Semoga keberkahan hidup selalu menyelimuti orang-orang yang berhati mulia, yang selalu memikirkan keadaan saudara sesama muslim di negeri anbia.

Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) akan terus berikhtiar penuh untuk menjadi jembatan bagi donatur yang ingin mendonasikan hartanya untuk kepentingan bakti terhadap dunia Islam. (izzah/abadi)

 

Saat Muhammad Membuka Mata, Sebelah Kakinya Sudah Tiada

Saat Muhammad Membuka Mata, Sebelah Kakinya Sudah Tiada

Infoabadi.org – Muhammad berharap ia hanya bermimpi, namun nyatanya tidak. Saat ia membuka mata, kaki kanannya benar-benar sudah tiada.

Muhammad, salah satu warga Gaza ini menjadi korban kekejaman Israel dalam Aksi Kepulangan Akbar. Tentara Zionis menembakkan timah panas pada kaki kanannya. Luka luar terus melebar secara tidak proporsional.

Bantuan untuk korban aksi kepulangan akbar
Abadi berkesempatan menemui Muhammad, salah seorang korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki dan memberikan sejumlah donasi kepadanya. (Dok. Abadi)

Terbatasnya fasilitas kesehatan di Gaza mengakibatkan Muhammad harus mendapat perawatan di luar negeri. Perizinan rumit ia lewati agar dapat melewati gerbang perbatasan Rafah agar bisa berobat di Mesir. Otoritas Israel mengizinkannya, asalkan tidak ada keluarga atau kawan yang menemani.

Namun ternyata, ia tidak mendapat perawatan di Mesir. Muhammad terlunta-lunta seorang diri di negara tetangga. Untunglah, salah seorang relawan berbaik hati menerbangkan Muhammad ke rumah sakit Turki.

Baca juga: ABADI SALURKAN KEPEDULIAN MASYARAKAT NTB UNTUK PALESTINA

Di sana, bukan kesembuhan yang Muhammad dapatkan, melainkan kemalangan. Luka pada kaki kanan Muhammad semakin parah dan tak bisa lagi obati. Amputasi pun menjadi satu-satunya jalan terbaik yang disarankan dokter pada dirinya.

Kisah Inspiratif dari Perjalanan Journey of Empathy

Delegasi Abadi, Fauzan dalam perjalanan kemanusiaan Journey of Empathy berkesempatan mengunjungi Muhammad di Turki, tepatnya di kantor lembaga mitra Abadi Jisru at-Ta’awun al-Insani pada Selasa 2 Juli 2019.

Dalam kesempatan tersebut, Abadi menyerahkan sejumlah donasi kepada Muhammad serta tiga orang rekannya yang sama-sama menjadi korban Aksi Kepulangan Akbar.

Alhamdulillah, banyak hikmah dan kisah inspiratif yang mewarnai perjalanan kemanusiaan Abadi ke Turki, terutama mengenai ketangguhan masyarakat Palestina melawan kekejian Zionis.  Semoga Abadi mampu untuk terus membersamai perjuangan mereka. (history/abadi)

3 Fakta Kehidupan Pengungsi di Khan Yunis, Jalur Gaza

3 Fakta Kehidupan Pengungsi di Khan Yunis, Jalur Gaza

Infoabadi.org – Mendengar saudara-saudara kita di Palu hidup pilu di pengungsian selama enam bulan saja sudah cukup membuat hati tercabik. Lalu bagaimana dengan pengungsi Palestina di Khan Yunis yang puluhan tahun tinggal di pengungsian?

Barak pengungsian Khan Yunis terletak sekitar dua kilometer dari pantai Mediterania, utara Rafah. Sekitar 87.816 warga Palestina yang terusir akibat datangnya Israel, tinggal di sana dengan kondisi yang memprihatinkan. Berikut fakta-fakta tentang pengungsian Khan Yunis yang telah kami rangkum:

Terperangkap Blokade di Pengungsian

Kehidupan di Gaza

Perang Arab telah mengakibatkan sekitar 35.000 orang melarikan diri ke Khan Yunis. Sebagian besar dari mereka berasal dari daerah Be’er Sheva. Sudah terusir, para pengungsi juga harus merasakan pahitnya hidup di wilayah blokade seperti Gaza.

Baca juga: Perjuangan Para Warga Gaza Bertahan Hidup Selama Ramadan

Sebagian besar pengungsi bergantung hidup dari bantuan UNRWA (Organisasi PBB yang mengurusi permasalahan pengungsi) yang belakangan ini terus berkurang. Seperti di barak pengungsian lain di Jalur Gaza, tak adanya air bersih menjadi masalah besar di pengungsian. Sekitar 90 persen pasokan air tidak layak untuk konsumsi manusia.

Sekolah Bergantian

Kehidupan di Gaza

Menurut data dari UNRWA, barak pengungsian Khan Yunis mempunyai 16 sekolah (pusat belajar) yang harus bisa menampung murid 19 sekolah.  Karena tidak adanya ruang yang cukup, anak-anak pengungsi belajar secara bergantian, di bagi ke dalam enam waktu.

Pengungsi Terus Bertambah, Infrastruktur Tak Berkembang

Keseharian di Khan Younis

Kumuh dan padat menjadi ciri khas dari barak pengungsian Khan Yunis. Terdapat sebagian pengungsi yang tinggal di bangunan berbeton, bantuan dari UNRWA. Meski begitu, banyak pula pengungsi tinggal di tenda-tenda sederhana dari terpal tipis, ditutupi kain tebal bekas selimut, karpet dan lain sebagainya. Tak banyak terlihat bangunan layak, apalagi tempat rekreasi untuk anak-anak. (history/abadi)

Sumber: Unrwa.org

Perjuangan Para Warga Gaza Bertahan Hidup Selama Ramadan

Perjuangan Para Warga Gaza Bertahan Hidup Selama Ramadan


Infoabadi.org – Kesulitan yang menjerat Gaza Ramadan tahun ini nampaknya tidak hanya dirasakan oleh warga yang dikategorikan miskin,  tapi juga oleh pegawai pemerintahan Gaza, seperti Nasser, Nael, dan Dalul.

“Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku harus mencabut kulkasku sendiri, aku sering tidak punya makanan di dalamnya”, ujar Nasser Rabah dalam electronicintifada.net .

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia mengandalkan gajinya sebagai insinyur pertanian pemerintah Palestina. Rabah juga aktif sebagai penulis yang biasanya mampu memberikan penghasilan tambahan.

Dua tahun terakhir, Rabah tak mampu memberi anak-anaknya makanan yang layak karena ketiadaan biaya.

Baca juga: Potret Kesedihan Gaza Pasca Tragedi Hujan Roket

“Tapi selama dua tahun sekarang, saya bahkan belum bisa menyediakan makanan yang baik untuk anak-anak saya sendiri,” ujarnya.  

Ramadan yang Sulit untuk Warga Gaza

Pengakuan serupa diungkapkan oleh Nael Hamad, warga barak pengungsian Maghazi, Gaza Tengah yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai di Kantor Agama Gaza.

Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah telah menurunkan upah pegawainya. Bahkan sejak April 2019, sekitar 38.000 pekerja pemerintahan Gaza tidak menerima upah. Meskipun sempat diberi upah pada awal Mei, para karyawan mengeluh jumlah yang diberikan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Ramadan.

Nael memiliki enam orang anak, dua di antaranya telah lulus dari perguruan tinggi namun sampai saat ini masih menganggur, satu anak masih berkuliah, dan tiga lainnya duduk di bangku sekolah.

Tak Ada Daging, Ikan, atau Buah Selama Ramadan

Muhammad Dallul, seorang pekerja sosial yang tinggal di wilayah Zaitun di Kota Gaza, juga mempunyai kisah yang tak jauh beda.

Dallul memiliki dua orang anak. Dua pekan sejak bergulirnya Ramadan, ia tidak mampu membeli daging, ikan, atau pun buah. Mereka harus puas dengan beberapa potong kentang saja untuk hidangan buka puasa.

Baca juga: Peduli Palestina, Istri Gubernur NTB Dukung Program Edukasi Abadi

Tak jarang, mereka hanya makan sahur dan buka dengan satu potong keju dan air.

Nasser, Nael, dan Dallul adalah tida dari sekian banyak warga Gaza yang terpaksa berhemat lebih ketat pada Ramadan 1440 ini. Tak bisa dipungkiri, blokade Israel menjadi cikal bakal berbagai krisis yang selama ini mencekik warga Gaza.

Bombardir roket Israel di wilayah Gaza menjelang Ramadan lalu juga semakin memperburuk perekonomian warga. (history/abadi)

Sumber: The Electronic Intifada

Tak Sepele, Timah Panas Israel Mampu Leburkan Tulang Bak Debu

Tak Sepele, Timah Panas Israel Mampu Leburkan Tulang Bak Debu


Infoabadi.org – “Kurang lebih setengah dari korban luka yang kami tangani, tulang-tulang mereka telah berubah menjadi debu”

Pernyataan tersebut diungkapan oleh Dokter Thierry Saucier, seorang ahli bedah ortopedi asal Perancis yang bergabung dalam misi kemanusiaan, menangani korban Aksi Kepulangan Akbar di Palestina.

Beliau mengakui menangani korban-korban tersebut tidaklah mudah. Lebih dari 95 % korban yang ia tangani, terluka pada bagian tungkai bawah lutut  akibat menjadi sasaran timah panas Israel.

Bukan Luka Biasa

Blokade Gaza
Petugas medis mengevakuasi peserta Aksi Kepulangan Akbar yang terluka. (Sumber: The Electronic Intifada)

Thierry berujar, luka yang dialami para korban Aksi Kepulangan Akbar tak bisa disebut luka tembak biasa. Umumnya ketika peluru yang menembus bagian tubuh dikeluarkan, akan menyisakan luka luar yang sedikit lebih lebar dari ukuran peluru.

Hal yang tak biasa adalah, luka luar tersebut ternyata memberikan indikasi kerusakan jaringan lunak dan tulang. Luka luar terus meluas secara tidak proporsional dan sulit untuk diobati.

Baca juga:
Di Gaza, Setiap Sudut Kota Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar

Setengah dari jumlah kasus yang ada, luka terus menembus hingga tulang dan menyebabkan terjadinya patah tulang multifragmen. Dengan kata lain, tulang-tulang mereka sudah hancur lebur, layaknya butiran-butiran debu.

Abadi Bersama Korban Aksi Kepulangan Akbar

Perbatasan Gaza

Lebih dari seribu korban luka Aksi Kepulangan Akbar diamputasi karena luka yang tak dapat diobati dan terbatasnya fasilitas kesehatan di rumah sakit Palestina. (Sumber: The Electronic Intifada)

Tak pantas rasanya apabila kita hanya berdiam diri mendengar saudara kita sulit sendiri dalam misinya menjaga tanah umat. Berkat pertolongan Allah dan kebaikan donatur, Abadi turut meringankan beban korban luka Aksi Kepulangan Akbar dengan menyalurkan sejumlah bantuan tunai pada November 2018 lalu.

Haulul Hamdi, Direktur Abadi langsung melakukan penyaluran tersebut di salah satu rumah sakit di Turki, tempat para korban dirujuk dari rumah sakit di Palestina.

Selama digelarnya Aksi Kepulangan Akbar, tak kurang dari 200 orang telah gugur. 23 ribu orang lainnya terluka dan kebanyakan dari mereka terpaksa kehilangan anggota tubuhnya.

Kendati demikian, belum ada tanda-tanda bahwa aksi ini akan segera berakhir. Dikutip dari berbagai sumber, peserta aksi tak akan menyerah hingga  mereka mendapatkan hak mereka ke tanah yang telah dirampas, serta dicabutnya blokade  yang mencekik. (history/abadi)

Sumber: Msf.org

Mari bersamai perjuangan saudara-saudara kita di Palestina dengan mengirimkan doa tertulus dan donasi terbaik.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Jarang Diberitakan, Kondisi Pengungsi Palestina Tak Kalah Memilukan

Jarang Diberitakan, Kondisi Pengungsi Palestina Tak Kalah Memilukan

Foto sampul hanya ilustrasi (pengungsi suriah)

Infoabadi.org – Saat ini, Jalur Gaza menjadi pusat objek pemberitaan isu-isu kemanusiaan dunia. Namun ada yang tak kalah memilukan dari kondisi penduduk Jalur Gaza. Yaitu mereka yang terusir dari tanah kelahiran mereka di Palestina dan kini mengungsi di beberapa negara tetangga.Merekalah pengungsi Palestina.

Siapakah Pengungsi Palestina?

Pengungsi Palestina adalah penduduk asli Palestina yang dipaksa untuk lari atau dengan sengaja diusir dari tanah kelahirannya sejak Israel mulai mengambil alih wilayah Palestina sejak tahun 1948. Meski warga Palestina berhak untuk kembali ke tanah air mereka,  enam puluh enam tahun terakhir Israel terus menghalang-halangi.

Baca juga: UPAYA PENGUNGSI PALESTINA BANGUN HUNIAN LEBIH LAYAK BERUJUNG PADA PENAHANAN

Mengapa Mereka terusir?

Kebijakan otoritas Zionis Israel berupaya mewujudkan tanah ekslusif yang hanya ditinggali oleh orang-orang Yahudi. Berbagai upaya dilakukan Israel untuk menguatkan eksistensi penduduk Yahudi di negeri para Nabi. Serangan hingga pembatantaian menjadi upaya Zionis mewujudkan cita-citanya tersebut.

Sekitar 50% dari seluruh desa di Palestina dihancurkan pada tahun 1948 dan banyak kota dibersihkan dari populasi Palestina. Pasukan Israel membunuh sekitar 13.000 warga Palestina dan secara paksa mengusir 737.166 warga Palestina dari rumah dan tanah mereka. Lima ratus tiga puluh satu desa Palestina seluruhnya dihuni dan dihancurkan.  

Baca juga: ABADI SALURKAN USD 3.400 UNTUK BANTU PENGUNGSI PALESTINA

Tragedi berlanjut pada tahun 1967. Pada tahun itu, Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza, sehingga banyak warga Palestina yang terusir untuk kedua kalinya.

Ke mana Mereka Mengungsi?

Mayoritas dari mereka yang terusir mengungsi ke sejumlah negara tetangga. Lebih dari setengah populasi pengungsi tinggal di Yordania. Sekitar 15%  mengungsi ke Suriah dan Lebanon. Sebanyak 37,7% tinggal di internal ‘Israel’ yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Berapa Banyak Pengungsi Palestina Saat  Ini?

Palestina menjadi kelompok pengungsi terbesar di dunia dengan jumlah sekitar 7,2 juta orang. Jumlah tersebut merupakan sepertiga dari jumlah pengungsi di seluruh dunia. Lebih dari 4,3 juta pengungsi terlantar hingga akhirnya terdaftar untuk mendapat bantuan kemanusiaan dari PBB. 1,7 juta pengungsi lainnya tidak terdaftar dan hidup terkatung tanpa adanya bantuan kemanusiaan tetap.

 

Sumber: Al-wada.org

Di Gaza, Setiap Sudut Kota  Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar

Di Gaza, Setiap Sudut Kota Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar


Infoabadi.org – Hasan al-Kurd, seorang guru sekaligus aktivis Gaza menuturkan keprihatinannya dengan jumlah korban Aksi Kepulangan Akbar. Hasan mengungkapkan kemana pun kakinya melangkah di Gaza, ia selalu menemui orang-orang yang terluka karena aksi protes tersebut.

Sejak aksi pertama digelar pada 30 Maret 2018 lalu, kurang lebih dua ratus warga Palestina telah gugur. Dua puluh sembilan ribu orang terluka, lebih dari setengahnya diakibatkan tembakan Israel. Sebagian sumber mencatat angka yang lebih besar dari pada itu.

“Anda akan melihat yang terluka di mana-mana di Gaza, keluarga saya termasuk yang terluka,” ungkap Hasan.

Beliau juga mengungkapkan, banyak di antara mereka yang menceritakan kesakitan, masa depan yang hancur karena cacat, dan berbagai keluhan lainnya.

Fasilitas kesehatan yang ada di Gaza, bahkan di rumah sakit besar sekalipun, tak cukup mumpuni menangani korban luka Aksi Kepulangan Akbar. Akibatnya, lebih dari seribu korban luka mengalami infeksi akut dan berisiko pada pengamputasian.

Baca juga:
Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Para korban harus dirujuk ke rumah sakit di luar Gaza dengan biaya yang tak sedikit. Itu pun jika pihak otoritas memberikan izin keluar pintu perbatasan.

Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) berupaya meringankan beban korban dengan memberikan sejumlah bantuan tunai kepada kepada sejumlah korban Aksi Kepulangan Akbar yang tengah menjalani pengobatan di rumah sakit di Turki.

Sejumah korban Aksi Kepulangan Akbar berhasil dirujuk ke rumah sakit Turki oleh lembaga INSAN, salah satu mitra Abadi.Mohon doa dan dukungan agar ABADI senantiasa membersamai umat Islam di Indonesia, Palestina, dan seluruh penjuru dunia. (history/abadi)

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri

No. Rek (451) 711 7976 337


a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:


Call/SMS: 0878 6455 6406

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas


Infoabadi.org – Sejenak rehat dari kabar duka seputar hujan roket yang terjadi beberapa hari lalu, seorang seniman Gaza akhir-akhir ini menyita perhatian warga net dengan karya unik miliknya. Bagai cahaya matahari di tengah awan mendung, Iman at-Tayeb memancarkan sinar yang menyejukan mata  dengan karya tiga dimensi yang ia buat dengan media kertas warna.

Bukan sekedar menggoreskan cat dengan kuas di atas kertas, tapi Iman menyulap kertas menjadi sebuah karya bernilai seni tinggi.

Seniman Gaza

“Saya berpikir, mengapa bukan kertas saja yang menjadi bahan utama dalam lukisan”, tuturnya.

Baca juga: Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Iman kembali berujar, “Kemudian saya menemukan terdapat sebuah seni di Jepang yang menggunakan media kertas berwarna. Saya ingin menjadi seniman pertama yang membawa seni serupa di Palestina”.

Inspirasi dari Gaza

Ketika masih duduk di bangku sekolah, Iman menyadari bahwa ia mempunyai ketertarikan dan kemampuan dalam mengolah bahan-bahan alami menjadi sebuah karya seni.

“Saya menemukan jati diri saya di sini. Maka, saya memberanikan diri untuk berinvestasi lebih banyak dan mulai mengembangkan keterampilan. Saya mengunggah karya saya  di media sosial.” ujar Iman.

kisah inspirasi di Gaza

Sebagai tanah yang diberkahi, Palestina, khusunya Gaza memiliki sejumlah seniman berbakat. Namun sayangnya, blokade ketat yang diberlakukan otoritas Israel mengakibatkan mereka sulit untuk berkembang dan melebarkan sayap.

Setiap gerak-gerik diamati, pintu perbatasan dijaga ketat bahkan tak ada celah untuk sekedar berniaga mencari sesuap nasi. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

Terus Berproses, Pembangunan Masjid istiqlal Indonesia Dikawal Abadi

Terus Berproses, Pembangunan Masjid istiqlal Indonesia Dikawal Abadi


Abadi, Palestina – Abadi terus menjalin komunikasi intensif dengan lembaga Jisru at-Ta’awun al-Insaniyah (JTI) Turki, guna memastikan proses pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan dengan lancar. Ahad, 10 Maret 2019 telah dilaksanakan penggalian tanah yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan fondasi masjid.

Pembangunan masjid dipimpin oleh Kantor Teknik Qudsuna yang telah berpengalaman dalam bidangnya. Mereka memantau setiap proses, menjaga kualitas, serta memastikan pembangunan masjid sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Masjid Istiqlal Indonesia

Sebelumnya, Kementian Wakaf dan Urusan Agama Palestina telah membentuk panitia pembangunan masjid. Tokoh agama, pejabat setempat, serta sejumlah lembaga kemanusiaan yang terlibat, khususnya JTI menjadi pihak-pihak yang mengisi struktur kepanitiaan tersebut.

Sebagaimana diketahui, masyarakat Palestina di Khan Yunis, Gaza telah mengamanahkan penyempurnaan pembangunan sebuah masjid kepada masyarakat Indonesia yang selanjutnya diberi nama Masjid Istiqlal Indonesia.

Pada Januari 2019, telah dilaksanakan prosesi peresmian dan peletakan batu pertama Fyang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat juga pewarta dari berbagai kantor media.

Sejarah Masjid Istiqlal Indonesia

Dukungan untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indoensia juga terus mengalir dari berbagai pihak di Indonesia. Mulai dari masyarakat, lembaga-lembaga kemanusiaan, juga instansi pemerintahan.

Baca juga: Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Syekh Amjad Khalifa, Ketua JTI menargetkan, pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia akan rampung setidaknya  dalam waktu satu tahun.

Masjid Istiqlal Gaza

Sebelum dilakukan penyempurnaan pembangunan, masjid ini telah menjadi pusat pelatihan menghafal Alquran dan kajian ilmu-ilmu Islam untuk masyarakat Gaza, khusunya di wilayah Ma’an, Khan Yunis.

Mahmud az-Zahar, salah seorang tokoh masyarakat di Palestina dalam acara peletakan batu pertama menyampaikan, Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza akan menjadi pusat peradaban orang-orang Indonesia di Palestina. Tempat berkumpul, mengkaji ilmu, serta bersilaturahmi bersama.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan  Masjid istiqlal Indonesia di Gaza senantiasa berada dalam kemudahan dan dinaungi lindungan Allah Swt. (history/abadi)

Menyelamatkan Diri dari Krisis  Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah

Menyelamatkan Diri dari Krisis Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah


Abadi, Suriah – Berbagai krisis yang terjadi di Palestina mengakibatkan sebagian warganya terpaksa mengungsi ke sejumlah Negara tetangga. Salah satunya ke Suriah. Kendati demikian, di sana mereka tak kunjung mendapatkan keamanan dan kesejahteraan. Konflik yang terjadi di Suriah sewindu terakhir mengakibatkan ribuan pengungsi Palestina ikut terkena imbasnya.

Tim Pemantauan dan Dokumentasi Kelompok Kerja Palestina di Suriah mencatat, 3.920 pengungsi Palestina menjadi korban keganasan perang di Suriah selama delapan tahun terakhir. Catatan tersebut dirilis pada Ahad (10/3).

Baca juga: SEWINDU BERLALU, ANAK SURIAH TAK KUNJUNG DAPATKAN HAK-HAKNYA

Catatan yang dirlis pada Ahad (10/3) itu juga mengatakan, barak pengungsian Yarmuk, sebelah  selatan Kota Damaskus menjadi wilayah dengan jumlah korban terbanyak dengan 1422 jiwa, diikuti dengan barak Daara di Suriah Selatan dengan 263 jiwa.

Diungkapkan  sebanyak 1.198 pengungsi gugur akibat tembakan roket, 1.069 karena tembakan peluru, sementara572  lainnya gugur akibat menjadi korban kekerasan di barak tahanan.

Baca juga: MIMPI BURUK RIBUAN PASIEN KANKER GAZA

Pelecehan perempuan di barak-barak pengungsian juga menjadi isu menyedihkan yang terus berkembang. Belum lagi krisis pangan, obat-obatan, serta kebutuhan pokok yang lain yang turut mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sana.

Sekitar 530.000 pengungsi Palestina tersebar di sembilan barak pengungsi dan enam komunitas besar di Suriah.  Perang saudara yang terjadi di sana mengakibatkan sebagian besar dari pengungsi memutuskan untuk kembali mengungsi ke luar Suriah atau perkampungan lain yang lebih aman. (history/abadi)

Sumber: Palinfo