Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

ABADI, Palestina – Penggusuran paksa mungkin sudah sering dialami warga Palestina di berbagai wilayah yang diduduki. Kali ini ada yang berbeda, namun tak kalah menyiksanya. Pasukan otoritas Israel memaksa Majdi Abu Tayeh, salah satu warga Al-Quds untuk merobohkan rumahnya sendiri di daerah Silwan, tanpa bantuan alat berat apapun. Jika tidak, Majdi harus membayar denda yang jumlahnya cukup besar.

Bagai makan buah simalakama, keluarga Majdi tak punya pilihan lain selain merobohkan rumahnya sendiri, dengan bermodal palu dan perkakas seadanya. Denda sebesar 55 ribu shekel yang diberlakukan konon untuk membayar biaya operasional buldoser jika Majdi tak mampu merobohkannya sendiri.

Baca juga: 139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

Sebelumnya, sejumlah pasukan otoritas menyerbu rumah Majdi dan memberikan waktu setengah jam untuk merobohkan rumahnya. Hasil tawar menawar yang dilakukan kedua belah pihak menghasilkan penundaan perobohan hingga Senin (4/2/2019) pagi.

Gusur rumah

Ahad (3/2/2019) kemarin, pasukan otoritas bahkan memaksa Majdi merobohkan beberapa bagian rumah. Namun Majdi menolak, karena ia dan keluarganya tak memiliki tempat tinggal lain selain rumah yang harus segera ia robohkan itu.

Ini bukan kali pertama, pekan lalu ororitas Israel juga memberlakukan hal yang sama pada keluarga Haisam Muhammad Musthofa di Desa Issawiyah, Al-Quds.

Baca juga: Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman ini Akan Terjadi di Palestina

Sejak 1967, Israel menduduki kota Al-Quds dan mengambil kendali administrasi dan keamanan kota. Penggusuran rumah-rumah warga dengan dalih bangunan tanpa izin juga menjadi keputusan sewenang-wenang otoritas Israel yang mengakibatkan ribuan warga Palestina kehilangan tempat tinggalnya.

Semoga Allah senantiasa meneguhkan keimanan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita di Palestina, dan mengetuk nurani masyarakat dunia untuk senantiasa membersamai perjuangan rakyat Palestina. (history/abadi)

139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

ABADI, Palestina – Suara buldoser beroda rantai kembali menderu di Desa Araqib pada Rabu (30/1/2019). Untuk ke-139 kalinya, desa ini dihancurkan otoritas Israel. Rumah-rumah diruntuhkan secara paksa tak melihat para pemilik yang menghalang meronta-ronta.

Penduduk Araqib dalam Palinfo mengatakan, pasukan Israel menyerbu desa dan melindungi buldoser melancarkan aksinya menghancurkan rumah-rumah seng dan tenda-tenda warga. Sementara para penghuninya, terlantar di tempat terbuka, tak mengindahkan akan kondisi cuaca. Bangunan tak berizin selalu menjadi dalil mereka menghalalkan penggusuran tersebut.

Baca juga: Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak Di Suriah Meregang Nyawa

Sejak lama pasukan Israel berupaya menghancurkan desa Araqib. Namun, meski berkali-kali dihancurkan, penduduk setempat tak pernah meninggalkan tanahnya dan membangun kembali rumah-rumahnya.

Sejak 27 Juli 2010, sudah 139 kali Israel mengahancurkan Araqib dengan harapan  penduduk desa menyerah kemudian pergi meninggalkan tanah mereka di sana. Bila hal tersebut terjadi, Israel bisa dengan mudah membuka dan memperluas lahan pemukiman Yahudi.

Baca juga: Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Sebelumnya, Menteri Pertanian dan Pengembangan Negev di pemerintah Israel, Uri Ariel, telah merealisasikan rencana besarnya untuk mengusir sekitar 36.000 warga Badui Palestina dari berbagai desa di Palestina.

Musim dingin Palestina yang berat akan menjadi semakin berat untuk penduduk Araqib. Meski sebelumnya pun mereka tak hidup dengan aman dan sejahtera, namun penggusuran jelas menambah penderitaan hidup mereka. Rumah-rumah beratap seng dan tenda-tenda dari terpal setidaknya dapat menjadi tempat duduk dan bersandar, sehabis melawan dinginnnya cuaca di luar. (history/abadi)

 

Sumber: Melayu Palinfo

Meski Terhimpit, TKI Taiwan Ikut Dukung Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia

Meski Terhimpit, TKI Taiwan Ikut Dukung Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia

Abadi, Lombok – Bergetar hati kami menerima kiriman gambar secarik kertas berisi resi pengiriman sejumlah donasi, yang tertulis diperuntukan untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia, di Gaza. Bukan karena jumlahnya yang besar, tapi karena pengirim  istimewa yang belakang diketahui merupakan seorang yang tengah hidup perih di perantauan sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Taiwan.

Dalam sesi wawancara, Hamba Allah ini menolak untuk disebutkan namanya. “Sebut saja saya Siti Khadijah, mbak” begitu tuturnya. Sudah beberapa tahun, PMI satu ini bekerja di salah satu panti jompo di Taiwan. PMI merupakan istilah baru yang digunakan untuk menyebut para pahlawan devisa negara, Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Baca juga: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

Dalam Resi yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Mandarin, tertulis angka 3.000 Dolar  Baru Taiwan (sekitar Rp. 1.300.000).

“Saya cuma memberikan apa yang menjadi hak mereka dan memberikan apa yg menjadi kewajiban saya sbagai muslim, yaitu saling berbagi” ujar Siti saat kami bertanya perihal alasannya mendukung pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza.

Hidup di negeri jauh memiliki ujian tersendiri bagi PMI, termasuk PMI di Taiwan. Apalagi, para PMI berketerampilan rendah (low-skilled labors), seperti pekerja pabrik, asisten rumah tangga, dan pramusiwi memiliki gaji yang tergolong rendah jika dibandingkan harga barang dan jasa yang tinggi.

Pembangunan Masjid Istiqlal
Masyarakat Gaza terpaksa melaksanakan salat berjamaah di reruntuhan masjid mereka yang hancur akibat serangan Israel pada tahun 2014. (Sumber: Aljazeera)

Namun bagi PMI asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat itu, kesempitan bukanlah penghalang untuk menunjukkan kepedulian akan nasib saudaranya, karena pada hakikatnya Allah telah menjanjikan kelapangan bagi mereka yang bersedekah di kala sempit.

Kabar-kabar pilu mengenai sulitnya masyarakat Ma’an menemukan tempat ibadah yang aman dan nyaman di berbagai di media sosial Abadi,  membuat hati Siti tersentuh dan tergerak untuk ikut berdonasi.

Masjid megah nan elok namun sepi jemaah yang seringkali terjadi  di Indoenesia, berbanding terbalik dengan keadaan di Gaza terutama di Maan. Mereka justru kesulitan mencari masjid, tempat beribadah yang aman dan nyaman.

Serangan Israel pada 2014 lalu mengakibatkan puluhan masjid di Gaza hancur rata dengan tanah. Ada pun satu-satunya masjid yang dimiliki masyarakat Ma’an  , yaitu Masjid Aamiin Al-Ummah tak mampu menampung jemaah yang selalu berjumlah ribuan orang.

Baca juga: Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

Indonesia mendapatkan amanah istimewa dari masyarakat Palestina, khusunya di Ma’an, Khan Yunis, Gaza untuk mengemban pembangunan ulang Masjid Aamiin Al-Ummah, yang selanjutnya dinamai dengan Masjid Istiqlal Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang dijembatani oleh berbagai lembaga kemanusiaan dan kepalestinaan tengah berbondong-bondong untuk berkontribusi mewujudkan pembangunan masjid tersebut.

Semoga ikhtiar ini senantiasa diridai Allah Swt. (history/abadi)

Hadang Banjir Selamatkan Cucu, Nenek Nurjanna Akhirnya Menembuskan Napas Terakhir

Hadang Banjir Selamatkan Cucu, Nenek Nurjanna Akhirnya Menembuskan Napas Terakhir

Berjam-jam, Nenek Nurjanna dan cucunya bertahan melawan arus deras banjir bandang yang melanda Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa pada Selasa (22/1/2019). (Sumber: Istimewa)

Nenek Nurjanna Djalil akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (23/1/2019) sore di  Rumah Sakit Syekh Yusuf. Sebelumnya, kondisi nenek tersebut terlihat lemah setelah berjam-jam bertahan pada sebuah pohon, melawan derasnya arus banjir demi menyelamatkan sang cucu tercinta.

Foto Nenek Nurjanna yang tengah berpegangan erat pada sebuah pohon sembari menggendong cucunya, Waliziab Muhammad Nur (2) sempat membuat haru masyarakat Indonesia, terutama di  jejaring media sosial.

Rasa takut jelas terpancar dari raut wajah perempuan paruh baya itu. Begitu pun dengan sang cucu yang terlihat menangis ketakutan.

Baca juga: Gempa, Longsor, dan Banjir Melanda Bumi Pertiwi pada Saat yang Sama

 

Nurfardiansyah, menantu Nenek Nurjanna  menyebutkan, ketinggian air pada saat banjir bandang menerjang rumahnya di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa pada Selasa (22/1/2019) mencapai leher orang dewasa.

Semakin lama, air ternyata semakin tinggi hingga mencapai atap rumah, hingga Nenek Nurjanna akhirnya ia berpegang pada sebatang pohon. Tak sedikit pun ia melonggarakan dekapannya pada sang cucu.

Arus yang kian deras kemudian dengan mudahnya menyeret tubuh sang nenek dan cucunya itu. Beruntunglah sebilah ranting dapat menahan mereka terseret jauh.

Tiga jam bertahan, pertolongan warga pun akhirnyadatang. Kondisi Nenek Nurjanna yang sangat lemah mengharuskan ia dilarikan ke sebuah klinik. Tiga jam mendapat perawatan, dokter mengizinkannya untuk pulang.

Tak semakin membaik, kondisinya justru semakin lemah dan memprihatinkan. Rabu (23/1/2019) sore, keluarganya akhirnya membawa sang nenek ke Rumah Sakit Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa.

Namun perawatan berteknologi tinggi sekalipun tak mampu melawan kuasa Sang Pencipta. Allah memanggil Nenek Nurjanna tepat satu jam setelah ia mendapat perawatan di rumah sakit.

 

 “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taghabun: 11).

Sesungguhnya kesabaran yang sejati dari seorang hamba, yang dengannya Allah karuniakan petunjuk dan pahala, yakni kesabaran yang tampak ketika datang sebuah musibah. Maka berhusnuzhan-lah atas segala ketetapan-Nya. Insya Allah, kepedihan di dunia akan diganti dengan kebaikan berlipat ganda. (history/abadi)

 

 

Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

Media Palestina Turut Kabarkan Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia

ABADI, Palestina – Tak hanya di kalangan masyarakat Indonesia, acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia juga ramai diperbincangkan media di Gaza. Selain dihadiri oleh beberapa tokoh penting acara tersebut memang dihadiri juga oleh wartawan dari beberapa kantor berita Palestina, salah satunya Al-Aqsa Voice.

Al-Aqsa Voice turut memberitakan  acara peletekan batu pertama dalam artikelnya yang dirilis pada Sabtu, 19 Januari 2018 pukul 18:41 dalam situs alaqsavoice.ps. Ditulis juga dalam artikel tersebut beberapa pernyataan tokoh-tokoh penting Gaza yang hadir, seperti Mahmud Al-Zahar, Yunis Al-Asthal, dan Salih A-Raqab.

Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia
Acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza dihadiri oleh beberapa tokoh penting di Gaza, warga sekitar, serta wartawan dari beberapa kantor berita. (Dok. Abadi)

Diketahui, Ketua Pelaksana Pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia, Salih Ar-Raqab tak segan melontarkan pujiannya untuk rakyat Indonesia atas kontribusinya selama ini yang begitu besar untuk Palestina.

Baca juga: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

 

Selain Al-Aqsa Voice, Gaza Media, akun berita di media sosial instagram juga turut memberitakan acara peletakan batu pertama Masjid Istiqlal Indonesia. Berbagai doa dan dukungan pun dituliskan warganet dalam kolom komentar. Postingan di @gazamedianet itu juga telah disukai oleh sekitar 1.500 orang.

Peletakan Batu Pertama
Al-Aqsa Voice dan Gaza Media turut memberitakan acara peletakan batu pertama yang dilaksanakan pada Sabtu (19/01/2019) sore tersebut. (Foto: Al-Aqsa Voice)

Acara yang disiarkan langsung di akun instagram dan facebook lembaga Kasih Palestina itu juga disaksikan oleh banyak masyarakat Indonesia.

Masyarakat Palestina, khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di Distrik Ma’an, Khan Yunis, Gaza kepada masyarakat Indonesia.

Berbagai instansi dan lembaga kemanusiaan juga kepalestinaan, termasuk Abadi berbondong-bondong mengambil peran untuk menjembatani masyarakat Indonesia menunaikan amanah tersebut.

Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal
Dok. Abadi

Alhamdulillah, pada Sabtu (19/01/2019), ba’da Ashar, waktu Gaza, peletakan batu pertama pembangunan masjid yang dinamai Masjid Istiqlal Indonesia tersebut  telah dilaksanakan dengan lancar dan khidmat.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar tanpa hambatan suatu apa pun, dan senantiasa berada dalam rida Allah Swt. (history/abadi)

 

Mari ikut berperan dan berjariyah dalam ikhtiar kemerdekaan tanah Palestina dengan memberikan donasi terbaik untuk pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri (451) 2017 00 4053

a.n Yayasan Harapan Amal Mulia Palestina

 

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 081 3224 9876 1 (Agus) / 081 1234 1400

WA:

Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak di Suriah Meregang Nyawa

Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak di Suriah Meregang Nyawa

Ilustrasi: Aljazeera

ABADI, Palestina Dingin yang datang menggelimuni Suriah sejak November 2018 lalu belum juga mau beranjak, bahkan kini terdapat bongkahan es tebal yang menutupi setiap sudut wilayah. Akibatnya tak main-main, sebanyak 15 anak pengungsian meninggal akibat tak kuasa menahan dingin yang menggigil.

Dalam pernyataannya, UNICEF menyebut, delapan dari 15 korban meninggal di Rukban, kamp pengungsian di tenggara Suriah dan tujuh lainnya meregang nyawa saat mengungsi dari wilayah Hajin. Sebagian besar dari mereka adalah bayi di bawah usia empat bulan.

Baca juga: Potret Keluarga Mahmud Hadapi Musim Dingin yang Mengerikan

“Suhu beku dan kehidupan yang keras di Rukban semakin membahayakan kehidupan anak-anak. Hanya dalam satu bulan, setidaknya delapan anak meninggal,” ujar Direktur Regional UNICEF, Geert Cappelaere, dikutip dari AFP, Selasa (15/1/2019).

Konflik yang menerpa Suriah sejak 2011 lalu mengakibatkan ribuan penduduknya mengungsi ke berbagai wilayah termasuk Yordan dan Libanon. Ada pula mereka yang memilih bertahan di tenda-tenda pengungsian di perbatasan.

Pantasalah saja jika mereka kedinginan, pengungsian tak lebih dari sekedar terpal-terpal dan rangkaian kayu tipis yang tak mampu melindungi mereka dari dingin. Saju tebal pun, tak…. menutupi setiap sudut pengungsian.

Baca juga: Air Tercemar Limbah Menjadi Penyebab Utama Kematian di Gaza

Kondisi akan semakin sulit saat hujan datang. Kondisi lingkungan kamp yang tidak mampu menampung derasnya hujan mengakibatkan genangan-genangan luas menutupi sepanang jalan kamp. Belum lagi, dari dalam tenda-tenda terpal kamp pengungsian itu, tidak ada pakaian tebal yang mumpuni untuk menghalau rasa dingin.

Suhu yang kian menurun tak disertai dengan suplai pangan dan perlengkapan musim dingin yang memadai, acapkali membuat para penyintas konflik tersebut rentan terhadap berbagai macam penyakit.

Jangan biarkan korban semakin bertambah. Bisa jadi, semua ini terjadi karena kita yang kadang abai terhadap kondisi saudara sendiri. (history/abadi)

Sumber: As-Sharq Al-Awsat

Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman ini Akan Terjadi di Palestina

Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman ini Akan Terjadi di Palestina

Ilustrasi: Palinfo

 

ABADI, Palestina – Palestina menyimpan banyak misteri akhir zaman. Negeri ini telah dinubuwatkan oleh Rasulullah Saw. sebagai negeri terjadinya berbagai peristiwa akhir zaman, termasuk sebagai tempat dikumpulkannya manusia pada hari Kiamat yang disebutkan dalam tafsir Alquran di bawah ini:

(Dan dengarkanlah) hai orang yang diajak bicara akan seruan-Ku ini (pada hari penyeru menyeru) yakni malaikat Israfil (dari tempat yang dekat) dari langit, yaitu dari atas Kubbah Shakhr di Baitulmakdis, karena tempat itu yang paling dekat dengan langit. Ia menyerukan kata-kata, “Hai tulang-belulang yang telah hancur dan sendi-sendi yang telah bercerai-berai dan daging-daging yang telah tercabik-cabik dan rambut-rambut yang telah berantakan! Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian semua untuk berhimpun guna melaksanakan peradilan.” (Tafsir Al-Jalalain, Qaf 50:41)

Baca juga: Rahasia Gaza Lahirkan Ribuan Hafiz Unggulan

 

Berikut kami rangkumkan berbagai peristiwa akhir zaman yang berhubungan dengan Palestina:

1.  Palestina Akan Menjadi Bumi Ribath Sampai Akhir Zaman

Ribath sama juga dengan ats-Tsaghar, yakni orang yang menjaga di tapat batas antara kaum Muslimin dengan kaum kuffar (orang-orang kafir). Ahlur-Ribath atau Ahluts-Tsughur adalah orang yang menjaga kaum Muslimin dari serangan musuh.

2. Palestina Akan Menjadi Bumi Hijrah di Akhir Zaman

Nubuwat lain yang tak kalah  menakjubkan adalah bahwa negeri Palestina akan menjadi bumi hijrah akhir zaman. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dari Abdullah bin Amru bin Ash berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Akan terjadi hijrah sesudah hijrah, maka sebaik-baik penduduk bumi adalah orang-orang yang mendiami tempat hijrah Ibrahim, lalu yang tersisa di muka bumi hanyalah orang-orang yang jahat. Bumi menolak mereka, Allah menganggap mereka kotor, dan api akan menggiring mereka bersama para kera dan babi.” (HR. Abu Daud)

 3. Palestina Menjadi Salah Satu Tempat Berlindung Dari Dajjal

Dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ahmad, dinyatakan bahwa Dajjal akan berjalan mengelilingi setiap jengkal muka bumi, kecuali  empat masjid yaitu Masjid Al-Haram, Masjid An-Nabawi, Masjid Ath-Thur dan Masjid Al-Aqsha.

Baca juga: Bibit Zaitun Bangkitkan Harapan Baru Petani Gaza

4. Palestina akan Menjadi Tempat Tegaknya Khilafah di Akhir Zaman

Nubuwat lain yang disebutkan oleh Rasulullah n. adalah bahwa Palestina akan menjadi salah satu tempat tegaknya Khilafah di akhir zaman. Hal itu sebagaimana yang disebutkan bahwa Abdullah bin Hawalah Al-Azdi berkata, “Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis (Baitul Maqdis, Palestina), maka itu pertanda telah dekatnya berbagai goncangan, kegundah-gulanaan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia, kiamat lebih dekat kepada mereka daripada dekatnya telapak tanganku kepada kepalamu ini.” [HR: Abu Daud no. 2535]

Wallahu ‘alam (history/abadi)

Perbedaan Masjid dan Musala Pada Zaman Rasulullah

Perbedaan Masjid dan Musala Pada Zaman Rasulullah

Miniatur Masjid Nabawi pada zaman Rasulullah Saw. (Sumber: Yatazaka)

 

Infoabadi.org – Secara bahasa, masjid [arab: مسجد] diambil dari kata sajada [arab: سجد], yang artinya bersujud. Disebut masjid, karena ia menjadi tempat untuk bersujud. Kemudian makna ini meluas, sehingga masjid diartikan sebagai tempat berkumpulnya kaum muslimin untuk melaksanakan salat.

Secara istilah, Rasulullah Saw. menyebut seluruh permukaan bumi yang digunakan untuk salat sebagai masjid, kecuali beberapa wilayah yang dilarang untuk digunakan sebagai tempat salat, seperti kuburan, kamar mandi, atau tempat najis dan kotoran.

Pada zaman Rasulullah, yang disebut dengan masjid adalah bangunan yang digunakan untuk salat lima waktu dan juga salat jumat. Sedangkan musala, adalah tanah lapang yang digunakan sebagai tempat salat ‘ied.

Baca juga: Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Simbol Harapan Kemerdekaan Palestina

Adapun perbedaan masjid dan musala dalam kaidah Fiqih adalah sebagai berikut:

Pertama, masjid adalah tempat yang diwakafkan untuk tempat ibadah bagi umat. Maka tidak sah melakukan transaksi jual beli dan semisalnya di dalam masjid.Sedangkan musala masih memungkinkan untuk dimiliki oleh pihak tertentu sehingga diperbolehkan melakukan transaksi jual beli di dalamnya.

“Yang nampak bahwa kepemilikan tanah yang diwakafkan berpindah pada Allah ta’ala, maksudnya terlepas dari kepemilikan manusia, bukan lagi menjadi hak milik orang yang mewakafkan, maupun pihak yang menerima wakaf” (Minhaaj Ath-Thalibin, 1/70)

Kedua, Diharamkan bagi wanita junub dan haid menetap di masjid, dan sebaliknya diperbolehkan bagi mereka menetap di musala.

Baca juga: Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong – Lombok

“Menetap di masjid diharamkan bagi orang yang junub, namun diperbolehkan bagi orang yang berhadats atau seorang yang hanya sekedar lewat” [Minhaaj Ath-Thalibin, 1/21]

Ketiga, tidak sah melakukan I’tikaf dan salat Tahiyyatul Masjid kecuali di masjid.

“Seluruh ibadah tidak disyaratkan dilakukan di masjid, kecuali salat Tahiyyatul masjid, I’tikaf dan Thawaf” [Mughniy Al-Muhtaaj, 5/329]

Keempat, diharamkan membangun lantai atau bangunan khusus (contohnya rumah) di atas masjid.

“Seandainya pembangunan masjid telah sempurna, kemudian ia ingin menambah bangunan lain –seperti membangun rumah imam di atas masjid- maka hal itu terlarang” [Hasyiyah Ibni ‘Abidin, 3/371]

 

Wallahu’alam. (history/abadi)

Sumber: Konsultasi Syariah

Kukuh Pertahankan Hijab, Miftahul Dihadiahi Umrah dan 212 Award

Kukuh Pertahankan Hijab, Miftahul Dihadiahi Umrah dan 212 Award

Mifathul Jannah, pejudo wanita yang tolak lepas hijab dalam ajang Asian Para Games mendapat hadiah umrah dan Milenial 212 Award dari Panitia Alumni 212 (04/01/19). (Foto: Hidayatullah)

 

ABADI, Jakarta – Masih ingatkah sahabat dengan Miftahul Jannah? Pada perhelatan Asian Para Games Oktober 2018 lalu,  pejudo asal Aceh ini banyak menuai pujian  berkat kerelaannya didiskualifikasi demi mempertahankan hijabnya. Atas keteguhannya tersebut, Miftahul mendapatkan hadiah umrah dan dianugerahi Milenial 212 Award.

Penyerahan penghargaan diberikan pada malam Anugerah 212 Award di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta pada Jumat (04/01/2019).

Miftahul mengatakan dirinya datang ke 212 Award sebagai tamu undangan dari Panitia Alumni 212. “Dari keinginan diri sendiri untuk tidak melepas hijab, kemudian baru ada dukungan dari 212 dan sekarang dapat award berupa tiket umrah,” kata Miftahul.

Baca juga: Diberi Kesempatan Hidup Ke-dua, Agam Kini Menjadi Santri Penghafal Alquran

Neno Warisman yang mendampingi Mi’ing membawakan acara tersebut berkali-kali mengecup Miftahul Jannah sebagai bentuk kasih sayangnya.

“Selamat ya Miftahul Jannah bisa umrah dan bisa memberikan contoh menjadi inspirasi bagi kaum remaja perempuan lainnya di Indonesia,” ujar Mi’ing.

Miftahul Jannah
Sebelum dinyatakan didiskualifikasi, Miftahul dijadwalkan bertanding di JIEXPO Kemayoran, pada nomor -52 kg kategori low vision. (Sumber: Harapan Amal Mulia)

Miftahul mengungkapkan sebelumnya ia belum pernah melaksanakan umrah. Neno Warisman mendoakan agar Miftahul bisa pergi umrah dengan ibu dan bapaknya.

“Mudah-mudahan nanti ada lagi yang mau memberikan hadiah umrah untuk ayahnya, ibunya, insya Allah,” ujar Neno.

Baca juga: Miftahul, Atlet Judo yang Didiskualifikasi karena Hijabnya: Tak Mau Dipandang Terbaik di Mata Dunia, Tapi di Mata Allah

Neno pun memuji Miftahul Jannah lagi, dengan mengatakan, “Engkau tidak bisa melihat tetapi hatimu terang benderang,” seraya menyerahkan piala 212 Award kepada atlet tersebut.

Miftahul Jannah
Sebelum memasuki gelanggang, Miftahul yang turun di blind judo, diminta untuk melepas hijab. Tapi, dia menolak. Meski ia sempat berunding dengan perangkat pertandingan, ia tetap didiskualifikasi. (Sumber: Harapan Amal Mulia)

212 Award adalah sebuah penghargaan yang  diberikan oleh panitia penyelenggara Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta. Selain kepada individu, penghargaan juga diberikan kepada sejumlah media massa yang dinilai secara konsisten menggaungkan jiwa patriotik 212 yang kolosal, tertib, damai, dan santun.

Selain Miftahul Jannah, Milenial 212 Award juga diberikan kepada Rifdah Farnidah (peraih juara 2 MTQ internasional di Yordania) dan Malik Badeges (pemuda Indonesia yang menjadi asisten Dr Zakir Naik). (history/abadi)

Sumber: Hidayatullah, Khazanah Republika

3600 Gempa Guncang Nusa Tenggara Barat Selama 2018

3600 Gempa Guncang Nusa Tenggara Barat Selama 2018

ABADI, Lombok – Masih teringat di ingatan ketika kita semua dikagetkan dengan ratusan gempa yang mengguncangkan bumi seribu masjid, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Indonesia diguncang 11.577 gempa bumi sepanjang 2018, dan 30 persen dari jumlah gempa terjadi terjadi di wilayah NTB.

Gempa Nusa Tenggara Barat
Selembar foto di reruntuhan bangunan terdampak gempa bumi di Desa Jeringo, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu, 22 Agustus 2018. (Sumber: ANTARA/Ahmad Subaidi)

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 3.699 gempa bumi telah terjadi wilayah NTB selama tahun 2018.

“Tentunya jumlah gempa ini signifikan sekali. Hampir tiga kali lipat dari tahun lalu. Utamanya disebabkan oleh peristiwa gempa yang terjadi pada Juli-Agustus lalu,” ujar Agus Riyanto, Kepala BMKG Mataram dalam Nasional Kompas.

Baca juga: Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong

Agus Riyanto mengatakan, gempa beruntun di NTB merupakan peristiwa langka di bumi ini.Tak hanya gempa, tsunami kecil pun sempat terjadi di sejumlah pantai di NTB.

Peristiwa tersebut tentu menjadi peristiwa pilu yang mungkin sulit dilupakan masyarakat Lombok khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Bagaimana bisa dilupa, sanak-saudara …. dalam waktu yang tak jauh beda. Begitu juga dengan harta benda, tak ada yang tersisa kecuali hanya puing bangunan yang porak poranda. Tercatat sebanyak 564 jiwa meninggal dunia, dan 216 ribu rumah rusak di tujuh kabupaten kota di NTB.

Wilayah yang diapit dua generator sumber gempa, yakni zona pertemuan Lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia dan Sesar Naik Belakang Busur Flores  menjadikan NTB memilki potensi gempa yang lebih sering disbanding wilayah lain.

Alih Profesi Warga Hingga Lamanya Proses Pembangunan

Rangkaian gempa yang  terjadi di NTB pada Juli-Agustus 2018 lalu, memberikan dampak yang besar untuk masyarakat yang, contohnya untuk mata pencaharian warga di sekitar jalur pendakian Rinjani.

Ditutupnya jalur pendakian melalui Sembalun yang rusak akibat gempa, mengakibatkan warga di sekitar desa yang dulu bekerja sebagai porter terpaksa harus mencari pekerjaan lain. Belum diketahui kapan pendakian akan dibuka kembali, oleh pihak Taman Nasional Gunung Rinjani.

Baca juga: Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok,  Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan

Begitu juga di daerah lain, rusaknya sejumlah fasilitas dan lahan  perkerjaan mengakibatkan warga kehilangan pekerjaannya dan sulit mendapatkan pekerjaan baru di tengah kondisi Lombok yang masih berada dalam tahap pembangunan kembali.

Menurut pengamatan BNPB, terhambatnya proses pembangunan akibat kurangnya fasilitator dan di lapangan yang bertugas melakukan pendampingan untuk membangun rumah yang rusak berat. Dari 1.700 fasilitator yang dibutuhkan, hanya sekitar setengahnya saja yang dapat dipenuhi. Permasalahan serupa juga datang dari kurangnya jumlah kelompok masyarakat (pokmas) yang membantu pencairan dana bantuan kepada korban.

Tak tinggal diam, Abadi juga turut serta membantu pembangunan Lombok dengan mendirikan sejumlah fasilitas penting bagi warga, di antaranya masjid, kakus, dan musala. (history/abadi)

Sumber: Tribun News, Nasional Kompas , KBR

 

Mari bantu Lombok bangkit pasca gempa. Salurkan donasi terbaik melalui

Bank Syariah Mandiri (451)

711.7976.337
an. Amal Bakti Dunia Islam