Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

ABADI, Palestina – Sejak Kamis (15/11) sebagian besar masyarakat Gaza telah menjalankan rutinitasnya seperti biasa. Gencatan senjata memang telah diberlakukan sejak Rabu (13/11) pasca rentetan serangan dilontarkan Israel ke wilayah Gaza selama tanggal 11 sampai 12 November lalu.  Puluhan warga Gaza gugur, berbagai bangunan hancur, sejumlah  orang terluka sehingga harus mendapat perawatan.

Sebagian besar warga Palestina merayakan gencatan senjata tersebut, sementara itu para pemukim ilegal melakukan demonstrasi di jalan-jalan mengecam keputusan tersebut.

Meski demikian, sebagian warga Palestina yang lain tetap dihantui ketakutan. Dengan tabi’atnya, Zionis Israel bisa saja berkhianat dan tetap melancarkan serangannya.

Serangan UDara Israel
Aksi Kepulangan Akbar pekan ke-34 lukai puluhan warga Palestina (Foto: Mohammad Zaanoun/instagram)

Nayatanya benar saja, belum genap satu hari pasca diberlakukan, Israel melanggar gencatan senjata dengan menembak seorang nelayan berusia 23 tahun, Nawaf Alattar di perairan Baitlahiya, Gaza Utara(14/11).

Dalam Aksi Kepulangan Akbar pecan ke-34, Jumat (16/11), puluhan orang terluka oleh serangan yang dilakukan Israel dalam aksi yang di mana ribuan Palestina berkumpul di kamp Malaka untuk menuntut kembalinya tanah mereka yang dirampas.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Tak berhenti samapi di situ, peluru Israel juga lukai empat orang warga Palestina di Ramallah pada Senin (19/11). Satu di antaranya terluka parah akibat peluru yang menembus saluran vena di bagian paha.

Serangan UDara Israel
Serangan udara Israel di Gaza pada Senin (12/11). (Foto: Muhammad Zaanoun/ Intsagram)

Kabar duka lain datang dari seorang remaja Palestina yang meninggal dunia meninggal dunia pada Selasa sore (20/11/2018) akibat luka yang dideritanya pekan lalu oleh peluru pasukan polisi pendudukan penjajah Israel di al-Quds yang diduduki.

Inikah yang dinamakan gencatan senjata? Tak bisakah masyarakat Gaza merasakan sedikit ketenangan meski hanya sebentar saja?  (history/abadi)

Sumber: Melayu Palinfo

Mari bantu saudara-saudara kita di Palestina dengan doa dan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Keterangan Foto: Direktur ABADI, Lauhul Hamdi mengunjungi korban Aksi Kepulangan Akbar yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit di Turki (12/11).

 

ABADI TURKI–Aksi Kepulangan Akbar yang diselenggarakan sejak 30 Maret 2018 lalu masih terus berlanjut. Di pekan ke 33 kemarin, tercatat 198 warga Palestina gugur dan lebih dari 22 ribu orang terluka akibat berbagai serangan yang diluncurkan Israel, termasuk para korban yang ditemui langsung oleh ABADI dan tim di salah satu rumah sakit di Istanbul, Turki.

Di rumah sakit tersebut, kami mengunjungi tujuh korban Aksi Kepulangan Akbar yang dirujuk karena keterbatasan alat kesehatan di Gaza. Mereka mengalami luka yang cukup serius, terutama di bagian kaki. Ada sebagian luka yang tak dapat diatasi sehingga terpaksa harus diamputasi.

Penyaluran medis Palestina
Abadi menyalurkan bantuan dana untuk para korban luka Aksi Kepulangan Akbar (12/11)

Sebelah Kaki yang Telah Sampai di Surga

Alhamdulillahirobil’alamiin, dengan bantuan dari donatur, ABADI mampu menyalurkan bantuan dana untuk para korban. Selama di Istanbul, seluruh korban dibiayai oleh salah satu lembaga mitra kerja ABADI yaitu INSAN.  Lembaga ini pula yang membawa mereka dari Gaza ke Turki untuk mendapatkan perawatan yang lebih maksimal.

Penyaluran medis Palestina
ABADI mengunjungi mengunjungi sejumlah korban yang beberapa waktu lalu dirawat di rumah sakit di Turki dan kini berada di tempat penampungan sementara (12/11)

Ketegaran terpancar jelas dari wajah para korban. Tak ada muram, sedih, atau kecewa. Mereka yakin inilah takdir terbaik yang telah digariskan Sang Maha Pencipta.

Bahkan salah satu korban yang telah Allah takdirkan diamputasi salah satu kaki nya  mengatakan , “Insyaallah salah satu kaki kami telah sampai di Surga”.  Maasya Allah.

Baca juga: ABADI Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Perkampungan Mualaf

Selain tujuh korban yang masih mendapatkan perawatan, ABADI dan tim juga mengunjungi sejumlah korban yang beberapa waktu lalu juga dirawat di rumah sakit yang sama dan kini berada di tempat penampungan sementara.

Penyaluran medis Palestina
Direktur ABADI (pojok kanan) bersama INSAN, salah satu mitra di Turki (12/11).

Direktur ABADI, Lauhul Hamdi, juga sempat berbincang dengan orang tua salah satu korban. Mereka mengungkapkan kebanggaan tiada tara atas kondisi sekaligus prestasi yang ditorehkan anak mereka membela tanah para Anbiya.

Mohon doa dan dukungan agar ABADI senantiasa membersamai umat Islam di Indonesia, Palestina, dan seluruh penjuru dunia. (history/abadi)

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

 

Air Tercemar Limbah Menjadi Penyebab Utama Kematian di Gaza

Air Tercemar Limbah Menjadi Penyebab Utama Kematian di Gaza

Keterangan Foto: Wanita Palestina mengisi jerigen-jerigen air di Gaza (Foto: Middle East Monitor)

Palestina–Lebih dari  seperempat penyakit yang diderita penduduk Gaza, disebabkan oleh air tercemar yang selama ini mereka konsumsi. Sebuah penelitian mengatakan, konsumsi air limbah tersebut menjadi penyebab utama kematian di Jalur Gaza yang telah diblokade Israel sejak 11 tahun lalu itu.

Dilansir dari Middle East Monitor, hasil penelitian tersebut dibagikan oleh surat kabar Haaretz yang mengutip dari RAND Corporation, sebuah lembaga kemanusiaan Amerika.

Dikatakan bahwa temuan tersebut didapatkan empat tahun lalu, dan mirisnya jumlah itu kini kian bertambah.

Baca juga: 5 Dari 10 Bayi Gaza Wafat Setiap bulannya Akibat Krisis Alat Medis

Haaretz juga menambahkan, rusaknya sistem pengairan Gaza  air telah menyebabkan berkembangnya kuman dan virus seperti rotavirus, kolera, dan salmonella.

Situasi diperburuk dengan serangan Israel yang terus menerus dan mengilangkan jutaan nyawa.

Kemelut Air di Jalur Gaza

 Krisis Air Gaza

Di tengah perlawanannya menghadapi kesewenang-wenangan Israel, penduduk Gaza juga dipaksa berperang dengan berbagai krisis yang menderanya, salah satunya krisis air.

Dengan curah hujan yang rendah, sebagian besar penduduk Gaza mengandalkan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Padahal, PBB menyatakan bahwa 97% air tanah Gaza telah terkontaminasi limbah berbahaya.

Sekolah di Gaza rata-rata hanya memiliki satu toilet untuk 75 murid, dan satu wastafel. Sebagian besar air yang digunakan tidak disaring terlebih dahulu atau mengambil dari waduk. Akibatnya, anak di sekolah-sekolah ini beresiko terkena penyakit pencernaan.

Krisis Air Gaza

Untuk mendapatan air bersih, penduduk Gaza harus membelinya dari depot atau pusat pengolahan secara filterisasi proses melalui laboratorium. Sayangnya tak semua mampu membelinya, mengingat dari 2 juta jiwa penduduk Gaza 1,5 juta masih berada dibawah garis kemiskinan. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

5 dari 10 Bayi Gaza Wafat Setiap Bulannya Akibat Krisis Alat Medis

5 dari 10 Bayi Gaza Wafat Setiap Bulannya Akibat Krisis Alat Medis

Palestina–Kemalangan seolah tak henti mendera anak-anak Gaza, Palestina. Ketua bidang perawatan bayi di Al-Shifa Medical Complex, Dr. Nashir Bulbul mengungkapkan 5 dari 10 bayi yang lahir, wafat setiap bulanya akibat minimnya obat-obatan yang tersedia.

Blokade Israel telah cukup ampuh mengakibatkan krisis berkepanjangan, salah satunya krisis obat-obatan dan alat  medis.

(Foto: wattan.tv)

Dalam Palinfo Bulbul mengatakan, bagian perawatan bayi di semua rumah sakit Gaza mengalami krisis luar biasa, termasuk krisis obat-obatan. Akibatnya,  penanganan medis bagi  bayi-bayi yang lahir prematur juga menjadi  sulit.

Baca Juga : Kisah Gempa Palu: Surantina Menggendong Anaknya Berlari Ke Bukit dalam Kondisi Hamil Besar

Selain itu, terbatasnya tenaga medis di Gaza juga menjadi salah satu hal yang tak bisa disepelekan.  Setidaknya, setiap bagian memerlukan enam dokter dan dua puluh perawat.

Bulbul juga menambahkan, alat bantu pernapasan darurat untuk bayi sangat terbatas. Padahal, itu merupakan kebutuhan yang sangat krusial, terutama  bagi bayi  yang mengalami masalah di paru-paru dan kekurangan oksigen. Sejumlah dokter pun akhirnya terpaksa menggunakan bantuan pernapasan manual, yang tak jarang malah lebih membahayakan.

Ketersediaan inkubator sebagai pemberi keamanan bagi tubuh bayi yang masih rentan juga hanya tersedia 20-25 saja. Sangat tidak seimbang dengan jumlah pasien yang memerlukan perawatan. Ia mengisyaratkan, ruang perawatan bayi sangat penuh, tak bisa lagi menampung pasien yang terus berdatangan. (history/abadi)

Sumber: Palinfo