Serangan Israel Lukai Anak-anak Sekolah di Hebron dan Nablus

Serangan Israel Lukai Anak-anak Sekolah di Hebron dan Nablus


Infoabadi.org –  Ahad (14/04) pasukan Israel menyerang sejumlah siswa di Kota Hebron dalam perjalanan menuju sekolah. Mereka juga menembakkan gas air mata serta bom suara ke arah anak-anak tersebut. Tak cukup sampai di situ, pasukanIsrael menembakkan gas ke arah orang tua siswa yang berusaha melerai dan melindungi anaknya.

Sebuah sumber lokal Palestina juga menyebutkan pasukan Israel juga menyerang sekolah Tariq bin Ziyyad di Hebron yang menyebabkan sejumlah siswa dan staf sekolah lemas tak berdaya.

sekolah palestina

Serangan tersebut sering kali dialami siswa-siswa di Hebron, di mana warga Palestina dan para pemukim tinggal berdekatan. Sekitar 800 pemukim Israel yang terkenal agresif hidup di tengah 30.000 warga Palestina di Hebron. Sadar bahwa mereka menjadi minoritas, pemukim Zionis selalu mendapat pengawalan ketat dari pasukan keamanan.

Baca juga:
Pendidikan Di Ujung Tanduk,  Gaza Butuhkan 123 Bangunan Sekolah Layak

Selama tahun 2018, setidaknya terjadi 20 kali serangan sekolah di Hebron dengan alasan dan tuduhan tak berdasar.

Di hari yang sama, Israel juga menyerang sebuah sekolah di Desa Urif, Distrik Nablus.  Belasan siswa mengalami sesak bahkan di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit akibat tak mampu ditangani petugas medis yang terjun ke lokasi.

Tak ada tempat yang aman untuk anak-anak di Palestina. Rumah-rumah dihancurkan, taman bermain diserang, sekolah-sekolah menjadi sasaran. Mereka yang hanya duduk, menulis dan mendengarkan perkataan gurunya, tiba-tiba diserang hingga terluka. (history/abadi)

Sumber: Maannews.com, Palestinechronicle.com

Di Gaza, Setiap Sudut Kota  Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar

Di Gaza, Setiap Sudut Kota Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar


Infoabadi.org – Hasan al-Kurd, seorang guru sekaligus aktivis Gaza menuturkan keprihatinannya dengan jumlah korban Aksi Kepulangan Akbar. Hasan mengungkapkan kemana pun kakinya melangkah di Gaza, ia selalu menemui orang-orang yang terluka karena aksi protes tersebut.

Sejak aksi pertama digelar pada 30 Maret 2018 lalu, kurang lebih dua ratus warga Palestina telah gugur. Dua puluh sembilan ribu orang terluka, lebih dari setengahnya diakibatkan tembakan Israel. Sebagian sumber mencatat angka yang lebih besar dari pada itu.

“Anda akan melihat yang terluka di mana-mana di Gaza, keluarga saya termasuk yang terluka,” ungkap Hasan.

Beliau juga mengungkapkan, banyak di antara mereka yang menceritakan kesakitan, masa depan yang hancur karena cacat, dan berbagai keluhan lainnya.

Fasilitas kesehatan yang ada di Gaza, bahkan di rumah sakit besar sekalipun, tak cukup mumpuni menangani korban luka Aksi Kepulangan Akbar. Akibatnya, lebih dari seribu korban luka mengalami infeksi akut dan berisiko pada pengamputasian.

Baca juga:
Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Para korban harus dirujuk ke rumah sakit di luar Gaza dengan biaya yang tak sedikit. Itu pun jika pihak otoritas memberikan izin keluar pintu perbatasan.

Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) berupaya meringankan beban korban dengan memberikan sejumlah bantuan tunai kepada kepada sejumlah korban Aksi Kepulangan Akbar yang tengah menjalani pengobatan di rumah sakit di Turki.

Sejumah korban Aksi Kepulangan Akbar berhasil dirujuk ke rumah sakit Turki oleh lembaga INSAN, salah satu mitra Abadi.Mohon doa dan dukungan agar ABADI senantiasa membersamai umat Islam di Indonesia, Palestina, dan seluruh penjuru dunia. (history/abadi)

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri

No. Rek (451) 711 7976 337


a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:


Call/SMS: 0878 6455 6406

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas


Infoabadi.org – Sejenak rehat dari kabar duka seputar hujan roket yang terjadi beberapa hari lalu, seorang seniman Gaza akhir-akhir ini menyita perhatian warga net dengan karya unik miliknya. Bagai cahaya matahari di tengah awan mendung, Iman at-Tayeb memancarkan sinar yang menyejukan mata  dengan karya tiga dimensi yang ia buat dengan media kertas warna.

Bukan sekedar menggoreskan cat dengan kuas di atas kertas, tapi Iman menyulap kertas menjadi sebuah karya bernilai seni tinggi.

Seniman Gaza

“Saya berpikir, mengapa bukan kertas saja yang menjadi bahan utama dalam lukisan”, tuturnya.

Baca juga: Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Iman kembali berujar, “Kemudian saya menemukan terdapat sebuah seni di Jepang yang menggunakan media kertas berwarna. Saya ingin menjadi seniman pertama yang membawa seni serupa di Palestina”.

Inspirasi dari Gaza

Ketika masih duduk di bangku sekolah, Iman menyadari bahwa ia mempunyai ketertarikan dan kemampuan dalam mengolah bahan-bahan alami menjadi sebuah karya seni.

“Saya menemukan jati diri saya di sini. Maka, saya memberanikan diri untuk berinvestasi lebih banyak dan mulai mengembangkan keterampilan. Saya mengunggah karya saya  di media sosial.” ujar Iman.

kisah inspirasi di Gaza

Sebagai tanah yang diberkahi, Palestina, khusunya Gaza memiliki sejumlah seniman berbakat. Namun sayangnya, blokade ketat yang diberlakukan otoritas Israel mengakibatkan mereka sulit untuk berkembang dan melebarkan sayap.

Setiap gerak-gerik diamati, pintu perbatasan dijaga ketat bahkan tak ada celah untuk sekedar berniaga mencari sesuap nasi. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

Serangan Roket ke Gaza Akibatkan Puluhan Warga Jadi Tunawisma

Serangan Roket ke Gaza Akibatkan Puluhan Warga Jadi Tunawisma


Infoabadi.org – Serangan roket menghujani Gaza Senin (25/3) malam. Rumah-rumah warga, gedung, hingga masjid tak luput jadi sasaran. Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) mengatakan, serangan tersebut mengakibatkan 30 rumah hancur dan 70 orang penghuninya menjadi tunawisma. Malam Gaza yang dingin terpaksa mereka lewati di ruangan terbuka.

Selain 30 rumah warga yang hancur porak-poranda, 500 rumah lainnya juga mengalami rusak  ringan. Lahan pertanian milik warga Gaza pun tak luput jadi sasaran.

Menurut kantor informasi pemerintah di Gaza, jumlah serangan yang dilancarkan pesawat-pesawat tempur penjajah Israel sejak awal agresi pada Senin(25/3) petang hingga Selasa (26/3) pagi berjumlah lebih dari lima puluh serangan.

Baca Juga: Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

Setidaknya sepuluh orang terluka dalam peristiwa tersebut. Keadaan menjadi gaduh. Warga Gaza diliputi rasa takut dan khawatir, teutama para kaum lemah yaitu wanita dan anak-anak..

Sebenarnya, telah ada kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel, yang berarti Israel harus meninggalkan segala bentuk tindakan agresif  kepada pihak Palestina maupun sebaliknya. Namun seolah tak mengindahkan kesepakatan tersebut, berbagai serangan  terus ditujukan ke wilayah Gaza.(history/abadi)

Sumber: Palinfo

Menyelamatkan Diri dari Krisis  Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah

Menyelamatkan Diri dari Krisis Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah


Abadi, Suriah – Berbagai krisis yang terjadi di Palestina mengakibatkan sebagian warganya terpaksa mengungsi ke sejumlah Negara tetangga. Salah satunya ke Suriah. Kendati demikian, di sana mereka tak kunjung mendapatkan keamanan dan kesejahteraan. Konflik yang terjadi di Suriah sewindu terakhir mengakibatkan ribuan pengungsi Palestina ikut terkena imbasnya.

Tim Pemantauan dan Dokumentasi Kelompok Kerja Palestina di Suriah mencatat, 3.920 pengungsi Palestina menjadi korban keganasan perang di Suriah selama delapan tahun terakhir. Catatan tersebut dirilis pada Ahad (10/3).

Baca juga: SEWINDU BERLALU, ANAK SURIAH TAK KUNJUNG DAPATKAN HAK-HAKNYA

Catatan yang dirlis pada Ahad (10/3) itu juga mengatakan, barak pengungsian Yarmuk, sebelah  selatan Kota Damaskus menjadi wilayah dengan jumlah korban terbanyak dengan 1422 jiwa, diikuti dengan barak Daara di Suriah Selatan dengan 263 jiwa.

Diungkapkan  sebanyak 1.198 pengungsi gugur akibat tembakan roket, 1.069 karena tembakan peluru, sementara572  lainnya gugur akibat menjadi korban kekerasan di barak tahanan.

Baca juga: MIMPI BURUK RIBUAN PASIEN KANKER GAZA

Pelecehan perempuan di barak-barak pengungsian juga menjadi isu menyedihkan yang terus berkembang. Belum lagi krisis pangan, obat-obatan, serta kebutuhan pokok yang lain yang turut mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sana.

Sekitar 530.000 pengungsi Palestina tersebar di sembilan barak pengungsi dan enam komunitas besar di Suriah.  Perang saudara yang terjadi di sana mengakibatkan sebagian besar dari pengungsi memutuskan untuk kembali mengungsi ke luar Suriah atau perkampungan lain yang lebih aman. (history/abadi)

Sumber: Palinfo

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Abadi, Palestina – Salah satu tokoh masyarakat Palestina, Syekh Muhammad Zahar  menyatakan Masjid Istiqlal Indonesia merupakan pengikat hubungan antara para penjaga Bumi Para Nabi yang berada di Palestina dan juga di  Indonesia.

“Sesungghunya masjid memiliki makna sejarah, geografis ,dan kemanusiaan bagi masyarakat Palestina sebagai  bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sesungguhnya ini (Masjid Istiqlal Indonesia) adalah pengikat hubungan antara penjaga Bumi Para Nabi di Palestina juga di Indonesia.” tutur Syekh.

Pernyataan tersebut beliau sampaikan dalam prosesi Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia di Ma’an, Khan Yunis, pada 19 Januari 2019 lalu.

Masjid Istiqlal Indonesia

Dalam acara tersebut, Syekh Zahar sedikit menyinggung tentang sebuah ayat yang berbunyi:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa tetap kafir sesuda h (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.s. an-Nur: 55)

Baca juga: Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Beliau mengungkapkan bahwa ayat tersebut terasa sangat dekat dengannya serta menjadi petunjuk nyata bagi umat Islam di dunia khusunya di Palestina dan Indonesia.

“Seakan-akan kita tengah melihat sebuah sabda terwujud dalam sebuah simbol (Masjid Istiqlal Indonesia) yang dilaksanakan atas petunjuk Nabi Saw. …“

 

Masjid Istiqlal Indonesia

Masjid Istiqlal Indonesia

Ilustrasi Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina.

Masyarakat Palestina khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di daerah Ma’an, Khan Yunis, Jalur Gaza yang akhirnya dinamai sebagai Masjid Istiqlal Indonesia. Direncanakan sejak November 2018, pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari berbagai instansi dan lembaga, khususnya lembaga kepalestinaan di Indonesia.

Meski sempat tertunda karena perizinan pembelian material bangunan yang dipersulit otoritas Israel, namun berkat pertolongan Allah peletakan batu pertama sukses dilaksanakan dengan disambut gegap gempita masyarakat Gaza.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar dan selalu berada dalam rida-Nya. (history/abadi)

 

Rekening Donasi pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza-Palestina:

Bank Syariah Mandiri (451) 711.7976.337

A.n Amal Makti Dunia Islam

 

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6368 2662

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

ABADI, Palestina- Lulus dari pendidikan kedokteran di Kuba membuat Mohammed merasa sangat bersyukur. Bagaimana tidak, di tengah  situasi sulit yang terjadi di Palestina jangankan untuk kuliah di luar negeri,  untuk kebutuhan sehari-hari pun masih menjadi persoalan pelik yang sulit diatasi.Dari rasa syukur itu pula, Mohammed terinspirasi untuk dapat menolong saudara-saudara di tanah kelahirannya, Palestina.

Berbekal ilmu yang telah bertahun-tahun ia timba, Dr. Mohammed Abu Srour melewati setiap sudut kam pengungsian Aida, Bethlehem dan mengobati anak-anak yang sakit tanpa memungut biaya apa pun. Beroperasi sejak Oktober 2018, sudah sekitar 300 pasien anak-anak  diselamatkan Mohammed.

Dokter Palestina
Sejak empat bulan berjalan, Proyek Kuba telah berhasil mengobati 300 pasien anak-anak tanpa idpungut biaya apa pun. (Palestine News Network)

Krisis obat-obatan yang diperparah dengan tak adanya bahan bakar menjadi cerita lama yang semakin menjamur di wilayah konflik Palestina. Ribuan pasien terlantar, tak mendapat pengobatan. Alat kesehatan yang belum canggih juga mengharuskan sejumlah pasien dirujuk ke rumah sakit di luar negeri. Sedangkan sebagaian besar dari mereka hanya bergantung pada subsidi pemerintah dan suaka lembaga kemanusiaan.

“Proyek Kuba”, program yang terinspirasi dari sistem pelayanan kesehatan di Kuba, didedikasikan Mohammed untuk menyelamatkan nyawa anak-anak di pengungsian. Tak hanya menunggu mangsa, Mohammed turun langsung ke wilayah pengungsian untuk mengobati para pasien secara sukarela.

Masa Kecil yang Kelam

Bethelehem mempunyai sejarah tersendiri bagi Srour. Di sanalah ia lahir dan dibesarkan.  Pemandangan mengerikan tentang kelaparan, pengusiran bahkan penganiayaan menjadi pemandangan yang tak asing baginya.

Dengan pertolongan Allah, Mohemmed mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Ilmu Kedokteran La Habana, salah satu universitas bergengsi di Republik Kuba.

Dokter Palestina
Mohammed lahir dan dibesarkan di Bethlehem. Ia tak ingin masa kecilnya yang dipenuhi berbagai kisah pilu, terjadi juga pada anak-anak lain.( Palestine News Network)

Delapan tahun hidup terlunta di negeri orang, pemuda 27 tahun itu berjuang keras untuk bertahan hidup dan menyerap sebanyak-banyaknya ilmu.

Menurut Mohammed, masa kanak-kanaknya yang sulit tak boleh dirasakan oleh anak lain.  Pengalaman yang kelam, harus menjadi pelajaran berharga untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berguna. “Saya mengalami banyak kesulitan, tetapi hari ini saya mendapat hadiah terbaik dengan melihat cita-cita saya menjadi nyata….. ”  ungkapnya.

Ia juga berharap masyarakat Palestina bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik lebih baik di Palestina. “Di masa depan, saya ingin melihat masyarakat Palestina menikmati sistem kesehatan masyarakat yang gratis dan berkualitas”, ungkapnya. (history/abadi)

Sumber: Palestine News Network

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

Daftar Korban Aksi Perbatasan Kian Bertambah dengan Adanya Al-Ibrak Al-Lail

ABADI, Palestina– Daftar warga Palestina yang syahid akibat serangan Israel tak mungkin bisa dikurangi, daftar korban luka pun tak bisa dihindari dan bahkan kini kian bertambah dengan adanya aksi Al-Irbak Al-Lail (Kebingungan Malam Hari). Sekitar 20 peserta terluka dalam aksi yang digelar pada Ahad (17/2) malam di Jabalia Timur, Gaza Utara tersebut. Sementara satu orang bocah mengalami luka tembak di kamp Barij, Gaza Tengah.

Dengan hati-hati, para pemuda Palestina berjalan mengendap di antara kegelapan. Setelah sampai di perbatasan, mereka mulai membakar ban dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Di sisi lain, serdadu Zionis memantau dari kejauhan dengan seperangkat senjatanya.  Beberapa saat kemudian, mereka melancarkan  tembakan dari tank ke dua titik di Bet Hanun. Sejumlah insfrastruktur pun akhirnya rusak karena tembakan tersebut.

Aksi Kepulangan Akbar
Kaum disabilitas Palestina turut serta dalam aski Al-Irbak Al-Lail, Timur Gaza (11/2). (Sumber: Palinfo)

Sebelumnya, dilansir dari Ma’an News seorang warga Palestina ditembak pada bagian kaki pada aksi Kamis (14/2) malam di sebelah timur Rafah, Jalur Gaza. Sementara itu, semburan gas beracun juga menyebabkan sejumlah warga Palestina sesak dan lemas.

Gencarkan Aksi, Suarakan Pembebasan

Great Return March
Al-Irbak Al-Lail diisi dengan aksi pembakaran ban dan pengumandangan lagu-lagu kebangsaan (Sumber: Palinfo)

Lebih dari tujuh puluh tahun terusir dari rumah sendiri dan lebih dari dua belas tahun terkungkung blokade, warga Palestina tak pernah menyerah dalam menyuarakan kebebasannya. Setelah 47 pekan Aksi Kepulangan Akbar melelahkan pertahanan Zionis,  mereka tak  membiarkannya tidur nyenyak dengan menggelar aksi AlIrbak Al-Lail.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan Untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar Di Turki

Pada November 2018 lalu, aksi Al-Irbak Al-Lail ini sempat terhenti setelah para mediator internasional seperti Mesir, Qatar, dan PBB mencapai kesepahaman agar penjajah Israel ‘melonggarkan’blokadenya terhadap Gaza. Namun karena Israel tak menyetujui kesepahaman tersebut,  aksi Al-Irbak Al-Lail kembali digelar masyarakat Palestina pada pekan ketiga Februari 2019 ini.

Korban luka terus bertambah, perlawanan belum bisa  dihentikan. Namun, pasokan obat-obatan dan fasilitas medis tak ada kemajuan. Ribuan korban luka terlunta tak mendapatkan pengobatan. (history/abadi)

Sumber: Palinfo, International Aqsa Institute

 

Bantu mujahid Palestina meneruskan perjuangannya dengan doa dan donasi terbaik.

Rekening Donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

Mimpi Buruk Ribuan Pasien Kanker Gaza

ABADI, Palestina – Ternyata ada yang tak kalah mengerikan dari serangan bom Israel yang tiba-tiba, yaitu menahan sakit namun tak ada yang mengobati. Hal itulah yang kini dialami oleh sekitar 8.515 pasien kanker di jalur Gaza. Rasa sakit yang dirasa seolah menjadi mimpi buruk  para pasien  yang tak tahu kapan akan berakhir.

Krisis bahan bakar, obat-obatan hingga peralatan medis menjadi penyebab lama yang masih terjadi bahkan kian menjamur.

Hari kanker sedunia yang diperingati pada Senin (4/02) kemarin menguak berbagai data mengerikan dari Pusat Kanker  Dunia tentang kondisi pasien kanker di Gaza. Laporan menjelaskan bahwa 7% dari jumlah penderita kanker atau 607 kasus kanker  diderita oleh anak-anak.  Sedangkan jumlah pasien kanker wanita mencapai 4705, atau sekitar  55.3% dari jumlah pasien keseluruhan.

Baca juga: 1.000 Korban Tembakan Zionis Di Gaza Beresiko Mengalami Infeksi Fatal

Pusat Kanker juga menerangkan bahwa krisis obat-obatan primer menjadi tantangan terbesar dari berbagai krisis yang ada. Diagnosa cepat dan tepat yang diberikan doketer bisa jadi tak berarti tanpa adanya obat, sang wasilah penyelamat.

Blokade Israel terhadap Gaza menjadi penyebab utama krisis ini. Gaza tak memilki fasilitas perawatan yang memadai sedangkan izin perujukan pasien sulit didapati.

Sekitar 38% pasien kanker di Gaza tak bisa meninggalkan Gaza untuk menerima perawatan di luar negeri sementara 5% dari pasien ditahan.

Yang lebih mengerikan, mereka yang kini menderita di Gaza adalah saudara-saudara kita. Saudara yang tengah menanggung amanat penjagaan tanah umat yang seyogyanya merupakan tugas kita semua. (history/abadi)

Sumber: Days of Palestine

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

Tak Digusur Paksa, Gusur Rumah Sendiri Tak Kalah Menyiksa Majdi

ABADI, Palestina – Penggusuran paksa mungkin sudah sering dialami warga Palestina di berbagai wilayah yang diduduki. Kali ini ada yang berbeda, namun tak kalah menyiksanya. Pasukan otoritas Israel memaksa Majdi Abu Tayeh, salah satu warga Al-Quds untuk merobohkan rumahnya sendiri di daerah Silwan, tanpa bantuan alat berat apapun. Jika tidak, Majdi harus membayar denda yang jumlahnya cukup besar.

Bagai makan buah simalakama, keluarga Majdi tak punya pilihan lain selain merobohkan rumahnya sendiri, dengan bermodal palu dan perkakas seadanya. Denda sebesar 55 ribu shekel yang diberlakukan konon untuk membayar biaya operasional buldoser jika Majdi tak mampu merobohkannya sendiri.

Baca juga: 139 Kali Dihancurkan,  Penduduk Araqib Tak Pernah Mau Tinggalkan Desanya

Sebelumnya, sejumlah pasukan otoritas menyerbu rumah Majdi dan memberikan waktu setengah jam untuk merobohkan rumahnya. Hasil tawar menawar yang dilakukan kedua belah pihak menghasilkan penundaan perobohan hingga Senin (4/2/2019) pagi.

Gusur rumah

Ahad (3/2/2019) kemarin, pasukan otoritas bahkan memaksa Majdi merobohkan beberapa bagian rumah. Namun Majdi menolak, karena ia dan keluarganya tak memiliki tempat tinggal lain selain rumah yang harus segera ia robohkan itu.

Ini bukan kali pertama, pekan lalu ororitas Israel juga memberlakukan hal yang sama pada keluarga Haisam Muhammad Musthofa di Desa Issawiyah, Al-Quds.

Baca juga: Peristiwa-peristiwa Akhir Zaman ini Akan Terjadi di Palestina

Sejak 1967, Israel menduduki kota Al-Quds dan mengambil kendali administrasi dan keamanan kota. Penggusuran rumah-rumah warga dengan dalih bangunan tanpa izin juga menjadi keputusan sewenang-wenang otoritas Israel yang mengakibatkan ribuan warga Palestina kehilangan tempat tinggalnya.

Semoga Allah senantiasa meneguhkan keimanan dan kesabaran kepada saudara-saudara kita di Palestina, dan mengetuk nurani masyarakat dunia untuk senantiasa membersamai perjuangan rakyat Palestina. (history/abadi)