Musala Sementara untuk Warga Batulayar, Lombok Barat

Musala Sementara untuk Warga Batulayar, Lombok Barat

Pendirian musala sementara di Dusun Bengkaung Lauk, Desa Bengkaung,  Kec. Batulayar, Kab. Lombok barat (26/11). (Dok. Abadi)

 

ABADI, Lombok – Gempa yang mengguncang Lombok tiga bulan yang lalu seolah menggemparkan situs pemberitaan di berbagai media.  Bagaimana tidak, lombok bukan hanya diguncang oleh satu atau dua kali gempa, tetapi lebih dari seribu gempa selama Juli – Agsutus dengan lima kali gempa berkekuatan besar, dengan gempa utama bermagnitudo 7,0 SR. Rangkaian gempa tersebut jelas menimbulkan banyak kerugian, salah satunya rusaknya bangunan-bangunan penting termasuk masjid.

Warga Dusun Bengkaung Lauk, Desa Bengkaung,  Kec. Batulayar, Kab. Lombok barat turut terdampak hancurnya masjid yang biasa selama ini digunakan warga untuk beribadah dan bermajlis ilmu. Masjid tersebut juga biasa dipakai sekitar 73 anak untuk mengaji dan menuntut ilmu agama.

Musala Sementara
Musala sementara yang sebelumnya didirikan warga mengalami kebocoran diberbagai bagian sehingga sdah tak layak lagi digunakan. (Dok. Abadi)
Musala Sementara
Musala sementara yang sebelumnya didirikan warga mengalami kebocoran diberbagai bagian sehingga sdah tak layak lagi digunakan. (Dok. Abadi)

Dengan bermodalkan terpal tipis dan sebilah bambu, warga bergotong-royong membangun musala sementara. Namun apadaya, seiring datangnya musim hujan terpal musala berukuran 4 x8 itu semakin rapuh dan mengakibatkan kebocoran di berbagai bagian.

Musala yang cukup sempit itu pun tak mampu menampung puluhan anak-anak yang tiap sore mengaji di sana, sehingga mereka terpaksa menumpang di salah satu rumah warga, Ustadzah Zohariah yang juga mengalami kerusakan yang cukup parah.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar

Menanggapi hal tersebut, Abadi kembali berikhtiar memudahkan warga Desa Bengkuang untuk beribadah dengan mendirikan sebuah musala pengganti dengan bahan berbahan tenda yang lebih mampu menahan guyuran hujan yang semakin hari semakin deras.

Warga sangat menyambut baik ikhtiar Abadi tersebut. Warga juga ikut bergotong-royong dalam proses pendirian musala.

Pendirian musala sementara ini juga tak lepas dari bantuan Forkammi yang mngamanahkan bantuannya kepada Abadi. Dengan musala lebih luas yang didirikan yaitu 12 x 6 m, warga beserta anak-anak bisa dengan luas beribadah sekaligus menuntut ilmu di sana.

Awal Oktober lalu, dengan dukungan dari donatur Abadi juga mendirikan sebuah MCK darurat di dusun yang sama.

Musala Sementara
Bantuan MCK untuk warga Dusun Bengkaung Lauk, Desa Bengkaung,  Kec. Batulayar, Kab. Lombok barat (04/10) (Dok. Abadi).

Fauzan, salah satu tim Abadi menuturkan kondisi fasilitas-fasilitas penting yang biasa digunakan warga masih sangat memprihatinkan. Sekolah, masjid, serta hunian sementara  (huntara) yang  sebagian besar hanya terbuat dari terpal banyak yang mengalami kerusakan, terutama semenjak datanganya musim hujan. Beberapa huntara milik warga juga tergenang air hujan.

Meski Lombok berangsur pulih, namun bantuan dari saudra-saudaranya masih sangat dibutuhkan para korban. (history/abadi)

Jaelani: Bantuan Semakin Berkurang Semenjak Beberapa Bulan Terakhir

Jaelani: Bantuan Semakin Berkurang Semenjak Beberapa Bulan Terakhir

ABADI, Lombok – Sudah lebih dari seratus hari semenjak rangkain gempa  mengguncang Lombok, masih saja ada warga yang menjadi pengungsi di tanahnya sendiri.

Salah satunya adalah mereka yang tinggal di Dusun Jelateng, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Tenda-tenda beratapkan terpal tipis masih menjadi pemandangan yang mendominasi sekeliling kampung.

Trauma masih jelas menyelimuti para korban gempa, seperti yang dilansir oleh situs Liputan6. “Masih takut (gempa) tidak berani tidur di dalam rumah,” ujar Mantan Kepala Dusun Jelateng Timur, Jaelani saat ditulis Rabu (21/11/2018).

Gempa Lombok
Jaelani mengatakan, bantuan dari relawan mulai berkurang semenjak beberapa bulan terakhir (Sumber: Liputan6.com)

Selain trauma, sebagian besar dari mereka juga tak punya pilihan lain selain tinggal di tenda, karena hingga saat ini belum ada bantuan untuk mendirikan kembali rumah mereka. Jaelani mengatakan, masih banyak rumah yang hancur akibat gempa yang terjadi Agustus lalu. Jaelani mengatakan, bantuan dari relawan mulai berkurang semenjak beberapa bulan terakhir

Ada sekitar 1.350 jiwa yang tinggal di tiga dusun di wilayah Jelateng. Tenda yang ditempat Jaelani pun cukup besar dan memanjang, cukup untuk menjadi tempat ‘berteduh’ puluhan warga.

Baca juga: Apa Kabar Saudara Kita di Lombok?

Hanya saja tenda tersebut tak mampu melindungi penghuninya dari panasnya matahari atau menusuknya angin malam. Serangga-serangga kecil berbahaya dan hewan-hewan ternak pun sering kali masuk ke dalam tenda-tenda mereka.

Keadaan menjadi semakin mengkhawatirkan ketika hujan turun. Jaelani menuturkan, beberapa waktu lalu, lokasi mereka bernaung saat ini sempat kebanjiran. Air sungai yang terletak sangat dekat dari lokasi mereka meluap seiring tingginya curah hujan. Alhasil, air menggenang di dalam alas tenda.

Gempa Lombok
Keadaan tenda pengungsian Jaelani yang beratap terpal dan beralaskan tikar tipis (Sumber: Liputan6)

Gempa Lombok memang telah berlalu lebih dari seratus hari yang lalu. Meski begitu berbagai kisah pilu belum usai dan masih lalu-lalang di berbagai media berita.

Meski Ibencana baru bermunculan di tanah ibu pertiwi, tapi Lombok masih sangat membutuhkan uluran tangan saudara-saudaranya. (history/abadi)

 

Sumber: Liputan6

 

Mari bantu warga Lombok bangkit kembali. Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Kabar Duka dari Tasikmalaya

Kabar Duka dari Tasikmalaya

Keterangan Foto: Banjir Tasikmalaya  (Sumber: Tribun)

ABADI TASIKMALAYA–Hujan deras tak henti mengguyur Kabupaten Tasikmalaya sejak Senin (05/11) sore. Sungai Pasanggrahan yang biasa berarus tenang pun hari itu meluap hingga mengakibatkan tiga kecamatan terendam,yakni Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, dan Culamega.

Sejumlah warga juga dilaporkan ikut terseret derasnya arus banjir. Hingga Selasa(06/11) empat warga berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sedangkan dua lainnya masih dalam pencarian.

Dua korban meninggal diketahui bernama Elsa (10) dan Mardin (60), warga Kecamatan Culamega. Namun dua jasad lainnya, perempuan berusiaa 35-an tahun dan laki-laki berusia 30-an tahun, belum diketahui identitasnya.

Banjir Tasikmalaya
Banjir bandang akibatkan longsor dan terputusnya jembatan

Tak hanya mengakibatkan adanya korban jiwa, banjir bandang juga menggerus jembatan di Kecamatan Cipatujah. Akibatnya, akses menuju Kabupaten Garut lewat Cipatujah terputus.

BPBD Kabupaten Tasikmalaya mendata, dampak terparah banjir berada di Kecamatan Culamega. Air banjir merendam rumah warga hingga setinggi 2 meter atau seatap rumah.

Banyak warga yang mengungsi ke rumah sanak-saudaranya karena rumah mereka yang terkena dampak banjir bandang.

Banjir Tasikmalaya
Evakuasi korban banjir bandang Tasik oleh Basarnas (Foto: Basarnas)

Saat ini, BPBD dan tim SAR tengah mendata kebutuhan para pengungsi. Koordinasi tersebut dipusatkan di posko gabungan yang berada di Kecamatan Cipatujah.

Rentetan bencana yang akhir-akhir ini melanda bumi pertiwi seolah menjadi pecut agar kita senantiasa bermunajat,memohon perlindungan kepada Sang Maha Pelindung.(history/abadi)

Salurkan dan donasi terbaik untuk membantu meringankan saudara-saudra seiman kita yang tertimpa bencana,melalui rekening dibawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Abadi Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Perkampungan Mualaf Sigi

Abadi Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Perkampungan Mualaf Sigi

Keterangan Foto: Pendistribusian bantuan kemanusiaan untuk korban gempa di Perkampungan Mualaf, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah.(Dok. Abadi)

ABADI SIGI — Mushaf Emerald, salah satu relawan Abadi terlihat sibuk mengendalikan jalannya pendistribusian bantuan di salah satu perkampungan mualaf di Kec. Kulawi Selatan.

Masyarakat sekitar begitu antusias menyambut kedatangan tim Abadi yang membawa berbagai bantuan dari donatur. Pasalnya, sejak gempa mengguncang Kab. Sigi akhir September 2018 lalu,  kehidupan mereka belum pulih seutuhnya. Makanan menjadi kebutuhan yang sampai saat ini masih terbatas ketersediaannya.

Kamis, 01 November 2018 perjalanan cukup berliku dilalui tim Abadi untuk dapat sampai di titik penyaluran di Kec. Kulawi Selatan, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah.

 

Penyaluran Bantuan Sigi
Mushaf Emerald, salah satu tim Abadi  di tengah kesibukannya mengatur pendistribusian bantuan (Dok. Abadi)

Rasa lelah akhirnya terobati ketika sampai di titik lokasi. Anak-anak tertawa riang menghampiri tim kami yang turun dari mobil dengan membawa berbagai ‘buah tangan’.

Beragam jenis bahan makanan seperti beras, telur, susu, sayuran dan lainnya distribusikan kepada masyarakat perkampungan tersebut.Selain itu Abadi juga menyokong kebutuhan sarana beribadah seperti mukena, sajadah, pengeras suara masjid dan genset.

Baca juga: Abadi Kembalikan Tawa Anak-anak Korban Gempa Palu

Mayoritas Penduduk Mualaf

Nuansa Islam begitu terasa kental di perkampungan ini. Siapa yang menyangka ternyata sebagian besar penduduk merupakan mualaf (baru memeluk Islam). Kurang lebih 50 mualaf beserta anak-anaknya tinggal di perkampungan yang masih masih terlihat asri meski banyak terlihat bangunan yang rusak di berbagai sudut.

Penyaluran Bantuan Sigi
Warga perkampungan mualaf di Kec. Kulawi Selatan, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah (Dok. Abadi)

Sebagaimana kehidupan muslim pada umumnya, budaya tolong-menolong di sana juga semakin menambah indahnya hidup dalam dekapan ukhuwah. Tim kami juga disambut baik dengan keramahan daerah yang khas.

Anak-anak yang  sejak kami datang selalu membuntuti pun seolah enggan melepas kami meninggalkan kampung mereka.

Allah akan memberi hidayah kepad siapa pun yang ia kehendaki. Namun, memuliakan orang-orang yang dilimpahkan hidayah ini Insya Allah menjadi salah satu wasilah Allah memberi kita hidayah yang tak terhingga pula. (history/abadi)

Mari bantu ringankan beban saudara-saudara kita yang tengah tertimpa musibah gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dengan doa dan donasi terbaik.

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Tatkala Nelayan Karawang Menunjukan Kepeduliannya Terhadap Para Korban  Jatuhnya Pesawat

Tatkala Nelayan Karawang Menunjukan Kepeduliannya Terhadap Para Korban  Jatuhnya Pesawat

Situasi di pantai sekitar lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 (Sumber: Viva)

ABADI — Kepedulian dapat ditunjukan dengan berbagai aksi. Seperti yang dilakukan para nelayan  kawasan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Setelah terdengar kabar bahkan sebagian menjadi saksi jatuhnya pesawat Lion Air JT610, mereka mengabdikan diri dengan membantu proses pencarian korban dan puing-puing pesawat.

Di bawah terik dan bermodalkan perahu kayu, para nelayan menyisir setiap sudut perairan berharap menemukan titik terang.

Pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta- Pangkal Pinang terjatuh pada Senin (29/10) pagi di perairan Karawang. Sekitar 189 orang menjadi penumpang pesawat nahas tersebut termasuk di antarannya bayi dan anak-anak.

Memahami Wilayah Perairan Sekitar Jatuhnya Pesawat

Basarnas memang sengaja melibatkan nelayan dalam usaha pencarian korban dan puing pesawat karena merekalah yang memahami kondisi wilayah perairan di sana.

Meski begitu, basarnas tetap memprioritaskan keselamatan nelayan dengan tak mengizinkan mereka menyelam, dan hanya mencari dari atas perahu dengan berbagai peralatan yang ada.

Korban Lion Air JT-610
Basarnas bersama Nelayan bahu-membahu mencari Korban Lion Air JT-610 (Sumber: detik.com)

13 Kantong Jenazah

 

Korban Lion Air JT-610
Petugas memilah serpihan pesawat dan barang milik korban penumpang pesawat Lion Air JT-610 (Sumber: Kompas)

Dilansir dari Detik, hingga Selasa (30/10) sore telah terkumpul 37 kantong jenazah yang selanjutnya dibawa ke RS Polri.

“Kemarin sudah kita sampaikan ada 24 kantong jenazah yang sudah kita kirim ke RS Polri, hari ini dapat tambahan 13 lagi sehingga ada 37 kantong jenazah yang sudah kita kirim ke DVI RS Polri,” kata Kepala Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Nugroho Budi Wiryanto, pada Selasa (30/10/)

Tak hanya itu, tim pencarian juga berhasil menemukan serpihan-serpihan pesawat serta barang yang diduga milik korban, termasuk di antaranya kartu identitas. (history/abadi)

Sumber: Liputan6, Tempo

Diberi Kesempatan Hidup Ke-dua, Agam Kini Menjadi Santri Penghafal Alquran

Diberi Kesempatan Hidup Ke-dua, Agam Kini Menjadi Santri Penghafal Alquran

Keterangan Foto: Agam Samsinar (19), santri Istana Sufara Quran (ISQ), Kab. Asahan, Sumatera Utara

 

Sumatera Utara–Agam Samsinar, begitulah orang tuanya memilihkan nama sebagai doa. Tak ada yang lebih mujarab dari doa tersebut karena Agam tumbuh sebagai hamba Allah yang kuat  meski diuji dengan berbagai penyakit mematikan.

Sesak, Perut Membesar, Hingga Koma Berhari-hari

Sejak lahir, ia telah menderita gangguan paru-paru. Dadanya bisa seketika sesak, persis seperti saat kami melakukan sesi wawancara dengan salah satu santri tahfizh Istana Sufara Alquran (ISQ) ini. Wawancara pun harus dihentikan sementara, menunggu kondisi Agam membaik (05/09).

Selain itu, di usianya yang baru menginjak 19 Agam didiagnosa menderita kista, bukan penyakit yang sepele. Perutnya pernah sempat membesar persis seperti wanita yang sedang mengandung. Hingga cacian dan makian menjadi sesuatu yang akrab di telinga Agam. Ia bahkan sempat mengalami koma berhari-hari  karena berbagai penyakit yang dideritanya.

Pertolongan Allah Begitu Dekat

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. (Ali Imran: 160)

Namun, pertolongan Allah begitu dekat dengan gadis asal Kabupaten Asahan ini. Agam mampu tersadar dari koma dan kembali melanjutkan hidupnya.

Peristiwa tersebut selalu membekas dalam hatinya, begitulah Allah mengaruniakan jalan hidayah  kepada Agam. Mukjizat-Nya dengan memberikan kembali  kesempatan hidup, seolah memecut Agam untuk menjadi  muslimah yang lebih baik.

Menghafal al Quran menjadi salah satu jalan yang Agam pilih untuk ‘bersyukur’ kepada Allah. Begitu sampai kabar dibukanya pondok tahfizh di Kab. Asahan ini, tak banyak berpikir ia segera memutuskan untuk bergabung.

Halangan dan Rintangan Pada Awal Proses Menghafal

Agam yang mengaku bahwa dulunya sempat jauh dari agama, sempat merasa minder dengan santri lain yang dianggapnya lebih ‘faqih’ terutama dalam bidang menghafal Alquran.

Pernah saya mengulang hafalan, tapi tak sedikitpun saya tidak ingat hafalan itu, sama sekali tidak ingat. Bahkan sudah dipancing dengan ayat-ayat awal, tapi tetap tidak ingat” ujarnya.

“….Tapi saya yakin bahwa saya bisa. Karena saya tahu, Allah akan bantu saya” Agam menambahkan

Agam Berhasil Keluar dari Keputusasaan

Pengarahan  dan suntikan semangat dari pembimbing serta rekan santri, mampu membuatnya bertahan, melanjutkan jihadnya menghafal.

Sambil terisak, Agam juga berpesan untuk saudara-saudara seimannya, “Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, atas seizin Allah. Mungkin manusia bisa beranggapan kita lemah, kita nggak bisa, tapi kuasa Allah kita nggak ada yang tahu..”

Sumber artikel: Harapan Amal Mulia

20 Tahun Pemiliknya Bagikan Air Gratis untuk Warga, Rumah Ini Kokoh Berdiri Meski Diterjang Tsunami

20 Tahun Pemiliknya Bagikan Air Gratis untuk Warga, Rumah Ini Kokoh Berdiri Meski Diterjang Tsunami

Keterangan Foto: Rumah (cat kuning) tetap kokoh meski diguncang gempa dan tsunami pada 28 September 2018 (Dok. Amal Mulia)

فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ

“Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.” (QS. Al-Ankabut: 15)

Palu–Ayat tersebut berkenaan dengan diselamatkannya Nabi Nuh dan orang-orang beriman dari banjir bandang yang menenggelamkan kaum yang menolak kebenaran.

Banyak kita menemukan kisah sedih lahir dari peristiwa getir gempa dan tsunami Palu. Kehilangan, kerusakan, yang bahkan berdampak pada kelaparan. Namun, tak sedikit pula kisah menakjubkan datang dengan membawa hikmah dan pelajaran berharga.

Salah satunya datang dari Pantai Talise, Kelurahan Panau, Kec Tawaeli, Kota Palu. Sebuah rumah tetap berdiri kokoh meski  tsunami datang menghempasnya. Padahal, rumah-rumah  di sekelilingnya hancur, hingga rata dengan tanah.

Rumah bagi-bagi Air
Pasca gempa dan tsunami, sumber air di rumah yang tetap kokoh tersebut terus mengalir memberi manfaat untuk warga sekitar (Dok. Amal Mulia)

Menurut penuturan Tim Amal Mulia yang menelusuri tempat kejadian, pemilik rumah sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir akan adanya gempa susulan.

Tim Amal Mulia yang menelusuri tempat kejadian begitu terheran menyaksikan kejadian menakjubkan tersebut dan mencari siapa sebenarnya pemilik rumah bercat kuning ini.

Menurut keterangan salah seorang warga, pemilik rumah merupakan seorang dermawan yang telah lebih dari dua puluh tahun membagi-bagikan air bersih secara gratis kepada warga sekitar.

Meski pemilik berada di pengungsian, sumber air dari rumah tersebut masih  mengalirkan manfaat untuk umat, terlebih kondisi sedang begitu sulit di sana. Keberkahan amal soleh yang diberikan sang dermawan, Insya Allah akan menjadi jariyah yang terus mengalir di akhirat kelak.

Palu
Kondisi Pantai Talise pasca gempa dan tsunami menerjang kota Palu (Foto: Kumparan)

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Baqarah [2]: 281)

Data dari BNPB menyebutkan sebanyak 66.926 rumah rusak akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah yang terjadi pada 28 September lalu. Jumlah pengungsi pun mencapai 62.359 orang, dan tersebar di wilayah Palu, Sigi, dan Donggala.

Sumber: Harapan Amal Mulia

Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Keterangan Foto: Surantina (kaos putih) tengah mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, Kota Palu (01/09)

Palu–Surantina (kaos putih) tengah mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, Kota Palu (01/09)

Kesedihan jelas tampak pada wajah Surantina (38), ketika ia mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, pasca gempa melanda kota Palu (28/09). Rumah dengan suasana hangat, tempatnya bercengkrama dengan keluarga kini hanya tinggal puing-puing bangunan yang rata dengan tanah.

Dalam perbincangan, Surantina yang sedang hamil besar pun menceritakan kisahnya, ketika terjadi gempa bumi. Ia tengah di rumah bersama anaknya yang masih berumur sepuluh bulan, Jestin Rafasya. Mendadak, bumi berguncang hebat, dinding rumahnya terbelah.

“Saya refleks langsung lari ke luar rumah sambil gendong Jestin di bahu. Saya tak peduli lagi hamil. Yang saya pikirkan bagaimana saya dan anak saya selamat” jelas Surantina.

Sedangkan suaminya, Jefrie (29) berusaha menyelamatkan ibu dan saudara-saudaranya yang masih di dalam rumah. Alhamdulillah semua anggota keluarga mereka selamat.

Tak Ada Susu, Anak Surantina Minum Air Gula

 Surantina mengatakan, sejak gempa bermagnitudo 7,4 skala richter mengguncang kotanya, ia kesulitan untuk memperoleh makanan.

‘’Saya makan pisang, kentang, kacang-kacangan buat bertahan hidup sama keluarga. Anak saya kasih air gula,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

“Kami minum dari air sungai. Kami masak. Airnya kami endapkan” tambahnya.

Prediksi Dokter Tentang Kehamilannya

Pada usia kandungannya yang menginjak delapan bulan, Surantina semakin bingung dengan bagaimana proses kelahirannya kelak. Pasalnya, saat terakhir diperiksa September lalu, dokter menyatakan janin dalam kandungannya berada dalam posisi melintang.

‘’Harus cesar kata dokter. Uang dari mana? Sekarang aja Cuma punya uang Rp 200 ribu. Tak bisa dipakai. Tak ada warung yang buka untuk sekedar beli susu untuk anak saya,’’keluhnya. (history/abadi)

Sumber olahan: Harapan Amal Mulia

Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok,  Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan

Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok,  Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan

Keterangan Foto: Korban gempa Lombok di salah satu kamp pengungsian (Foto: Antara)

Lombok–Sementara tanggap bencana gencar dilakukan di Sulawesi Tengah, pemulihan dampak gempa Lombok juga tak hentinya digalakkan. Ribuan korban gempa Lombok dan Sumbawa hingga saat ini masih memerlukan banyak bantuan. Diperparah resiko lain yang timbul akibat tinggal di pengungsian yang jauh dari kata layak.

Juru Bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengimbau kepada semua pihak untuk tidak sepenuhnya meninggalkan Lombok dan Sumbawa yang masih dalam keadaan memprihatinkan.

‘’Walaupun bencana sedang terjadi di Sulteng, jangan lupa, ribuan korban gempa Lombok dan  Sumbawa juga masih memerlukan bantuan kita,’’ kata Juru Bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Senin, 1 Oktober 2018.

Dua Bulan Pasca Gempa

Sutopo Purwo Nugroho
Sutopo Purwo Nugroho, Juru Bicara BNPB (Foto: VOA)

Hampir dua bulan pasca gempa, BNPB masih saja menambah daftar panjang korban yang berjatuhan. Sampai 1 Oktober 2018 korban meninggal mencapai 564 orang. Sedangkan jumlah korban luka-luka 1.584 orang.

Lombok masih berduka, trauma dan tangis masih terdengar di mana-mana. Ribuan rumah hancur dan memaksa warga  tinggal beratapkan tenda, yang tak cukup melindungi dari terikknya siang atau menusukknya suhu malam.

Hari-hari para pengungsi dipenuhi dengan berbagai keterbatasan. Makanan datang tak menentu, tergantung pasokan yang masih tersedia di dapur umum.

Masyarakat Lombok belum mampu melepas uluran tanganmu. Bantuan kemanusiaan menjadi satu-satunya tempat bergantung menyambung kehidupan. Tak ada pekerjaan, atau pun penghasilan.

Aksi Nyata untuk Lombok 

water filter abadi
ABADI menyalurkan bantuan water filter di pondok pesantren Al Fatih desa Gondang, Kec. Gangga, Lombok Utara(23/09)

Berbagai aksi nyata juga dilakukan ABADI untuk tetap membersamai Lombok. Program-program pemulihan dan pembangunan yang telah dirancang, dikerjakan dengan maksimal. Salah satunya yaitu pembangunan masjid sementara, penyaluran water filter di Lombok Utara, juga posko gempa yang tak henti menyediakan keperluan pengungsi.

Masjid darurat
Masjid darurat Abadi untuk korban gempa Lombok

Tak pernah ada kata terlambat untuk bersatu membangun Lombok. Kontribusi sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka.(history/abadi)

Salurkan donasi terbaikmu melalui:

Bank Syariah Mandiri

711.7976.337 a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Nara Hubung: 087 8455 6406

Sumber: Suarantb, Law Justice

Palu Dalam Keadaan Genting! Tak ada Makanan dan Obat-obatan

Palu Dalam Keadaan Genting! Tak ada Makanan dan Obat-obatan

Palu–Ribuan korban gempa dan tsunami Palu yang mengungsi di halaman Polda Sulawesi Tengah masih terus bertahan di lokasi meski kebutuhan logistik terus menipis. Situs berita Antara juga melaporkan berita duka tentang adanya lima warga yang meninggal di pengungsian akibat lukanya yang terlampau parah.

Palu Bagai Kota Mati

Keadaan pengungsian semakin mencekam kala malam mulai datang. Sampai Ahad (30/9), listrik kota Palu belum juga menyala. Hanya ada cahaya lampu dari beberapa kendaraan yang menyorot ke arah reruntuhan bangunan.

Palu

Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ferdinandus Setu mengatakan Kota Palu menjadi ‘kota mati’ pascagempa dan tsunami menerjang.

“Listrik mati, lebih dari 500 Base Transceiver Station (BTS) tidak berfungsi, toko-toko otomatis tutup, SPBU tidak berfungsi. Kota Palu seperti kota mati,” kata Ferdinandus menceritakan kesaksiannya seperti dikutip dalam Metrotv News.com.

Kebutuhan Mendesak Pengungsi

Gempa dan tsunami palu
Korban Gempa Donggala dan Tsunami Palu. (AFP PHOTO)

 Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dengan banyaknya pengungsi kebutuhan bahan makanan dan obat-obatan begitu mendesak.

“Air bersih, bahan makanan, alat penerangan, genset, kantong mayat, kain kafan, makanan bayi dan anak, serta kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya ini menjadi kebutuhan yang mendesak,” ujarnya pada Minggu (30/9).

Diperkuat dengan pernyataan Koordinator posko Polda, Ahmar FN dalam CNN yang menyatakan bahwa hingga saat ini suplai makanan ke pengungsi masih sangat kurang. Sebagian besar pengungsi berasal dari Talise, kampung nelayan, Kelurahan Tondo.

Logistik Lumpuh, Penjarahan Terpaksa Dilakukan Warga

gempa dan tsunami palu
Warga menjarah baan bakar minyak di SPBU Jalan Imam Bonjo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9)

Beberapa warga korban gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, menjarah mini market yang ada di sekitar kota. Penjarahan ditengarai terjadi karena belum meratanya pasokan bantuan kebutuhan pokok ke para pengungsi bencana gempa dan tsunami Palu yang terjadi pada Jumat lalu.

Setidaknya ada empat sampai lima market di kota Palu yang jadi target penjarahan warga. “Ambil makanan, makanan bayi-bayi,” tutu salah seorang penduduk yang turut mengambil barang, Sabtu, 28 September 2018 dalam Nasional Kompas.

Selain menjarah kebutuhan pokok, masyarakat juga menjarah beberapa SPBU di Palu. Warga menjarah SPBU untuk mendapatkan bahan bakar yang akan digunakan untuk kendaraan.

Sementara itu, angka korban meninggal akibat gempa dan tsunami kian tinggi. Sampai Ahad (30/9) siang, BNPB telah melansir jumlah korban meninggal dunia yang mencapai 832 jiwa.

Sampai saat ini, kebutuhan vital seperti makanan, minuman, dan obat-obatan masih sangat dibutuhkan para pengungsi di Sulawesi Tengah, khususnya di Palu.

Mari bantu ringankan beban saudara-saudara kita yang tengah tertimpa musibah gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dengan doa dan donasi terbaik.

Rekening donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Sumber Asli: Harapan Amal Mulia