Terus Berproses, Pembangunan Masjid istiqlal Indonesia Dikawal Abadi

Terus Berproses, Pembangunan Masjid istiqlal Indonesia Dikawal Abadi


Abadi, Palestina – Abadi terus menjalin komunikasi intensif dengan lembaga Jisru at-Ta’awun al-Insaniyah (JTI) Turki, guna memastikan proses pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan dengan lancar. Ahad, 10 Maret 2019 telah dilaksanakan penggalian tanah yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembangunan fondasi masjid.

Pembangunan masjid dipimpin oleh Kantor Teknik Qudsuna yang telah berpengalaman dalam bidangnya. Mereka memantau setiap proses, menjaga kualitas, serta memastikan pembangunan masjid sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Masjid Istiqlal Indonesia

Sebelumnya, Kementian Wakaf dan Urusan Agama Palestina telah membentuk panitia pembangunan masjid. Tokoh agama, pejabat setempat, serta sejumlah lembaga kemanusiaan yang terlibat, khususnya JTI menjadi pihak-pihak yang mengisi struktur kepanitiaan tersebut.

Sebagaimana diketahui, masyarakat Palestina di Khan Yunis, Gaza telah mengamanahkan penyempurnaan pembangunan sebuah masjid kepada masyarakat Indonesia yang selanjutnya diberi nama Masjid Istiqlal Indonesia.

Pada Januari 2019, telah dilaksanakan prosesi peresmian dan peletakan batu pertama Fyang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat juga pewarta dari berbagai kantor media.

Sejarah Masjid Istiqlal Indonesia

Dukungan untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indoensia juga terus mengalir dari berbagai pihak di Indonesia. Mulai dari masyarakat, lembaga-lembaga kemanusiaan, juga instansi pemerintahan.

Baca juga: Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Syekh Amjad Khalifa, Ketua JTI menargetkan, pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia akan rampung setidaknya  dalam waktu satu tahun.

Masjid Istiqlal Gaza

Sebelum dilakukan penyempurnaan pembangunan, masjid ini telah menjadi pusat pelatihan menghafal Alquran dan kajian ilmu-ilmu Islam untuk masyarakat Gaza, khusunya di wilayah Ma’an, Khan Yunis.

Mahmud az-Zahar, salah seorang tokoh masyarakat di Palestina dalam acara peletakan batu pertama menyampaikan, Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza akan menjadi pusat peradaban orang-orang Indonesia di Palestina. Tempat berkumpul, mengkaji ilmu, serta bersilaturahmi bersama.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan  Masjid istiqlal Indonesia di Gaza senantiasa berada dalam kemudahan dan dinaungi lindungan Allah Swt. (history/abadi)

Menyelamatkan Diri dari Krisis  Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah

Menyelamatkan Diri dari Krisis Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah


Abadi, Suriah – Berbagai krisis yang terjadi di Palestina mengakibatkan sebagian warganya terpaksa mengungsi ke sejumlah Negara tetangga. Salah satunya ke Suriah. Kendati demikian, di sana mereka tak kunjung mendapatkan keamanan dan kesejahteraan. Konflik yang terjadi di Suriah sewindu terakhir mengakibatkan ribuan pengungsi Palestina ikut terkena imbasnya.

Tim Pemantauan dan Dokumentasi Kelompok Kerja Palestina di Suriah mencatat, 3.920 pengungsi Palestina menjadi korban keganasan perang di Suriah selama delapan tahun terakhir. Catatan tersebut dirilis pada Ahad (10/3).

Baca juga: SEWINDU BERLALU, ANAK SURIAH TAK KUNJUNG DAPATKAN HAK-HAKNYA

Catatan yang dirlis pada Ahad (10/3) itu juga mengatakan, barak pengungsian Yarmuk, sebelah  selatan Kota Damaskus menjadi wilayah dengan jumlah korban terbanyak dengan 1422 jiwa, diikuti dengan barak Daara di Suriah Selatan dengan 263 jiwa.

Diungkapkan  sebanyak 1.198 pengungsi gugur akibat tembakan roket, 1.069 karena tembakan peluru, sementara572  lainnya gugur akibat menjadi korban kekerasan di barak tahanan.

Baca juga: MIMPI BURUK RIBUAN PASIEN KANKER GAZA

Pelecehan perempuan di barak-barak pengungsian juga menjadi isu menyedihkan yang terus berkembang. Belum lagi krisis pangan, obat-obatan, serta kebutuhan pokok yang lain yang turut mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sana.

Sekitar 530.000 pengungsi Palestina tersebar di sembilan barak pengungsi dan enam komunitas besar di Suriah.  Perang saudara yang terjadi di sana mengakibatkan sebagian besar dari pengungsi memutuskan untuk kembali mengungsi ke luar Suriah atau perkampungan lain yang lebih aman. (history/abadi)

Sumber: Palinfo

Lebih Dekat dengan Alquran Sejak Diguncang Gempa Donggala

Lebih Dekat dengan Alquran Sejak Diguncang Gempa Donggala


Abadi, Donggala – “Alhamdulillah, orang-orang jadi mau mengaji. Yang tidak bisa sama sekali juga jadi mau belajar”.

Begitu penuturan Umi Raihana, relawan Abadi yang berkunjung ke Desa Saloya, salah satu wilayah terdampak gempa Sulawesi Tengah akhir September 2018 lalu.

Umi juga menuturkan, masih banyak di antara warga yang belum bisa membaca Alquran sama sekali. Darul Qur’an Abadi, menjadi salah satu pusat belajar Alquran dan  mengkaji Islam di daerah tersebut.

Selain rajin belajar Alquran, warga juga rutin melaksanakan puasa sunah Senin dan Kamis. Lagi-lagi, Darul Qur’an menjadi pusat berkumpul warga dalam aktivitas buka puasa bersama.

Meski pernah meninggalkan duka, musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Donggala  telah memberikan begitu banyak  hikmah. Keimanan dan ketaatan kepada Sang Pencipta menjadi hadiah pelipur lara paling istimewa.

Baca Juga: Mama Ato Dedikasikan Rumah dari Abadi Sebagai Tempat Belajar Alquran

“Tidaklah seorang mukmin terkena duri dan lebih dari itu melainkan Allah akan mengangkat derajat dengannya. Atau dihapuskan kesalahannya dengannya.” HR. Bukhori, (5641) dan Muslim, (2573).

Abadi berikhtiar membantu masyarakat Donggala bangkit pasca gempa dengan membangun sebuah tempat belajar Alquran, yang diberi nama Baitul Qur’an Abadi, di Dusun 8, Desa Saloya, Kecamatan Sindule, Kabupaten Donggala.

Gempa Donggala
Salah satu relawan Abadi, Umi Raihana, memantau proses pembangunan huntara yang selanjutnya dijadikan sebagai tempat belajar Alquran bagi warga di Desa Saloya.

Pada mulanya, bangunan huntara tersebut Abadi berikan untuk keluarga Mama Ato, seorang guru mengaji yang dikenal berjasa besar mengajarkan Alquran kepada warga sekitar.

Namun ternyata, Mama Ato yang berhati besar menghibahkan kembali bangunan tersebut kepada warga untuk dijadikan musala dan rumah belajar Alquran.

Empat bulan pasca gempa, tsunami dan likuifaksi melanda Sulawesi Tengah, tak banyak perkembangan yang terlihat. Tenda-tenda pengungsian masih berjejer hampir di setiap sudut wilayah. Reruntuhan bangunan masih berserakan, hanya bahdan jalan saja yang dibersihkan agar tak menghalangi kendaraan yang hendak berlalu-lalang.

Palu belum mampu bangkit sendiri. Dukungan dan uluran tangan kita masih sangat dibutuhkan. (history/abadi)

Rekening donasi:

Salurkan donasi terbaik melalui:

Bank Syariah Mandiri

711.7976.337 a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Narahubung: 087 8455 6406

Banjir Terjang 15 Kabupaten di Jawa Timur, Madiun Paling Parah

Banjir Terjang 15 Kabupaten di Jawa Timur, Madiun Paling Parah

Abadi, Jawa Timur – Sejak beberapa hari terakhir, hujan deras terus mengguyur wilayah Jawa Timur.  Akibatnya, bencana banjir merendam jalan, ladang, hingga  rumah-rumah warga. Bukan satu atau dua wilayah saja, melainkan lima belas kabupaten. Madiun menjadi kabupaten terdampak paling parah.

Terdapat delapan kecamatan dan tiga puluh sembilan desa di Madiun yang digenangi air banjir akibat dari meluapnya sungai Jeroan, anak sugai Madiun.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 12.495 Kepala Keluarga terkena dampak banjir di 15 kabupaten. Di Kabupaten Probolinggo, satu orang meninggal dunia dan satu lainnya terluka akibat serbuan angin puting beliung yang terjadi di sela-sela hujan deras.

Banjir Hari Ini
Susasana jalan tol Trans Jawa ruas Ngawi-Kertosono pada KM 603-604 yang terendam banjir di Desa Glonggong, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis, 7 Maret 2019. (Sumber: ANTARA News)

“Hujan deras telah menyebabkan banjir melanda 15 kabupaten karena sungai-sungai dan drainase yang ada tidak mampu mengalirkan aliran permukaan sehingga banjir merendam di banyak tempat. Data sementara, banjir menyebabkan lebih dari 12.495 KK terdampak,” kata Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resminya, Kamis, 7 Maret 2019.

 

Baca juga: Sejak Gempa Mengguncang, Warga Solok Tak Berani Kembali Ke Rumah

 

Sedangkan 14 kabupaten lain yang terdampak banjir meliputi Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Trenggalek, Ponorogo, Lamongan, dan Blitar.

Info Jatim
Kondisi banjir yang melanda di Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun, Kamis (7/3/2010). (Sumber: Surabaya Tribun News)

Ketinggian air di tiap kabupaten berbeda, mulai dari 20 hingga 200 sentimeter. Sebagian warga sudah mulai mengungsi  karena dikhawatirkan air akan semakin naik dan merendam rumah mereka seutuhnya.  Sementara itu, dua unit rumah di kabupaten Madiun mengalami kerusakan yang cukup berat. Sawah, ladang, hingga hewan ternak milik warga juga turut terdampak.

Sutopo mengatakan, potensi curah hujan tinggi juga masih akan terjadi di sejumlah daerah di antaranya Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Papua Barat. (history/abadi)

Sumber: Detiknews, Tribunjogja

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Abadi, Palestina – Salah satu tokoh masyarakat Palestina, Syekh Muhammad Zahar  menyatakan Masjid Istiqlal Indonesia merupakan pengikat hubungan antara para penjaga Bumi Para Nabi yang berada di Palestina dan juga di  Indonesia.

“Sesungghunya masjid memiliki makna sejarah, geografis ,dan kemanusiaan bagi masyarakat Palestina sebagai  bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sesungguhnya ini (Masjid Istiqlal Indonesia) adalah pengikat hubungan antara penjaga Bumi Para Nabi di Palestina juga di Indonesia.” tutur Syekh.

Pernyataan tersebut beliau sampaikan dalam prosesi Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia di Ma’an, Khan Yunis, pada 19 Januari 2019 lalu.

Masjid Istiqlal Indonesia

Dalam acara tersebut, Syekh Zahar sedikit menyinggung tentang sebuah ayat yang berbunyi:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa tetap kafir sesuda h (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.s. an-Nur: 55)

Baca juga: Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Beliau mengungkapkan bahwa ayat tersebut terasa sangat dekat dengannya serta menjadi petunjuk nyata bagi umat Islam di dunia khusunya di Palestina dan Indonesia.

“Seakan-akan kita tengah melihat sebuah sabda terwujud dalam sebuah simbol (Masjid Istiqlal Indonesia) yang dilaksanakan atas petunjuk Nabi Saw. …“

 

Masjid Istiqlal Indonesia

Masjid Istiqlal Indonesia

Ilustrasi Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina.

Masyarakat Palestina khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di daerah Ma’an, Khan Yunis, Jalur Gaza yang akhirnya dinamai sebagai Masjid Istiqlal Indonesia. Direncanakan sejak November 2018, pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari berbagai instansi dan lembaga, khususnya lembaga kepalestinaan di Indonesia.

Meski sempat tertunda karena perizinan pembelian material bangunan yang dipersulit otoritas Israel, namun berkat pertolongan Allah peletakan batu pertama sukses dilaksanakan dengan disambut gegap gempita masyarakat Gaza.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar dan selalu berada dalam rida-Nya. (history/abadi)

 

Rekening Donasi pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza-Palestina:

Bank Syariah Mandiri (451) 711.7976.337

A.n Amal Makti Dunia Islam

 

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6368 2662

Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Abadi, Lombok – Selama kurang lebih satu pekan, Syekh Ashim Al-Nabiih, seorang ulama Palestina berada di Lombok dan bersilaturahmi ke beberapa tempat. Dalam kunjungan tersebut, Syekh menceritakan tentang kondisi saudara-saudara kita di Palestina yang kini tengah menghadapi berbagai krisis kemanusiaan mematikan.

Selama acara berlangsung, terlihat para peserta sangat serius mendengarkan paparan Syekh Ashim yang ditemani seorang penerjemah, sembari menyaksikan foto-foto yang ditampilkan melalui proyektor. Tak sedikit dari jemaah yang sampai meneteskan air mata.

Edukasi Palestina

Selama tujuh hari di Lombok, Syekh akan mengunjungi beberapa tempat di Kota Mataram, di antaranya SMAN 1 dan SMAN 3 Mataram, Masjid Al-Mujahidin Taman Baru, dan Masjid Karang Taliwang.

 

Baca juga: Bangun Sinergi Bersama  Milenial Pejuang Palestina, Lombok

 

Semangat membela Masjid al-Aqsha dan Palestina pun ditularkan Syekh dengan meniti jejak kesukseskan Shalahuddin Al-Ayyubi merebut al-Aqsha dari tangan pasukan Salib.

Peduli Palestina

Dalam kunjungan tersebut, Syekh juga mengajak masyarakat Lombok untuk mendukung pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza.

Masyarakat Palestina khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di daerah Ma’an, Khan Yunis, Jalur Gaza yang akhirnya dinamai sebagai Masjid Istiqlal Indonesia.

Donasi untuk Palestina

Pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari berbagai instansi dan lembaga, khususnya lembaga kepalestinaan di Indonesia, termasuk salah satunya Abadi.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar dan selalu dinaungi oleh rida Allah swt. (history/abadi)

Sejak Gempa Mengguncang, Warga Solok Tak Berani Kembali ke Rumah

Sejak Gempa Mengguncang, Warga Solok Tak Berani Kembali ke Rumah

Abadi, Solok – Gempa yang tiba-tiba mengguncang Kabupaten Solok, Sumatera Barat Kamis (28/2) tengah malam membuat warga Solok Selatan berhamburan menyelamatkan diri keluar rumah. Warga semakin takut saat gempa besar yang kedua terjadi pagi harinya. Tak seperti saat gempa pertama terjadi, kali ini warga tak berani kembali ke rumahnya.

“Kami sudah nggak berani masuk rumah, karena sampai malam ini terasa gempa susulan. Jadi nggak berani. Takut menjadi korban,” jelas Emi Susnawati, salah seorang warga korban gempa di Jorong Koto Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan.

Rumah-rumah yang awalnya hanya retak mulai rubuh di beberapa bagiannya. Sedangkan rumah yang mulanya baik-baik saja mulai terlihat retakan-retakan halus yang rawan.

“Gempanya mengentak. Pas pagi tadi agak diayun dan sepertinya tadi malam sudah ada (rumah) yang retak. Jadi pas paginya banyak yang roboh,” tutur Emi.

Baca juga: Dari Palestina untuk Korban Bencana Gempa Lombok

Warga terpaksa melalui malam yang dingin dan angin yang kencang di tempat terbuka. Hingga saat ini, sejumlah warga masih bertahan tinggal di tenda-tenda beratap terpal tanpa adanya dinding penghalang.

Bantuan logistik pun belum banyak diterima warga baik dari pemerintah daerah atau pun dari pihak swasta. Warga bertahan hidup dari bantuan donatur lokal, dan umbi-umbian yang di tanam di kebun sekeliling pengungsian.

Tercatat dua gempa mengguncang Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat pada Kamis, 28 Februari 2018 dengan masing-masing bermagnitudo 4,8 pada pukul 01.55 dengan kedalaman 11 kilometer dan magnitudo 5,3 dengan kedalaman 10 kilometer pada pukul 06.27.

Setidaknnya 48 orang terluka dalam peristiwa tersebut. Korban pada umumnya mengalami luka di kepala akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Sejumah pasien bahkan meminta perawatan dilakukan di ruangan terbuka karena takut terjadi gempa susulan.Selain itu, sebanyak 343 unit rumah warga rusak dengan tingkat kerusakan yang beragam. (history/abadi)

Sumber: Detiknews

UNICEF: 2 Juta Anak Yaman Tak Bisa Bersekolah

UNICEF: 2 Juta Anak Yaman Tak Bisa Bersekolah

Abadi, Yaman – Lima tahun belakangan menjadi hari-hari yang kelam bagi anak-anak Yaman. UNICEF ( Badan perlindungan Anak Internasional) mengungkap datanya  bahwa sebanyak dua juta anak Yaman tak dapat mengenyam bangku pendidikan.  Ada bangunan sekolah tapi tidak ada kegiatan belajar mengajar di dalamya. Bangunan sekolah yang lain bahkan sudah luluh lantak tak bisa lagi dipakai.

Dalam cuitan di akun resminya, UNICEF mengatakan bahwa satu dari lima sekolah di Yaman telah hancur atau telah beralih fungsi menjadi pengungsian atau markas militer.

Yamana
Anak-anak yang terkena dampak perang Yaman membawa makan siang geratis yang disediakan pusat dstribusi makanan bagi pengungsi pada 03 November 2018 di Sana’a, Yaman. (Sumber: Middle East Monitor)

Mereka juga tak bisa memanfaatkan teknologi untuk sekedar mencari informasi. “Tidak ada internet, tidak ada komputer, dan tidak ada televisi,” cerita Ahmad (9), salah satu anak pengungsi di Kota Sana’a.

Kisah Ahmad yang dikabarkan Aljazeera itu menjadi gambaran tentang bagaimana kejamnya perang Yaman merampas masa kecil anak-anak Yaman yang seharusnya indah.

 

Baca juga: Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-Haknya

 

Orang tua Ahmad mengisahkan, perang yang telah berlangsung hampir lima tahun itu membuat anak-anak terganggu emosionalnya “Ayahnya mencoba untuk membuat Ahmad bermain dengan anak-anak lain sesama pengungsi, tetapi ibu mereka mengatakan, suara bom dan (kondisi) kemiskinan juga mengganggu emosi anak-anak,” tulis Al Jazeera.

Informasi Dunia Islam
PBB menyebutkan hampir setengah dari polusai penduduk Yaman dilanda kelaparan. (Hani Mohammed/AP)

Sejak perang terjadi di Hodeidah Juni 2018 lalu, keluarga Ahmad memutuskan untuk pindah ke Sana’a, kota yang berjarak 250 kilometer dari Hodeidah. Selama di Sana’a, mereka tinggal di sebuah ruang sekolah yang kini menjadi tempat pengungsian warga.

Tak hanya anak-anak, perang yang makin pelik juga terus mengancam keselamatan warga sipil lainnya. Menurut PBB, empat belas juta orang, atau hampir setengah dari polusai penduduk Yaman dilanda kelaparan. Dua puluh dua juta lainnya hidup bergantung pada bantuan kemanusiaan. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor, Aljazeera

Mama Ato Dedikasikan Rumah dari Abadi sebagai Tempat Belajar Alquran

Mama Ato Dedikasikan Rumah dari Abadi sebagai Tempat Belajar Alquran

ABADI, Palu – Berikhtiar membantu korban gempa Sulawesi Tengah  untuk kembali bangkit, Abadi membangun sebuah hunian untuk Mama Ato, seorang guru ngaji yang dikenal berjasa besar mengajarkan Alquran kepada warga sekitar. Tak langsung menerimanya, Mama Ato justru menghibahkan kembali bangunan hunian tersebut kepada warga untuk dijadikan musala dan rumah belajar Alquran.

“Ibu, huntara di desa ini baru ada satu, kami sangat bersyukur bisa mendapat bantuan karena selama ini belum ada bantuan yang kami terima. Bahkan kami tidak tahu kami di desa ini terdata sebagai korban atau tidak. “ ungkap Mama Ato kepada Umi Raihana, salah satu relawan Abadi.

Gempa Palu
Pada mulanya, Abadi berencana membuat sebuah hunian untuk Mama Ato, namun ia menghibahkan kembali hunian tersebut untuk dijadikan rumah belajar Alquran bagi warga.

Beliau kembali berujar, “Ibu , Huntara yang diberikan kepada kami, akan kami hibahkan lagi untuk umat, untuk saudara-saudara kami yang lain. Sebagai tempat bersama, tempat kita belajar bersama,..”

 

Baca juga: Abadi Kembalikan Tawa Anak-Anak Korban Gempa Palu

 

Lantas Mama Ato tinggal di mana?  Selama empat bulan terakhir, beliau dan keluarga tinggal dalam sebuah rumah berdinding terpal dan beratap bambu yang ditutupi daun kering. Keterbatasan ekonomi membuat Mama Ato dan keluarga tak mampu membangun kembali  rumahnya.

Gempa Bumi
Rumah yang ditinggali Mamah Ato dan keluarga (ujung kanan), sejak gempa Donggala menghancurkan rumahnya empat bulan lalu. (Dok. Abadi)

Menurut penuturan Umi Raihana, sejak kejadian gempa  masyararakat sekitar Desa Saloya, Kec.Sindue, Kab.Donggala. memeilki semangat baru untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, termasuk dengan giat belajar membaca Alquran.

Perjalanan berjam-jam menuju Desa Seloya kami lalui di tengah jalan berdebu dan dipenuhi pemandangan reruntuhan bangunan di sekitar. Rasa miris dan pilu masih riuh dalam hati seolah masih tak percaya dengan apa yang telah menimpa saudara-saudara kita di Donggala.

Donggala

Tak mampu bangun kembali rumahnya yang rusak, sejumlah warga terpaksa tinggal di reruntuhan bangunan.(Dok. Abadi)

Empat bulan pasca gempa, tsunami dan likuifaksi melanda Palu, Donggala dan sekitarnya, masih belum terlihat banyak perubahan. Tenda-tenda pengungsian masih berjejer hampir di setiap sudut wilayah. Belum lagi reruntuhan bangunan yang hanya digeser sampai bahu jalan agar tak menghalangi kendaraan yang berlalu-lalang.

Palu belum mampu bangkit sendiri. Dukungan dan uluran tangan saudara-saudaranya masih sangat dibutuhkan. terbaik.(history/abadi)

Rekening donasi:

Salurkan donasi terbaikmu melalui:

Bank Syariah Mandiri

711.7976.337 a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Narahubung: 087 8455 6406

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

ABADI, Palestina- Lulus dari pendidikan kedokteran di Kuba membuat Mohammed merasa sangat bersyukur. Bagaimana tidak, di tengah  situasi sulit yang terjadi di Palestina jangankan untuk kuliah di luar negeri,  untuk kebutuhan sehari-hari pun masih menjadi persoalan pelik yang sulit diatasi.Dari rasa syukur itu pula, Mohammed terinspirasi untuk dapat menolong saudara-saudara di tanah kelahirannya, Palestina.

Berbekal ilmu yang telah bertahun-tahun ia timba, Dr. Mohammed Abu Srour melewati setiap sudut kam pengungsian Aida, Bethlehem dan mengobati anak-anak yang sakit tanpa memungut biaya apa pun. Beroperasi sejak Oktober 2018, sudah sekitar 300 pasien anak-anak  diselamatkan Mohammed.

Dokter Palestina
Sejak empat bulan berjalan, Proyek Kuba telah berhasil mengobati 300 pasien anak-anak tanpa idpungut biaya apa pun. (Palestine News Network)

Krisis obat-obatan yang diperparah dengan tak adanya bahan bakar menjadi cerita lama yang semakin menjamur di wilayah konflik Palestina. Ribuan pasien terlantar, tak mendapat pengobatan. Alat kesehatan yang belum canggih juga mengharuskan sejumlah pasien dirujuk ke rumah sakit di luar negeri. Sedangkan sebagaian besar dari mereka hanya bergantung pada subsidi pemerintah dan suaka lembaga kemanusiaan.

“Proyek Kuba”, program yang terinspirasi dari sistem pelayanan kesehatan di Kuba, didedikasikan Mohammed untuk menyelamatkan nyawa anak-anak di pengungsian. Tak hanya menunggu mangsa, Mohammed turun langsung ke wilayah pengungsian untuk mengobati para pasien secara sukarela.

Masa Kecil yang Kelam

Bethelehem mempunyai sejarah tersendiri bagi Srour. Di sanalah ia lahir dan dibesarkan.  Pemandangan mengerikan tentang kelaparan, pengusiran bahkan penganiayaan menjadi pemandangan yang tak asing baginya.

Dengan pertolongan Allah, Mohemmed mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Ilmu Kedokteran La Habana, salah satu universitas bergengsi di Republik Kuba.

Dokter Palestina
Mohammed lahir dan dibesarkan di Bethlehem. Ia tak ingin masa kecilnya yang dipenuhi berbagai kisah pilu, terjadi juga pada anak-anak lain.( Palestine News Network)

Delapan tahun hidup terlunta di negeri orang, pemuda 27 tahun itu berjuang keras untuk bertahan hidup dan menyerap sebanyak-banyaknya ilmu.

Menurut Mohammed, masa kanak-kanaknya yang sulit tak boleh dirasakan oleh anak lain.  Pengalaman yang kelam, harus menjadi pelajaran berharga untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berguna. “Saya mengalami banyak kesulitan, tetapi hari ini saya mendapat hadiah terbaik dengan melihat cita-cita saya menjadi nyata….. ”  ungkapnya.

Ia juga berharap masyarakat Palestina bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik lebih baik di Palestina. “Di masa depan, saya ingin melihat masyarakat Palestina menikmati sistem kesehatan masyarakat yang gratis dan berkualitas”, ungkapnya. (history/abadi)

Sumber: Palestine News Network