Fenomena Alam Ganda Dibalik Tsunami Selat Sunda

Fenomena Alam Ganda Dibalik Tsunami Selat Sunda

Tsunami menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. (Sumber: Liputan6.com)

 

ABADI, Anyer – Tanpa ada guncangan seperti tsunami-tsunami sebelumnya, air laut itu tiba-tiba naik dan menyapu seluruh isi kota. Karena tak ada tanda-tanda itu pula warga sekitar tak sempat berlari menyelamatkan diri. Akibatnya 281 orang dinyatakan meninggal, 1.016 luka-luka, dan 57 lainnya masih dinyatakan menghilang.

Menurut penuturan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam diperkirakan terjadi karena adanya dua fenomena alam yang terjadi bersamaan yaitu bulan purnama dan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Para korban tsunami yang terjadi di Selat Sunda ditampung di Puskesmas Carita, Pandeglang, Banten.  (Sumber: Viva)

“Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan di lokasi yang sama, di perairan Selat Sunda. Pertama adalah erupsi anak Gunung Krakatau dan Kedua potensi gelombang tinggi. Namun ternyata setelah analisis lanjut, gelombang itu merupakan gelombang tsunami,” kata Dwikorita saat jumpa pers di kantorya, BMKG, Jakarta Pusat (23/12).

Ia menjelaskan, BMKG sebelumnya telah memberi peringatan bahwa pada tanggal 20-25 Desember akan terjadi gelombang tinggi, sedangkan kondisi Gunung Anak Krakatau sejak bulan Juni terjadi erupsi.

Baca juga: Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Tsunami anyer
Bangunan rusak akibat tsunami di Selat Sunda (Sumber: BNPB)

“Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi (karena) ada purnama dan erupsi anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami. Jadi tsunami yang terjadi bukan karena seperti yang disampaikan BMKG (yakni karena) gempa, tadi sudah di cek tidak-tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami, sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami,” papar dia.

Tsunami anyer

Belum genap tiga bulan setelah tsunami menyapu Sulawesi Tengah, kabar duka kembali menyelimuti ibu pertiwi. Sabtu (22/12) malam, tsunami menerjang wilayah Selat Sunda meliputi Anyer dan Lampung.

Bukan hanya nyawa, harta benda pun ikut hancur oleh gelombang tinggi berkekuatan besar itu.  Sebanyak 611 unit rumah dan 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko serta 420 perahu-kapal pun ikut rusak akibat musibah tersebut. Hingga saat ini, sejumlah akes jalan masih tertutup. Listrik pun masih belum menunjukan tanda-tanda akan segera menyala.

Musibah demi musibah datang silih berganti. Semoga Allah Swt. selalu melindungi dan menyelamatkan negeri ini dari berbagai bala bencana. Aamiin. (history/abadi)

 

Sumber: Nasional Kompas