ABADI Akan Bangun Masjid Permanen untuk Warga Lombok

ABADI Akan Bangun Masjid Permanen untuk Warga Lombok

Infoabadi.org, Lombok – ABADI atau yang juga yang disebut Amal Bakti Dunia Islam terus melakukan perbaikan untuk Lombok yang hancur paska diguncang gempa hebat hingga 7.0 SR beberapa bulan lau.

Direncanakan Relawan ABADI bersama lembaga mitranya akan melakukan peletakan batu pertama pembagunan masjid di Dusun Tempo Sodo, Desa Santong, Kec. Kayangan, Lombok Utara pada Jumat, 28 September 2018.

Sejak terjadinya gempa Relawan ABADI telah melakukan berbagai upaya untuk pemulihan warga yang menjadi korban gempa, termasuk salah satunya adalah membangun masjid darurat untuk warga Sholat Jumat.

Masjid Darurat
Anak-anak di pengungsian mengucapkan terimakasih atas masjid darurat yang tim ABADI dirikan

Berkat bantuan dari donatur yang masuk pada Abadi terealisasi 10 pengadaan masjid darurat, diantaranya:
– Dusun Lekok Timur, Desa Gondang Gangga Lombok Utara
– Dusun Betumping, Desa Sokong Lombok Utara
– Lingsar Lombok Barat
– Pancor Dao Lombok Tengah
– Dusun Tempo Sodo, Desa Santong Lombok Utara
– Desa Gelangsar, Kec. Gunung sari Lombok Barat

Diharapkan pembangunan masjid permanen ini berjalan lancar seperti program-progam pemulihan lainya yang sampai saat ini ABADI kerjakan. Setidaknya ada empat program pemulihan selain pembagunan masjid yang terus dikerjakan ABADI, antara lain: Pembuatan dapur umum, posko pengungsian, pembangunan MCK, dan pengadaan Water Filter.

“Kami akan terus melakukan recovery sampai Lombok benar-benar pulih seperti sedia kala. Masih perlu bersabar dan mengoptimalkan bantuan-bantuan dari para donatur.“ Ungkap Lauhul Hamdi selaku Direktur Amal Bakti Dunia Islam.

Rekening Donasi ABADI:
No. Rek Bank Syariah Mandiri (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

ABADI Bangun Hunian Sementara untuk Korban Gempa Lombok

ABADI Bangun Hunian Sementara untuk Korban Gempa Lombok

Infoabadi.org, Lombok – Gempa yang menelan nyawa hingga 515 orang, luka-luka 7.145 orang, 431.416 orang mengungsi, serta menghancurkan ribuan rumah, puluhan masjid dan madrasah. Salah satunya adalah rumah Sahlan. Bapak Sahlan seorang Guru SD di Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara, rumahnya hancur, tidak lagi dapat ditinggali bersama keluarganya sejak tragedi memilikan yang terjadi di Lombok beberapa pekan lalu.

Banyaknya rumah yang hancur akibat gempa yang terjadi, menggerakan ABADI atau Amal Bakti Dunia Islam untuk melakukan pembuatan Hunian Sementara (Huntara).

Material bangunan sudah disiapkan oleh relawan ABADI dan Karawang Berbagi di sebidang tanah yang nantinya akan dibangun Huntara pada Jumat, 28 September 2018. Material berupa batang-batang besi dan triplek.

Penyaluran Bantuan Hunian Sementara
Tim ABADI sedang menurunkan material-material yang nantinya akan digunakan untuk hunian sementara

Salah satu yang menjadi penerima manfaat dari donatur ABADI dalam program Hunian sementara ini adalah Pak Sahlan, seorang Guru Sekolah Dasar di Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara.

Sejak awal terjadinya Gempa di Lombok, ABADI bersama relawannya telah aktif melakukan penggalangan dan penyaluran bantuan. Antara lain kegiatan yang dilakukan ABADI adalah: Pembuatan dapur umum, posko pengungsian, pembangunan MCK, pembangunan masjid darurat, dan pengadaan Water Filter.

ABADI selama tiga bulan kedepan berencana untuk terus melakukan recoveri Lombok. Terutama di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau bantuan.

“Kami akan terus melakukan recoveri sampai Lombok benar-benar pulih seperti sedia kala. Baik itu bantuan logistic, MCK, Pengadaan water filter, masjid darurat, hunian sementara.” Ungkap Lauhul Hamdi selaku Direktur Amal Bakti Dunia Islam.

“Dalam waktu dekat ini, ABADI juga akan membangun masjid permanen. Insya Allah peletakan batu pertama akan dilakukan Jumat (28/09/2018) mendatang.” Lanjut Hamdi.

Rekening Donasi Kemanusiaan Abadi:

No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Kekurangan Air Bersih, Abadi Salurkan Water Filter untuk Korban Gempa Lombok

Kekurangan Air Bersih, Abadi Salurkan Water Filter untuk Korban Gempa Lombok

Infoabadi.org, Lombok — Abadi atau Amal Bakti Dunia Islam kembali menyalurkan bantuan kepada korban gempa Lombok, tepatnya di Pondok Pesantren Al Fatih Desa Godang, Kec. Gangga Kab. Lombok utara, Minggu, 23 September 2018.

Bantuan dari Abadi kepada korban gempa Lombok berupa pengadaan alat penyaring air (Water Filter) untuk para santri di Pondok Pesantren Al Fatih dan juga masyarakat sekitar pondok pesantren.

Bantuan Water Filter ini merupakan hasil dari kebaikan para donatur Abadi , Muslim Mandiri, serta Karawang Berbagi, yang dikumpulkan, dan dibelikan alat berupa Water Filter. Kemudian Water Filter dipasang relawan Abadi dan relawan mitra lainnya.

Water Filter dipilih sebagai bentuk penyaluran karena, mengingat kondisi di lapangan, terutama di daerah Desa Godang, Kec. Gangga, yang saat ini sangat minim air bersih untuk pemenuhan kebutuhan minum, rumah tangga sehari-hari dan kebutuhan bersuci.

Sebelumnya Abadi juga telah membangun dapur umum, posko pengungsian, pembangunan MCK, pembangunan masjid darurat, pengadaan Water Filter, dan selanjutnya Abadi akan membuat hunian sementara untuk korban gempa Lombok.

Abadi (Amal Bakti Dunia Islam) selama tiga bulan kedepan berencana untuk terus melakukan pemulihan Lombok. Terutama di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau bantuan.

“Kami akan terus melakukan recoveri sampai Lombok benar-benar pulih seperti sedia kala. Baik itu bantuan logistic, MCK, Pengadaan water filter, masjid darurat, hunian sementara.” Ungkap Lauhul Hamdi selaku Direktur Amal Bakti Dunia Islam.

“Dalam waktu dekat ini, Abadi juga akan membangun masjid permanen. Insya Allah peletakan batu pertama akan dilakukan Jumat (28/09/208) mendatang.” Lanjut Hamdi.

Rekening Donasi Kemanusiaan Abadi:

No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Resolusi Hijrah Tahun Baru Hijriah

Resolusi Hijrah Tahun Baru Hijriah

AbadiTahun demi tahun terus berganti, tak bisa kita hentikan barang hanya satu detik. Umur semakin bertambah, sejalan dengan berkurangnya jatah usia di dunia. Awal tahun menjadi momentum yang sangat tepat untuk mengingat kembali hal apa yang sudah kita lakukan untuk akhirat kita, dan apa saja hal penting yang belum bisa kita lakukan atau dapatkan di tahun-tahun sebelumnya. Atau kita terlalu sibuk mengejar dunia kita hingga lupa bahwa ada kehidupan yang lebih kekal di akhirat nanti?

Apakah kita harus begini-begini saja? Tentunya harus ada revolusi baru di tahun yang baru, karena seperti halnya Rasulullah yang berhijrah ke tempat yang lebih baik, kita juga perlu melakukan yang sama. Baik itu dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik, atau dari sesuatu yang baik ke yang lebih baik.

Solat Tepat Waktu

Solat menjadi suatu ibadah bagi kita mengingat solat adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak. Orang-orang yang dengan sengaja menunda solatnya tanpa ada alasan syar’i, maka tergolong orang yang munafik seperti yang tertera dalam surat An-Nisa ayat 142.

Di era modern seperti sekarang, banyak aplikasi yang dapat menjadi penginangat tuannya untuk bersegera dalam melakukan solat.Hal tersebut dapat memudahkan untuk mewujudkan keinginan kuat kita untuk memperbaiki kualitas solat.

Mengapa tak boleh ditunda-tunda? Karena bisa jadi orang lain yang lebih dulu mensolatkan kita, padahal kita sendiri belum menunaikan solat.

Ibadah Sunah

Meskipun bukan amalan yang diwajibkan, tetapi keutamaan amalan sunah ini tak kalah dengan amalan wajib. Selain dijadikan wali Allah di muka bumi, amalan ini juga bisa melengkapi kekurangan pada amalan wajib.

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.”
(HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426)

Qiyamul lail, dhuha, rawatib, puasa hari senin dan kamis, merupakan salah satu dari banyaknya ladang pahala yang Allah sediakan untuk melengkapi amalan wajib.

Tilawah Rutin

Terhitungkah berapa banyak ayat Alquran yang kita baca tiap harinya? Selembar? Dua lembar? Atau bahkan tidak ada dan hanya seminggu sekali? Fenomena yang sangat sering terjadi di mana seseorang selalu meminta petunjuk, karunia, solusi atas masalah kehidupan namun ia tak pernah membaca Alquran, yang pada hakikatnya semua yang ia butuhkan ada di dalam Alquran.

“Sesungguhnya Al-Qur’an Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’: 9).

Amal Jariyah

Umur di dunia boleh lah ada batasnya, namun pahala bisa jadi terus mengalir walau kita sudah tak lagi berada di dunia. Dalam hadis yang sudah sering kita dengar, bahwa jika seorang meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali ia meninggalkan sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, anak soleh yang mendoakannya.

Amalan-amalan tersebut merupakan investasi yang bisa menolong kita di akhirat kelak. Hanya Allah yang mengetahui umur manusia, tak ada yang bisa menjamin besok kita masih bernyawa atau tidak. Lantas sudah berapabbanyakkah amalan yang diinvestasikan untuk di akhirat kelak?

Silaturahmi

Silaturahmi merupakan salah satu rangkaian ibadah yang tidak bisa dilewatkan dari kehidupan manusia. Mengingat dengan silaturahmi, pintu ampunan Allah semakin terbuka karena dengannya kita dijari tentang menebar kasih sayang dan saling memaafkan.

”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)

Mengejar Cita-cita

Baik itu profesi, pendidikan, atau niat mulia lain yang belum sempat terwujud di tahun lalu, maka raihlah ditahun yang baru. Bisa jadi cita-cita tersebut sempat tertunda pengupayaannya karena satu dan lain hal, namun gantungkanlah semua itu kepada Allah sebagai tempat bergantungnya segala sesuatu.

Momentum ini juga menjadi ajang kita untuk bermuhasabah tentang seberapa kuat usaha kita untuk meraih cita-cita tersebut, sudah luruskah niat kita, kesalahan-kesalahan apa saja yang sempat menggagalkan kita meraihnya. Namun yang jelas, libatkanlah Allah dalam segala hal, termasuk dalam bercita-cita. (infoabadi)

Sumber: Yayasan Harapan Amal Mulia

Zohri Memilih Pergunakan Uang Bonus Untuk Bangun ‘Rumah di Surga’ dan Santuni Anak Yatim

Zohri Memilih Pergunakan Uang Bonus Untuk Bangun ‘Rumah di Surga’ dan Santuni Anak Yatim

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ تَعَالَى – قَالَ بُكَيْرٌ: حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ: يَبْتَغِيْ بِهِ وَجْهَ اللَّهِ – بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا

Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah Ta’ala (mengharapkan wajah-Nya) maka Allah akan membangunkan baginya rumah (istana) di Surga”.

Zohri
Muhammad Zohri, sprinter Indonesia yang memenangi final nomor 100 meter putra dalam Kejuaraan Dunia Atletik IAAF U20 di Tampere, Finlandia, Selasa 10 Juli 2018. (IAAF/Inasgoc)

Lombok–Hadis diatas menunjukkan besarnya keutamaan dan ganjaran pahala bagi orang yang membangun masjid. Rumah di surga menjadi ganjaran yang pasti diidamkan setiap insan yang beriman. Bukan hanya itu, membangun rumah Allah (masjid) termasuk juga usaha memakmuran masjid, yang dalam surat At-taubah ayat 18  dijelaskan bahwa siapapun yang memakmurkan masjid maka Allah akan senantiasa mengaruniakan petunjuk kepadanya.

Dengan ganjarannya yang luar biasa tersebut pastilah banyak orang yang berbondong-bondong melakukan hal tersebut. Tak hanya yang berkecukupan, orang yang tergolong mempunyai kehidupan yang sederhana pun bisa membangun ladang amal jariyah itu, dengan seizin Allah.

Lalu Muhammad Zohri, seorang atlet sprint Indonesia, yang namanya sempat mencuat beberapa waktu lalu, menjadi salah satu bukti bahwa kuasa Allah begitu nyata.

Sejak ia memenangkan ajang kejuaraan Atletik U-20, di Tampere, Finlandia pada pertengahan Juli lalu, tak hanya pujian, Zohri juga kebanjiran hadiah dan bonus. Mulai dari uang tunai, perbaikan rumah, investasi emas, hingga tawaran pekerjaan dari berbagai lembaga dan instansi.

Zohri yang bukan berasal dari keluarga kaya raya itu, tak lantas merasa sombong  atas nikmat Allah yang diberikan kepadanya tersebut. Tidak dihabiskan untuk kemewahan dunia, Zohri lebih memilih mempergunakan bonus yang membanjirinya itu untuk membangun masjid dan menyantuni anak yatim.

Pihak PB PASI melalui Sekjennya, Tigor Tanjung, menyatakan bahwa pihaknya juga membantu sebagai fasilitator untuk mengelola bantuan atau bonus yang diterima Zohri tersebut.

“Tidak semuanya ditabung untuk keperluan pribadi. Ada yang ia gunakan untuk membangun masjid, dan membantu anak-anak panti asuhan. Untuk hadiah berupa endorsement maupun hibah, kami tentu juga komunikasi dengan keluarga Zohri yang masih ada,” ungkap Tigor (27/07) dalam Jawa Pos.

Rumah Lalu Muhammad Zohri alias Badok di Dusun Karang Pansor, Desa Pemenang Barat, Kec.Pemenang Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Siapa yang menyangka, seorang Lalu Muhammad Zohri, yang bahkan rumahnya sendiri pun jauh dari kata mewah, akhirnya mampu membangun sebuah rumah di surga. Niat mulia yang tak semua orang memilikinya, bahkan orang berkecukupan sekalipun. Namun Allah membukakan salah satu jalan rezeki-Nya kepada Zohri yang bahkan mungkin ia sendiri pun tak pernah menduganya.

Atas kerja keras Zohri hingga menjadi atlet yang mengharumkan nama bangsa, dan atas niat mulianya membangun rumah Allah serta menyantuni anak yatim, semoga Allah senantiasa memberkahi hidupnya. (history/abadi)

Sumber: Harapan Amal Mulia

Siswa Korban Gempa Lombok Harus Bertahan dengan Sekolah Tendanya

Siswa Korban Gempa Lombok Harus Bertahan dengan Sekolah Tendanya

Keterangan Foto: HARI PERTAMA SEKOLAH: Sulihi, mengajar muridnya di sekolah darurat buatan warga di lapangan pengungsian Desa Duman, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Senin (27/8). Hari pertama sekolah pascagempa masih dilaksanakan di luar gedung. (Sumber Foto: Jawa Pos)

Lombok–Rangkaian gempa yang terjadi di Lombok sejak  Juli lalu tentu menyisakan trauma mendalam pada masyarakat Lombok, terutama anak-anaknya. Peristiwa yang pastinya tak mereka inginkan itu telah mengguncangkan nyamannya masa kecil mereka. Meski begitu, semangat dan cita-cita anak-anak Lombok untuk menuntut ilmu tak pernah redup.

Senin (27/08), menjadi hari pertama anak-anak korban gempa Lombok memulai sekolah di tempat barunya. Tempat yang jauh dari kata layak karena hanya beratapkan tenda yang sebenarnya tak cukup melindunginya dari terik.

Seperti yang terjadi pada anak-anak SDN 02 Rakam, Lombok Timur. Setelah melewati liburan sekolah yang cukup berat, siswa sekolah tersebut harus belajar di tenda-tenda yang  dibuat di halaman sekolah. Rangkaian gempa yang ikut mengguncangkan sekolahnya, mengakibatkan lima dari sembilan ruang kelas hancur, tak bisa lagi digunakan.

“Delapan rombel (rombongan belajar) belajar di tenda,” tutur Kepala Sekolah SDN 02 Rakam, Karmiati, Rabu (29/8/2018) dalam Liputan6.com. Meski begitu, tawa, riang, canda masih menghiasi aktivitas  belajar mereka di tenda.

Belajar dalam tenda tidak hanya dialami murid SDN 02 Rakam. Banyak murid di Lombok yang mengalami nasib serupa karena bangunan sekolah  mereka rusak akibat gempa. Misalnya, di SDN 2 Obel-Obel, Kabupaten Lombok Timur. Di sana terdapat dua tenda yang dimanfaatkan enam kelas siswa. Satu tenda milik kepolisian diisi kelas V dan VI. Sementara itu, siswa kelas I-IV memenuhi tenda hasil sumbangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), seperti yang dilansir Jawa Pos.

Anak-anak tersebut terbilang cukup beruntung karena bisa kembali bersekolah. Kadikbud Kabupaten Lombok Timur mengungkapkan banyak sekolah yang belum bisa kembali memulai aktivitas belajarnya. Selain minimnya jumlah tenda, sejumlah sekolah juga masih ditempati tenda-tenda pengungsian milik masyarakat.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sebanyak 556 unit sekolah rusak akibat gempa Lombok. Dari jumlah tersebut 235 sekolah rusak parah dan tak bisa lagi digunakan.

Tenda mungkin kini menjadi sesuatu yang sangat akrab bagi anak-anak Lombok. Tak hanya sekolahnya, tenda-tenda pengungsian pun kini menjadi satu-satunya tempat yang bisa mereka tinggali. Kira-kira apa yang mereka tuliskan di buku Bahasa Indonesia tentang cerita libur panjangnya? (history/abadi)

Terimakasih ABADI Atas Masjid Daruratnya

Terimakasih ABADI Atas Masjid Daruratnya

“Terimakasih ABADI (Amal Bakti Dunia Islam) atas masjid daruratnya” ujar salah satu anak di tempat pendirian masjid darurat Lombok

Lombok–Mungkin sebagian dari kita berfikir bahwa hal seperti masjid dari tenda adalah hal yang biasa. Karena toh shalat bisa diruang terbuka. Atau mungkin ada yang berfikir bahwa shalat bisa sendiri-sendiri.

Namun bagi warga Lombok yang mencoba pulih dari gempa, masjid darurat beratap tenda, bersangga bambu, beralas tikar menjadi bangunan yang mewah.

Yang mana masjid tersebut bisa menghimpun anak-anak untuk mengaji, untuk bermain dalam keceriaan, dan sama-sama merasa bahwa bangkit secara berjamaah itu penting.

Terimakasih ABADI atas masjid daruratnya

Ayo, bantu Lombok pulih kembali.

Salurkan donasi Saudara untuk Lombok melalui Rek. Donasi
Bank Syariah Mandiri,
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

www.infoabadi.org

Tim Dirikan Posko dan MCK Darurat untuk Pengungsi

Tim Dirikan Posko dan MCK Darurat untuk Pengungsi

Lombok–Sudah tiga hari ratusan pengungsi di Dusun Kapu, Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara mengalami kekurangan makanan. Untuk itu, Tim Yayasan Amal Bhakti Dunia Islam (Abadi) bergerak cepat dengan cara membuat posko di lokasi tersebut.

‘’Kami sudah mulai membuat posko sejak kemarin, Rabu (8/8). Jadi semua bantuan ke wilayah ini bisa dipusatkan di sini,’’ungkap Koordinator Relawan, Sopian Suprianto, Kamis (9/8).

Pihaknya sudah mulai mendistribusikan sembako dan makanan instan kepada para pengungsi. Posko ini tepat berada di samping Pondok Pesantren Al Istiqamah yang 90 persen bangunannya hancur. Seluruh santi dan pengelola ponpes tinggal di tenda pengungsian di halaman Ponpes Al Istiqamah. Sedangkan warga sekitar ponpes dan sebagian orang tua santri, menempati tenda pengungsian di tanah lapang milik Ponpes Al Istiqamah.

Selain kebutuhan logistik yang serba kekurangan, Sopian menambahkan, para pengungsi pun sangat memerlukan akses sanitasi dan air bersih.

‘’Kamar mandi di Ponpes Al Istiqamah hancur semua. Jadi, seluruh pengungsi kesulitan jika akan buang air,’’ungkap Sopian.

Untuk itu, Abadi langsung membuat MCK sementara di samping sungai kecil di dekat lokasi.

Sopian berharap, ada bantuan sanitasi yang lebih layak seperti MCK mobile yang bisa ditempatkan di lokasi pengungsian.

Tak hanya itu, Sopian menambahkan, lokasi pengungsi di Desa Jenggala ini posisinya terpencil. Akibatnya, belum ada bantuan-bantuan lain seperti bantuan medis dan pemeriksaan kesehatan kepada para pengungsi.

Tak hanya mendirikan posko di wilayah Kabupaten Lombok Utara, Tim pun telah mendirikan posko di Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambalia, Kabupaten Lombok Timur pasca gempa pertama, Minggu (29/7) lalu.

‘’Sekarang, kami juga membuka posko di Kota Mataram,’’jelas Sopian.

Posko ini, tambah dia, lebih berupa dapur umum yang akan menyediakan makanan berupa nasi bungkus untuk disebar ke beberapa lokasi pengungsian di Lombok Tengah.

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Al Istiqamah, Hidayah Tulah mengaku sangat berterimakasih kepada Abadi yang telah membantu mereka pasca gempa terjadi beberapa waktu lalu.

‘’Sampai tim dari Amal Mulia (mitra) dan Abadi datang ke sini, tidak ada satupun bantuan yang diberikan kepada kami. Kalaupun ada relawan dari lembaga lain, hanya lewat saja,’’ungkap Hidayah Tulah.

Hidayah berharap, penanganan korban gempa Lombok ini bisa lebih baik lagi sehingga semua pengungsi bisa memperoleh penanganan sebagaimana mestinya.

“Apa Harus Nunggu Kami Mati Semua, Pemerintah Baru Kirim Bantuan?”

“Apa Harus Nunggu Kami Mati Semua, Pemerintah Baru Kirim Bantuan?”

Lombok–Wajah Supriadi tak bisa menyembunyikan kekesalannya. Sekertaris Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara ini kesal bercampur bingung. Sudah lebih dari sepekan, warga Dusun Lekok, Desa Gangga, mengungsi akibat gempa dengan magnitude 7,0 skala richter yang terjadi pada Minggu (7/8) lalu.

Tapi, kebutuhan paling mendasar yang mereka butuhkan saat ini, yakni tenda peleton, begitu sulit didapatkan.

‘’Saya sudah datang ke kantor Kecamatan Gangga, dan Kecamatan Tanjung sebagai posko utama di Lombok Utara. Jawabannya bikin kesal. Saya harus bikin dulu surat pengajuan resmi untuk tenda peleton yang ditandatangani oleh sekdes dan kades dan harus di cap. Ini kan darurat. Kantor desa juga hancur. Bagaimana kami harus bikin surat-surat. Capnya juga entah terkubur di reruntuhan mana,’’ keluh Supriadi.

Supriadi menilai, kondisi darurat yang menimpa warga Lombok, khususnya Desa Gondang, akibat gempa bumi jangan dijawab dengan persyaratan birokrasi sebagaimana kondisi normal. Bayangkan saja, kata dia, saat terjadi gempa, warga mengungsi hingga ke kaki bukit yang jaraknya lebih dari 700 meter dari pemukiman.

Letak pemukiman warga, khususnya Dusun Lekok hanya berjarak 200 meter dari pantai. Jika terjadi tsunami, sudah pasti pemukiman warga bakal tersapu. Untungnya ancaman tsunami tak terjadi. Meski demikian, ratusan rumah warga hancur.

Sejak kejadian, kata dia, warga mengungsi di delapan titik pengungsian. Salah satunya terletak di lahan pertanian di kaki bukit.

‘’Lahan ini sebenarnya sudah siap untuk tanam padi. Tapi, kami mau mengungsi kemana lagi?’’ungkap Supriadi.

Kondisi pengungsi di Dusun Lekok begitu memprihatinkan. Mereka mendirikan tenda dari terpal yang biasa digunakan untuk mengeringkan gabah. Ukuran tendanya hanya 4 x 6 meter. Tenda sekecil ini dihuni 5-6 kepala keluarga atau 20-24 orang. Tenda-tenda ini berkumpul di satu titik di sebuah ladang. Untuk menahan angin supaya tidak masuk ke dalam tenda, pengungsi memasan daun-daun kelapa kering.

Untuk shalat, mereka mendirikan mushola darurat yang atapnya terbuat dari pelepah daun kepala kering. Berlantaikan terpal, mushola darurat ini pun digunakan untuk mengaji anak-anak mereka. Total pengungsi yang ada di sini mencapai 275 KK.

Sejak lokasi pengungsian ini didirikan, mereka batu menerima bantuan satu tenda Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB). Itupun ukuran kecil.

‘’Kalau untuk bantuan makanan, seperti mie instan, beras, air mineral, suka dikasih sama relawan. Bukan dari pemerintah. Kalau tidak ada bantuan dari para relawan, mungkin kami sudah mati,’’ungkap Supriadi dengan tegas.

Tim Relawan Yayasan Harapan Amal Mulia, yang bekerja sama dengan Amal Bhakti Dunia Islam (Abadi) dan For Humanity mencoba membantu mengurangi beban para pengungsi.

‘’Kami akan mencoba mendirikan MCK darurat. Kasihan, selama ini pengungsi hanya menggunakan air irigasi sawah,’’ungkap Abdul Qodir, Koordinator relawan Amal Mulia.

Ditambahkan Mang Oding, demikian Abdul Qodir biasa disapa, kondisi pengungsi serupa seperti di Dusun Lekok ini banyak ia temui di lapangan. Pemerintah dan beberapa lembaga, kerap hanya menyalurkan bantuan ke lokasi-lokasi pengungsian yang dekat dengan jalan raya. Padahal, masih banyak titik pengungsian yang berada jauh dari jalan lantaran mereka khawatir akan terjadi gempa susulan yang menimbulkan tsunami.

‘’Bantuan masih tidak merata. Kami akan terus menyisir lokasi-lokasi pengungsi yang berada di pedalaman. Kasihan, mungkin mereka belum memperoleh bantuan sama sekali,’’pungkas Mang Oding.