Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

ABADI, Palestina– Daftar warga Palestina yang syahid akibat serangan Israel tak mungkin bisa dikurangi, daftar korban luka pun tak bisa dihindari dan bahkan kini kian bertambah dengan adanya aksi Al-Irbak Al-Lail (Kebingungan Malam Hari). Sekitar 20 peserta terluka dalam aksi yang digelar pada Ahad (17/2) malam di Jabalia Timur, Gaza Utara tersebut. Sementara satu orang bocah mengalami luka tembak di kamp Barij, Gaza Tengah.

Dengan hati-hati, para pemuda Palestina berjalan mengendap di antara kegelapan. Setelah sampai di perbatasan, mereka mulai membakar ban dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Di sisi lain, serdadu Zionis memantau dari kejauhan dengan seperangkat senjatanya.  Beberapa saat kemudian, mereka melancarkan  tembakan dari tank ke dua titik di Bet Hanun. Sejumlah insfrastruktur pun akhirnya rusak karena tembakan tersebut.

Aksi Kepulangan Akbar
Kaum disabilitas Palestina turut serta dalam aski Al-Irbak Al-Lail, Timur Gaza (11/2). (Sumber: Palinfo)

Sebelumnya, dilansir dari Ma’an News seorang warga Palestina ditembak pada bagian kaki pada aksi Kamis (14/2) malam di sebelah timur Rafah, Jalur Gaza. Sementara itu, semburan gas beracun juga menyebabkan sejumlah warga Palestina sesak dan lemas.

Gencarkan Aksi, Suarakan Pembebasan

Great Return March
Al-Irbak Al-Lail diisi dengan aksi pembakaran ban dan pengumandangan lagu-lagu kebangsaan (Sumber: Palinfo)

Lebih dari tujuh puluh tahun terusir dari rumah sendiri dan lebih dari dua belas tahun terkungkung blokade, warga Palestina tak pernah menyerah dalam menyuarakan kebebasannya. Setelah 47 pekan Aksi Kepulangan Akbar melelahkan pertahanan Zionis,  mereka tak  membiarkannya tidur nyenyak dengan menggelar aksi AlIrbak Al-Lail.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan Untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar Di Turki

Pada November 2018 lalu, aksi Al-Irbak Al-Lail ini sempat terhenti setelah para mediator internasional seperti Mesir, Qatar, dan PBB mencapai kesepahaman agar penjajah Israel ‘melonggarkan’blokadenya terhadap Gaza. Namun karena Israel tak menyetujui kesepahaman tersebut,  aksi Al-Irbak Al-Lail kembali digelar masyarakat Palestina pada pekan ketiga Februari 2019 ini.

Korban luka terus bertambah, perlawanan belum bisa  dihentikan. Namun, pasokan obat-obatan dan fasilitas medis tak ada kemajuan. Ribuan korban luka terlunta tak mendapatkan pengobatan. (history/abadi)

Sumber: Palinfo, International Aqsa Institute

 

Bantu mujahid Palestina meneruskan perjuangannya dengan doa dan donasi terbaik.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Dongeng Palestina, Ajak Anak-anak Peduli Sejak Dini

Dongeng Palestina, Ajak Anak-anak Peduli Sejak Dini

 

ABADI, Lombok – Puluhan anak berbusana muslim sudah duduk rapi saat kakak-kakak Abadi datang. Wajah mereka semakin sumringah melihat kami yang datang dengan sejumlah boneka tangan. Gelaran Dongeng Inspiratif Palestina berlangsung pada Rabu (13/2) di TPQ At-Taqwa, Perumahan Lingkar Muslim, Mataram.

Sesaat setelah Kak Fauzan sang pendongeng menyapa,  suasana jadi penuh dengan tawa. Dalam kesempatan itu, Kak Fauzan menyampaikan kisah ulat dengan kayu.

edkasi palestina
Gelaran Dongeng Inspiratif Palestina pada Rabu (13/2) di TPQ At-Taqwa, Perumahan Lingkar Muslim, Mataram. (Dok. Abadi)

Kisah kehidupan di hutan,,

Kayu yang mengering dan daunnya berguguran…

Hanya tinggal satu pohon yang memiliki 3 helai daun…

dan ada tiga ulat yang datang menangis kelaparan,, meminta daun si pohon…

Pohonnya pemurah dan ikhlas berbagi…

 

Baca juga: Bangun Sinergi Bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

 

Begitulah kira-kira yang disampaikan Kak Fauzan, dengan wajah ekspresif dan suara nyaring ciri khas seorang pendongeng. Perasaan antusias sekaligus penasaran jelas terpancar dari raut wajah anak-anak.

 

Dongeng Inspiratif Palestina

Dongeng Inspirasi Palestina
Anak-anak terlihat antusias dan semangat menyimak alur cerita yang disampaikan Kak Fauzan. (Dok. Abadi)

Program Dongeng Inspiratif Palestina merupakan salah satu media edukasi melalui cerita atau kisah, yang mudah dimengerti oleh anak. Selain dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama, dongeng juga dapat melatih kreatifitas dan imajinasi anak dalam berkarya.

Berbagai persoalan kemanusiaan yang terjadi di Palestina menjadi motivasi tersendiri bagi Abadi untuk mengedukasi masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak agar  mulai peduli pada kesulitan saudaranya sendiri.

 

Terdapat banyak kisah inspiratif yang bisa diteladani dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di Palestina.  Misalnya hebatnya anak-anak Gaza menghafal Alquran di usianya yang masih belia. Atau tegarnya masyarakat Palestina bertahan dari serangan Israel, Kisah Isra’ Mi’raj, ibunda Maryam, dan kisah-kisah lainnya yang tentunya dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti. (history/abadi)

 

Ingin sekolah/madrasah/komunitasmu didongengi kakak-kakak Abadi?  Silakan hubungi narahubung kami di 0878 6368 2662.

Bangun Sinergi bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

Bangun Sinergi bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

ABADI, Lombok – Kamis, 7 Februari 2019 menjadi hari istimewa bagi para pemuda Lombok, khususnya mereka yang selama ini giat membela saudara-saudara kita di Palestina. Hari itu ukhuwah dirasa semakin menguat, memantapkan semangat perjuangan yang kian menggelora dalam jiwa sang pemuda. Itulah hari, diberlangsungkannya acara bertajuk Meet and Greet Milenial Pejuang Palestina.

Paduan antara tiga kekuatan besar, yaitu semangat pemuda, ukhuwah, dan ghirah perjuangan  terpancar jelas dalam  acara yang dilaksanakan di Kafe Edukasi, Kota Mataram.

Seluruh pengurus dan relawan Abadi serta pecinta Palestina dari sejumlah komunitas hadir berkumpul dan berbagi tawa dalam satu meja. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Abadi, Luhul Hamdi juga menyampaikan sejarah panjang datangnya Zionis ke tanah Palestina, serta ajakannya untuk  menunjukan aksi nyata.

Amal Bakti Dunia Islam

Blokade yang diberlakukan Israel selama kurang lebih satu dasawarsa telah mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi kehidupan Gaza. Krisis pangan, listrik, dan obat-obatan telah menjadi cerita  sehari-hari yang kian mengkhawatirkan. Jutaan penduduk hanya bergantung hidup dari bantuan kemanusiaan yang tak pasti datangnya.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan Untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar Di Turki

Bebasnya Al-Aqsha dan merdekanya Palestina adalah suatu keniscayaan yang telah dijanjikan oleh-Nya. Tinggal menentukan seberapa besar peran kita dalam misi pemenangan tersebut. Pejuang sejati tentu lebih istimewa posisinya di mata Allah Swt.

Itulah mengapa dalam kesempatan meet and greet tersebut, Abadi mengajak relawan dari berbagai latar belakang itu untuk bergabung menjadi relawan Abadi dalam program pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Khan Yunis, Gaza dan program lain dalam tiga bulan ke depan.  Semangat para pemuda membuat mereka tak pikir panjang untuk dapat bergabung dalam misi perjuangan tersebut.

Abadi

Sudah setahun ini, Abadi berkhidmat membersamai perjuangan rakyat Palestina yang kini berada dalam cengkraman otoritas pendudukan. Abadi juga turut mengambil peran dalam ikhtiar menunaikan amanah rakyat Palestina untuk masyarakat Indonesia dalam membangun Masjid Istiqlal Indonesia di Khan Yunis, Gaza.

Sejatinya, Allah lah yang telah merancang pertemuan tersebut. Allah pula yang menjadikan hati mereka tergerak untuk peduli dan berjuang untuk Palestina. Maka semoga pula Allah mengistiqomahkan perjuangan mulia ini, dan senantiasa melimpahkan keberkahan dalam setiap ikhtiar yang dilakukan. Aamiin (history/abadi)

Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-haknya

Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-haknya

ABADI, Suriah – Sewindu berlalu sejak perang saudara berkecamuk di tanah Suriah, berbagai krisis kemanusiaan semakin berkembang dan naik ke permukaan. Badan Pengawas PBB menggaris bawahi salah satu ‘PR’ kemanusiaan tersulit di Suriah, yaitu tak terpenuhinya hak-hak  anak di pengungsian.

Musim dingin suriah
Anak-anak pengungsi Suriah di salah satu kamp pengungsian di Turki. (Sumber: AhlulBayt News Agency)

Ribuan anak dibunuh, disiksa, dan diperbudak selama perang saudara terjadi di Suriah. Sudah jelaslah krisis pangan, tempat tinggal, dan obat-obatan yang menyiksa kehidupan para pengungsi selama ini.

Pelecehan  juga menjadi kasus lain yang tak kalah memilukan. Ratusan anak terlahir tanpa tau siapa dan dari mana asal bapaknya. Tak ada pembelaan ataupun pengakuan.

Baca juga: Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak di Suriah Meregang Nyawa

Imbasnya, mereka tak dapat mendaftarkan kelahiran di catatan Negara. Padahal, itulah ‘tiket’ sang anak untuk mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan bantuan kemanusiaan. Mirisnya, mereka yang tak mendaftarkan anaknya justru malah dikenakan dena.

Pengungsi suriah
Penduduk Yazidi Suriah berjalan menuju perbatasan Suriah, di pinggiran Gunung Sinjar (10/8/2014). (Sumber: Middle East Monitor]

“Kami sangat prihatin dengan kondisi anak-anak yang tidak terdaftar, khususnya mereka yang kehilangan rumah dan tinggal di daerah yang terkepung serta sulit dijangkau,” ungkap Jorge Cardona, peneliti PBB, Dalam Middle East Monitor.

Perang saudara yang terjadi di Suriah sejak delapan tahun lalu telah mengakibatkan lebih dari 360.000 jiwa meninggal dunia. Sekitar 5,6 juta warganya mengungsi di lima Negara tetangga, yaitu  Turki, Lebanon, Mesir, dan Yordania.(history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

ABADI, Palestina – Ternyata ada yang tak kalah mengerikan dari serangan bom Israel yang tiba-tiba, yaitu menahan sakit namun tak ada yang mengobati. Hal itulah yang kini dialami oleh sekitar 8.515 pasien kanker di jalur Gaza. Rasa sakit yang dirasa seolah menjadi mimpi buruk  para pasien  yang tak tahu kapan akan berakhir.

Krisis bahan bakar, obat-obatan hingga peralatan medis menjadi penyebab lama yang masih terjadi bahkan kian menjamur.

Hari kanker sedunia yang diperingati pada Senin (4/02) kemarin menguak berbagai data mengerikan dari Pusat Kanker  Dunia tentang kondisi pasien kanker di Gaza. Laporan menjelaskan bahwa 7% dari jumlah penderita kanker atau 607 kasus kanker  diderita oleh anak-anak.  Sedangkan jumlah pasien kanker wanita mencapai 4705, atau sekitar  55.3% dari jumlah pasien keseluruhan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Pusat Kanker juga menerangkan bahwa krisis obat-obatan primer menjadi tantangan terbesar dari berbagai krisis yang ada. Diagnosa cepat dan tepat yang diberikan doketer bisa jadi tak berarti tanpa adanya obat, sang wasilah penyelamat.

Blokade Israel terhadap Gaza menjadi penyebab utama krisis ini. Gaza tak memilki fasilitas perawatan yang memadai sedangkan izin perujukan pasien sulit didapati.

Sekitar 38% pasien kanker di Gaza tak bisa meninggalkan Gaza untuk menerima perawatan di luar negeri sementara 5% dari pasien ditahan.

Yang lebih mengerikan, mereka yang kini menderita di Gaza adalah saudara-saudara kita. Saudara yang tengah menanggung amanat penjagaan tanah umat yang seyogyanya merupakan tugas kita semua. (history/abadi)

Sumber: Days of Palestine

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

ABADI, Palestina – Penggusuran paksa mungkin sudah sering dialami warga Palestina di berbagai wilayah yang diduduki. Kali ini ada yang berbeda, namun tak kalah menyiksanya. Pasukan otoritas Israel memaksa Majdi Abu Tayeh, salah satu warga Al-Quds untuk merobohkan rumahnya sendiri di daerah Silwan, tanpa bantuan alat berat apapun. Jika tidak, Majdi harus membayar denda yang jumlahnya cukup besar.

Bagai makan buah simalakama, keluarga Majdi tak punya pilihan lain selain merobohkan rumahnya sendiri, dengan bermodal palu dan perkakas seadanya. Denda sebesar 55 ribu shekel yang diberlakukan konon untuk membayar biaya operasional buldoser jika Majdi tak mampu merobohkannya sendiri.

Baca juga: 139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

Sebelumnya, sejumlah pasukan otoritas menyerbu rumah Majdi dan memberikan waktu setengah jam untuk merobohkan rumahnya. Hasil tawar menawar yang dilakukan kedua belah pihak menghasilkan penundaan perobohan hingga Senin (4/2/2019) pagi.

Gusur rumah

Ahad (3/2/2019) kemarin, pasukan otoritas bahkan memaksa Majdi merobohkan beberapa bagian rumah. Namun Majdi menolak, karena ia dan keluarganya tak memiliki tempat tinggal lain selain rumah yang harus segera ia robohkan itu.

Ini bukan kali pertama, pekan lalu ororitas Israel juga memberlakukan hal yang sama pada keluarga Haisam Muhammad Musthofa di Desa Issawiyah, Al-Quds.

Baca juga: Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman ini Akan Terjadi di Palestina

Sejak 1967, Israel menduduki kota Al-Quds dan mengambil kendali administrasi dan keamanan kota. Penggusuran rumah-rumah warga dengan dalih bangunan tanpa izin juga menjadi keputusan sewenang-wenang otoritas Israel yang mengakibatkan ribuan warga Palestina kehilangan tempat tinggalnya.

Semoga Allah senantiasa meneguhkan keimanan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita di Palestina, dan mengetuk nurani masyarakat dunia untuk senantiasa membersamai perjuangan rakyat Palestina. (history/abadi)

Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak di Suriah Meregang Nyawa

Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak di Suriah Meregang Nyawa

Ilustrasi: Aljazeera

ABADI, Palestina Dingin yang datang menggelimuni Suriah sejak November 2018 lalu belum juga mau beranjak, bahkan kini terdapat bongkahan es tebal yang menutupi setiap sudut wilayah. Akibatnya tak main-main, sebanyak 15 anak pengungsian meninggal akibat tak kuasa menahan dingin yang menggigil.

Dalam pernyataannya, UNICEF menyebut, delapan dari 15 korban meninggal di Rukban, kamp pengungsian di tenggara Suriah dan tujuh lainnya meregang nyawa saat mengungsi dari wilayah Hajin. Sebagian besar dari mereka adalah bayi di bawah usia empat bulan.

Baca juga: Potret Keluarga Mahmud Hadapi Musim Dingin yang Mengerikan

“Suhu beku dan kehidupan yang keras di Rukban semakin membahayakan kehidupan anak-anak. Hanya dalam satu bulan, setidaknya delapan anak meninggal,” ujar Direktur Regional UNICEF, Geert Cappelaere, dikutip dari AFP, Selasa (15/1/2019).

Konflik yang menerpa Suriah sejak 2011 lalu mengakibatkan ribuan penduduknya mengungsi ke berbagai wilayah termasuk Yordan dan Libanon. Ada pula mereka yang memilih bertahan di tenda-tenda pengungsian di perbatasan.

Pantasalah saja jika mereka kedinginan, pengungsian tak lebih dari sekedar terpal-terpal dan rangkaian kayu tipis yang tak mampu melindungi mereka dari dingin. Saju tebal pun, tak…. menutupi setiap sudut pengungsian.

Baca juga: Air Tercemar Limbah Menjadi Penyebab Utama Kematian di Gaza

Kondisi akan semakin sulit saat hujan datang. Kondisi lingkungan kamp yang tidak mampu menampung derasnya hujan mengakibatkan genangan-genangan luas menutupi sepanang jalan kamp. Belum lagi, dari dalam tenda-tenda terpal kamp pengungsian itu, tidak ada pakaian tebal yang mumpuni untuk menghalau rasa dingin.

Suhu yang kian menurun tak disertai dengan suplai pangan dan perlengkapan musim dingin yang memadai, acapkali membuat para penyintas konflik tersebut rentan terhadap berbagai macam penyakit.

Jangan biarkan korban semakin bertambah. Bisa jadi, semua ini terjadi karena kita yang kadang abai terhadap kondisi saudara sendiri. (history/abadi)

Sumber: As-Sharq Al-Awsat

Perbedaan Masjid dan Musala Pada Zaman Rasulullah

Perbedaan Masjid dan Musala Pada Zaman Rasulullah

Miniatur Masjid Nabawi pada zaman Rasulullah Saw. (Sumber: Yatazaka)

 

Infoabadi.org – Secara bahasa, masjid [arab: مسجد] diambil dari kata sajada [arab: سجد], yang artinya bersujud. Disebut masjid, karena ia menjadi tempat untuk bersujud. Kemudian makna ini meluas, sehingga masjid diartikan sebagai tempat berkumpulnya kaum muslimin untuk melaksanakan salat.

Secara istilah, Rasulullah Saw. menyebut seluruh permukaan bumi yang digunakan untuk salat sebagai masjid, kecuali beberapa wilayah yang dilarang untuk digunakan sebagai tempat salat, seperti kuburan, kamar mandi, atau tempat najis dan kotoran.

Pada zaman Rasulullah, yang disebut dengan masjid adalah bangunan yang digunakan untuk salat lima waktu dan juga salat jumat. Sedangkan musala, adalah tanah lapang yang digunakan sebagai tempat salat ‘ied.

Baca juga: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

Adapun perbedaan masjid dan musala dalam kaidah Fiqih adalah sebagai berikut:

Pertama, masjid adalah tempat yang diwakafkan untuk tempat ibadah bagi umat. Maka tidak sah melakukan transaksi jual beli dan semisalnya di dalam masjid.Sedangkan musala masih memungkinkan untuk dimiliki oleh pihak tertentu sehingga diperbolehkan melakukan transaksi jual beli di dalamnya.

“Yang nampak bahwa kepemilikan tanah yang diwakafkan berpindah pada Allah ta’ala, maksudnya terlepas dari kepemilikan manusia, bukan lagi menjadi hak milik orang yang mewakafkan, maupun pihak yang menerima wakaf” (Minhaaj Ath-Thalibin, 1/70)

Kedua, Diharamkan bagi wanita junub dan haid menetap di masjid, dan sebaliknya diperbolehkan bagi mereka menetap di musala.

Baca juga: Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong – Lombok

“Menetap di masjid diharamkan bagi orang yang junub, namun diperbolehkan bagi orang yang berhadats atau seorang yang hanya sekedar lewat” [Minhaaj Ath-Thalibin, 1/21]

Ketiga, tidak sah melakukan I’tikaf dan salat Tahiyyatul Masjid kecuali di masjid.

“Seluruh ibadah tidak disyaratkan dilakukan di masjid, kecuali salat Tahiyyatul masjid, I’tikaf dan Thawaf” [Mughniy Al-Muhtaaj, 5/329]

Keempat, diharamkan membangun lantai atau bangunan khusus (contohnya rumah) di atas masjid.

“Seandainya pembangunan masjid telah sempurna, kemudian ia ingin menambah bangunan lain –seperti membangun rumah imam di atas masjid- maka hal itu terlarang” [Hasyiyah Ibni ‘Abidin, 3/371]

 

Wallahu’alam. (history/abadi)

Sumber: Konsultasi Syariah

Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Keterangan Foto: Direktur ABADI, Lauhul Hamdi mengunjungi korban Aksi Kepulangan Akbar yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit di Turki (12/11).

 

ABADI TURKI–Aksi Kepulangan Akbar yang diselenggarakan sejak 30 Maret 2018 lalu masih terus berlanjut. Di pekan ke 33 kemarin, tercatat 198 warga Palestina gugur dan lebih dari 22 ribu orang terluka akibat berbagai serangan yang diluncurkan Israel, termasuk para korban yang ditemui langsung oleh ABADI dan tim di salah satu rumah sakit di Istanbul, Turki.

Di rumah sakit tersebut, kami mengunjungi tujuh korban Aksi Kepulangan Akbar yang dirujuk karena keterbatasan alat kesehatan di Gaza. Mereka mengalami luka yang cukup serius, terutama di bagian kaki. Ada sebagian luka yang tak dapat diatasi sehingga terpaksa harus diamputasi.

Penyaluran medis Palestina
Abadi menyalurkan bantuan dana untuk para korban luka Aksi Kepulangan Akbar (12/11)

Sebelah Kaki yang Telah Sampai di Surga

Alhamdulillahirobil’alamiin, dengan bantuan dari donatur, ABADI mampu menyalurkan bantuan dana untuk para korban. Selama di Istanbul, seluruh korban dibiayai oleh salah satu lembaga mitra kerja ABADI yaitu INSAN.  Lembaga ini pula yang membawa mereka dari Gaza ke Turki untuk mendapatkan perawatan yang lebih maksimal.

Penyaluran medis Palestina
ABADI mengunjungi mengunjungi sejumlah korban yang beberapa waktu lalu dirawat di rumah sakit di Turki dan kini berada di tempat penampungan sementara (12/11)

Ketegaran terpancar jelas dari wajah para korban. Tak ada muram, sedih, atau kecewa. Mereka yakin inilah takdir terbaik yang telah digariskan Sang Maha Pencipta.

Bahkan salah satu korban yang telah Allah takdirkan diamputasi salah satu kaki nya  mengatakan , “Insyaallah salah satu kaki kami telah sampai di Surga”.  Maasya Allah.

Baca juga: ABADI Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Perkampungan Mualaf

Selain tujuh korban yang masih mendapatkan perawatan, ABADI dan tim juga mengunjungi sejumlah korban yang beberapa waktu lalu juga dirawat di rumah sakit yang sama dan kini berada di tempat penampungan sementara.

Penyaluran medis Palestina
Direktur ABADI (pojok kanan) bersama INSAN, salah satu mitra di Turki (12/11).

Direktur ABADI, Lauhul Hamdi, juga sempat berbincang dengan orang tua salah satu korban. Mereka mengungkapkan kebanggaan tiada tara atas kondisi sekaligus prestasi yang ditorehkan anak mereka membela tanah para Anbiya.

Mohon doa dan dukungan agar ABADI senantiasa membersamai umat Islam di Indonesia, Palestina, dan seluruh penjuru dunia. (history/abadi)

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406