Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Keterangan Foto: Surantina (kaos putih) tengah mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, Kota Palu (01/09)

Palu–Surantina (kaos putih) tengah mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, Kota Palu (01/09)

Kesedihan jelas tampak pada wajah Surantina (38), ketika ia mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, pasca gempa melanda kota Palu (28/09). Rumah dengan suasana hangat, tempatnya bercengkrama dengan keluarga kini hanya tinggal puing-puing bangunan yang rata dengan tanah.

Dalam perbincangan, Surantina yang sedang hamil besar pun menceritakan kisahnya, ketika terjadi gempa bumi. Ia tengah di rumah bersama anaknya yang masih berumur sepuluh bulan, Jestin Rafasya. Mendadak, bumi berguncang hebat, dinding rumahnya terbelah.

“Saya refleks langsung lari ke luar rumah sambil gendong Jestin di bahu. Saya tak peduli lagi hamil. Yang saya pikirkan bagaimana saya dan anak saya selamat” jelas Surantina.

Sedangkan suaminya, Jefrie (29) berusaha menyelamatkan ibu dan saudara-saudaranya yang masih di dalam rumah. Alhamdulillah semua anggota keluarga mereka selamat.

Tak Ada Susu, Anak Surantina Minum Air Gula

 Surantina mengatakan, sejak gempa bermagnitudo 7,4 skala richter mengguncang kotanya, ia kesulitan untuk memperoleh makanan.

‘’Saya makan pisang, kentang, kacang-kacangan buat bertahan hidup sama keluarga. Anak saya kasih air gula,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

“Kami minum dari air sungai. Kami masak. Airnya kami endapkan” tambahnya.

Prediksi Dokter Tentang Kehamilannya

Pada usia kandungannya yang menginjak delapan bulan, Surantina semakin bingung dengan bagaimana proses kelahirannya kelak. Pasalnya, saat terakhir diperiksa September lalu, dokter menyatakan janin dalam kandungannya berada dalam posisi melintang.

‘’Harus cesar kata dokter. Uang dari mana? Sekarang aja Cuma punya uang Rp 200 ribu. Tak bisa dipakai. Tak ada warung yang buka untuk sekedar beli susu untuk anak saya,’’keluhnya. (history/abadi)

Sumber olahan: Harapan Amal Mulia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *