Di Gaza, Setiap Sudut Kota  Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar

Di Gaza, Setiap Sudut Kota Dipenuhi Korban Aksi Kepulangan Akbar


Infoabadi.org – Hasan al-Kurd, seorang guru sekaligus aktivis Gaza menuturkan keprihatinannya dengan jumlah korban Aksi Kepulangan Akbar. Hasan mengungkapkan kemana pun kakinya melangkah di Gaza, ia selalu menemui orang-orang yang terluka karena aksi protes tersebut.

Sejak aksi pertama digelar pada 30 Maret 2018 lalu, kurang lebih dua ratus warga Palestina telah gugur. Dua puluh sembilan ribu orang terluka, lebih dari setengahnya diakibatkan tembakan Israel. Sebagian sumber mencatat angka yang lebih besar dari pada itu.

“Anda akan melihat yang terluka di mana-mana di Gaza, keluarga saya termasuk yang terluka,” ungkap Hasan.

Beliau juga mengungkapkan, banyak di antara mereka yang menceritakan kesakitan, masa depan yang hancur karena cacat, dan berbagai keluhan lainnya.

Fasilitas kesehatan yang ada di Gaza, bahkan di rumah sakit besar sekalipun, tak cukup mumpuni menangani korban luka Aksi Kepulangan Akbar. Akibatnya, lebih dari seribu korban luka mengalami infeksi akut dan berisiko pada pengamputasian.

Baca juga:
Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar di Turki

Para korban harus dirujuk ke rumah sakit di luar Gaza dengan biaya yang tak sedikit. Itu pun jika pihak otoritas memberikan izin keluar pintu perbatasan.

Amal Bakti Dunia Islam (Abadi) berupaya meringankan beban korban dengan memberikan sejumlah bantuan tunai kepada kepada sejumlah korban Aksi Kepulangan Akbar yang tengah menjalani pengobatan di rumah sakit di Turki.

Sejumah korban Aksi Kepulangan Akbar berhasil dirujuk ke rumah sakit Turki oleh lembaga INSAN, salah satu mitra Abadi.Mohon doa dan dukungan agar ABADI senantiasa membersamai umat Islam di Indonesia, Palestina, dan seluruh penjuru dunia. (history/abadi)

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri

No. Rek (451) 711 7976 337


a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:


Call/SMS: 0878 6455 6406

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas

Bermodal Kreativitas, Seniman Gaza Hasilkan Karya Unik dari Gulungan Kertas


Infoabadi.org – Sejenak rehat dari kabar duka seputar hujan roket yang terjadi beberapa hari lalu, seorang seniman Gaza akhir-akhir ini menyita perhatian warga net dengan karya unik miliknya. Bagai cahaya matahari di tengah awan mendung, Iman at-Tayeb memancarkan sinar yang menyejukan mata  dengan karya tiga dimensi yang ia buat dengan media kertas warna.

Bukan sekedar menggoreskan cat dengan kuas di atas kertas, tapi Iman menyulap kertas menjadi sebuah karya bernilai seni tinggi.

Seniman Gaza

“Saya berpikir, mengapa bukan kertas saja yang menjadi bahan utama dalam lukisan”, tuturnya.

Baca juga: Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Iman kembali berujar, “Kemudian saya menemukan terdapat sebuah seni di Jepang yang menggunakan media kertas berwarna. Saya ingin menjadi seniman pertama yang membawa seni serupa di Palestina”.

Inspirasi dari Gaza

Ketika masih duduk di bangku sekolah, Iman menyadari bahwa ia mempunyai ketertarikan dan kemampuan dalam mengolah bahan-bahan alami menjadi sebuah karya seni.

“Saya menemukan jati diri saya di sini. Maka, saya memberanikan diri untuk berinvestasi lebih banyak dan mulai mengembangkan keterampilan. Saya mengunggah karya saya  di media sosial.” ujar Iman.

kisah inspirasi di Gaza

Sebagai tanah yang diberkahi, Palestina, khusunya Gaza memiliki sejumlah seniman berbakat. Namun sayangnya, blokade ketat yang diberlakukan otoritas Israel mengakibatkan mereka sulit untuk berkembang dan melebarkan sayap.

Setiap gerak-gerik diamati, pintu perbatasan dijaga ketat bahkan tak ada celah untuk sekedar berniaga mencari sesuap nasi. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

Serangan Roket ke Gaza Akibatkan Puluhan Warga Jadi Tunawisma

Serangan Roket ke Gaza Akibatkan Puluhan Warga Jadi Tunawisma


Infoabadi.org – Serangan roket menghujani Gaza Senin (25/3) malam. Rumah-rumah warga, gedung, hingga masjid tak luput jadi sasaran. Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) mengatakan, serangan tersebut mengakibatkan 30 rumah hancur dan 70 orang penghuninya menjadi tunawisma. Malam Gaza yang dingin terpaksa mereka lewati di ruangan terbuka.

Selain 30 rumah warga yang hancur porak-poranda, 500 rumah lainnya juga mengalami rusak  ringan. Lahan pertanian milik warga Gaza pun tak luput jadi sasaran.

Menurut kantor informasi pemerintah di Gaza, jumlah serangan yang dilancarkan pesawat-pesawat tempur penjajah Israel sejak awal agresi pada Senin(25/3) petang hingga Selasa (26/3) pagi berjumlah lebih dari lima puluh serangan.

Baca Juga: Israel Langgar Gencatan Senjata, Warga Palestina Berguguran

Setidaknya sepuluh orang terluka dalam peristiwa tersebut. Keadaan menjadi gaduh. Warga Gaza diliputi rasa takut dan khawatir, teutama para kaum lemah yaitu wanita dan anak-anak..

Sebenarnya, telah ada kesepakatan gencatan senjata antara Palestina dan Israel, yang berarti Israel harus meninggalkan segala bentuk tindakan agresif  kepada pihak Palestina maupun sebaliknya. Namun seolah tak mengindahkan kesepakatan tersebut, berbagai serangan  terus ditujukan ke wilayah Gaza.(history/abadi)

Sumber: Palinfo

Menyelamatkan Diri dari Krisis  Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah

Menyelamatkan Diri dari Krisis Palestina, Terjebak di antara Kekalutan Suriah


Abadi, Suriah – Berbagai krisis yang terjadi di Palestina mengakibatkan sebagian warganya terpaksa mengungsi ke sejumlah Negara tetangga. Salah satunya ke Suriah. Kendati demikian, di sana mereka tak kunjung mendapatkan keamanan dan kesejahteraan. Konflik yang terjadi di Suriah sewindu terakhir mengakibatkan ribuan pengungsi Palestina ikut terkena imbasnya.

Tim Pemantauan dan Dokumentasi Kelompok Kerja Palestina di Suriah mencatat, 3.920 pengungsi Palestina menjadi korban keganasan perang di Suriah selama delapan tahun terakhir. Catatan tersebut dirilis pada Ahad (10/3).

Baca juga: SEWINDU BERLALU, ANAK SURIAH TAK KUNJUNG DAPATKAN HAK-HAKNYA

Catatan yang dirlis pada Ahad (10/3) itu juga mengatakan, barak pengungsian Yarmuk, sebelah  selatan Kota Damaskus menjadi wilayah dengan jumlah korban terbanyak dengan 1422 jiwa, diikuti dengan barak Daara di Suriah Selatan dengan 263 jiwa.

Diungkapkan  sebanyak 1.198 pengungsi gugur akibat tembakan roket, 1.069 karena tembakan peluru, sementara572  lainnya gugur akibat menjadi korban kekerasan di barak tahanan.

Baca juga: MIMPI BURUK RIBUAN PASIEN KANKER GAZA

Pelecehan perempuan di barak-barak pengungsian juga menjadi isu menyedihkan yang terus berkembang. Belum lagi krisis pangan, obat-obatan, serta kebutuhan pokok yang lain yang turut mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sana.

Sekitar 530.000 pengungsi Palestina tersebar di sembilan barak pengungsi dan enam komunitas besar di Suriah.  Perang saudara yang terjadi di sana mengakibatkan sebagian besar dari pengungsi memutuskan untuk kembali mengungsi ke luar Suriah atau perkampungan lain yang lebih aman. (history/abadi)

Sumber: Palinfo

Banjir Terjang 15 Kabupaten di Jawa Timur, Madiun Paling Parah

Banjir Terjang 15 Kabupaten di Jawa Timur, Madiun Paling Parah

Abadi, Jawa Timur – Sejak beberapa hari terakhir, hujan deras terus mengguyur wilayah Jawa Timur.  Akibatnya, bencana banjir merendam jalan, ladang, hingga  rumah-rumah warga. Bukan satu atau dua wilayah saja, melainkan lima belas kabupaten. Madiun menjadi kabupaten terdampak paling parah.

Terdapat delapan kecamatan dan tiga puluh sembilan desa di Madiun yang digenangi air banjir akibat dari meluapnya sungai Jeroan, anak sugai Madiun.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 12.495 Kepala Keluarga terkena dampak banjir di 15 kabupaten. Di Kabupaten Probolinggo, satu orang meninggal dunia dan satu lainnya terluka akibat serbuan angin puting beliung yang terjadi di sela-sela hujan deras.

Banjir Hari Ini
Susasana jalan tol Trans Jawa ruas Ngawi-Kertosono pada KM 603-604 yang terendam banjir di Desa Glonggong, Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis, 7 Maret 2019. (Sumber: ANTARA News)

“Hujan deras telah menyebabkan banjir melanda 15 kabupaten karena sungai-sungai dan drainase yang ada tidak mampu mengalirkan aliran permukaan sehingga banjir merendam di banyak tempat. Data sementara, banjir menyebabkan lebih dari 12.495 KK terdampak,” kata Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resminya, Kamis, 7 Maret 2019.

 

Baca juga: Sejak Gempa Mengguncang, Warga Solok Tak Berani Kembali Ke Rumah

 

Sedangkan 14 kabupaten lain yang terdampak banjir meliputi Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Trenggalek, Ponorogo, Lamongan, dan Blitar.

Info Jatim
Kondisi banjir yang melanda di Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun, Kamis (7/3/2010). (Sumber: Surabaya Tribun News)

Ketinggian air di tiap kabupaten berbeda, mulai dari 20 hingga 200 sentimeter. Sebagian warga sudah mulai mengungsi  karena dikhawatirkan air akan semakin naik dan merendam rumah mereka seutuhnya.  Sementara itu, dua unit rumah di kabupaten Madiun mengalami kerusakan yang cukup berat. Sawah, ladang, hingga hewan ternak milik warga juga turut terdampak.

Sutopo mengatakan, potensi curah hujan tinggi juga masih akan terjadi di sejumlah daerah di antaranya Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Papua Barat. (history/abadi)

Sumber: Detiknews, Tribunjogja

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Masjid Istiqlal Indonesia sebagai Pengikat Hubungan antar Penjaga Palestina

Abadi, Palestina – Salah satu tokoh masyarakat Palestina, Syekh Muhammad Zahar  menyatakan Masjid Istiqlal Indonesia merupakan pengikat hubungan antara para penjaga Bumi Para Nabi yang berada di Palestina dan juga di  Indonesia.

“Sesungghunya masjid memiliki makna sejarah, geografis ,dan kemanusiaan bagi masyarakat Palestina sebagai  bangsa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sesungguhnya ini (Masjid Istiqlal Indonesia) adalah pengikat hubungan antara penjaga Bumi Para Nabi di Palestina juga di Indonesia.” tutur Syekh.

Pernyataan tersebut beliau sampaikan dalam prosesi Peletakan Batu Pertama Masjid Istiqlal Indonesia di Ma’an, Khan Yunis, pada 19 Januari 2019 lalu.

Masjid Istiqlal Indonesia

Dalam acara tersebut, Syekh Zahar sedikit menyinggung tentang sebuah ayat yang berbunyi:

“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa tetap kafir sesuda h (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.s. an-Nur: 55)

Baca juga: Syekh Asyim Ajak Masyarakat Lombok Peduli Palestina

Beliau mengungkapkan bahwa ayat tersebut terasa sangat dekat dengannya serta menjadi petunjuk nyata bagi umat Islam di dunia khusunya di Palestina dan Indonesia.

“Seakan-akan kita tengah melihat sebuah sabda terwujud dalam sebuah simbol (Masjid Istiqlal Indonesia) yang dilaksanakan atas petunjuk Nabi Saw. …“

 

Masjid Istiqlal Indonesia

Masjid Istiqlal Indonesia

Ilustrasi Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina.

Masyarakat Palestina khususnya di Gaza telah mengamanahkan pembangunan sebuah masjid di daerah Ma’an, Khan Yunis, Jalur Gaza yang akhirnya dinamai sebagai Masjid Istiqlal Indonesia. Direncanakan sejak November 2018, pembangunan masjid ini mendapat dukungan dari berbagai instansi dan lembaga, khususnya lembaga kepalestinaan di Indonesia.

Meski sempat tertunda karena perizinan pembelian material bangunan yang dipersulit otoritas Israel, namun berkat pertolongan Allah peletakan batu pertama sukses dilaksanakan dengan disambut gegap gempita masyarakat Gaza.

Mohon doa dan dukungan agar pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza berjalan lancar dan selalu berada dalam rida-Nya. (history/abadi)

 

Rekening Donasi pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza-Palestina:

Bank Syariah Mandiri (451) 711.7976.337

A.n Amal Makti Dunia Islam

 

Konfirmasi Donasi:

Call/SMS/WA: 0878 6368 2662

Sejak Gempa Mengguncang, Warga Solok Tak Berani Kembali ke Rumah

Sejak Gempa Mengguncang, Warga Solok Tak Berani Kembali ke Rumah

Abadi, Solok – Gempa yang tiba-tiba mengguncang Kabupaten Solok, Sumatera Barat Kamis (28/2) tengah malam membuat warga Solok Selatan berhamburan menyelamatkan diri keluar rumah. Warga semakin takut saat gempa besar yang kedua terjadi pagi harinya. Tak seperti saat gempa pertama terjadi, kali ini warga tak berani kembali ke rumahnya.

“Kami sudah nggak berani masuk rumah, karena sampai malam ini terasa gempa susulan. Jadi nggak berani. Takut menjadi korban,” jelas Emi Susnawati, salah seorang warga korban gempa di Jorong Koto Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan.

Rumah-rumah yang awalnya hanya retak mulai rubuh di beberapa bagiannya. Sedangkan rumah yang mulanya baik-baik saja mulai terlihat retakan-retakan halus yang rawan.

“Gempanya mengentak. Pas pagi tadi agak diayun dan sepertinya tadi malam sudah ada (rumah) yang retak. Jadi pas paginya banyak yang roboh,” tutur Emi.

Baca juga: Dari Palestina untuk Korban Bencana Gempa Lombok

Warga terpaksa melalui malam yang dingin dan angin yang kencang di tempat terbuka. Hingga saat ini, sejumlah warga masih bertahan tinggal di tenda-tenda beratap terpal tanpa adanya dinding penghalang.

Bantuan logistik pun belum banyak diterima warga baik dari pemerintah daerah atau pun dari pihak swasta. Warga bertahan hidup dari bantuan donatur lokal, dan umbi-umbian yang di tanam di kebun sekeliling pengungsian.

Tercatat dua gempa mengguncang Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat pada Kamis, 28 Februari 2018 dengan masing-masing bermagnitudo 4,8 pada pukul 01.55 dengan kedalaman 11 kilometer dan magnitudo 5,3 dengan kedalaman 10 kilometer pada pukul 06.27.

Setidaknnya 48 orang terluka dalam peristiwa tersebut. Korban pada umumnya mengalami luka di kepala akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Sejumah pasien bahkan meminta perawatan dilakukan di ruangan terbuka karena takut terjadi gempa susulan.Selain itu, sebanyak 343 unit rumah warga rusak dengan tingkat kerusakan yang beragam. (history/abadi)

Sumber: Detiknews

UNICEF: 2 Juta Anak Yaman Tak Bisa Bersekolah

UNICEF: 2 Juta Anak Yaman Tak Bisa Bersekolah

Abadi, Yaman – Lima tahun belakangan menjadi hari-hari yang kelam bagi anak-anak Yaman. UNICEF ( Badan perlindungan Anak Internasional) mengungkap datanya  bahwa sebanyak dua juta anak Yaman tak dapat mengenyam bangku pendidikan.  Ada bangunan sekolah tapi tidak ada kegiatan belajar mengajar di dalamya. Bangunan sekolah yang lain bahkan sudah luluh lantak tak bisa lagi dipakai.

Dalam cuitan di akun resminya, UNICEF mengatakan bahwa satu dari lima sekolah di Yaman telah hancur atau telah beralih fungsi menjadi pengungsian atau markas militer.

Yamana
Anak-anak yang terkena dampak perang Yaman membawa makan siang geratis yang disediakan pusat dstribusi makanan bagi pengungsi pada 03 November 2018 di Sana’a, Yaman. (Sumber: Middle East Monitor)

Mereka juga tak bisa memanfaatkan teknologi untuk sekedar mencari informasi. “Tidak ada internet, tidak ada komputer, dan tidak ada televisi,” cerita Ahmad (9), salah satu anak pengungsi di Kota Sana’a.

Kisah Ahmad yang dikabarkan Aljazeera itu menjadi gambaran tentang bagaimana kejamnya perang Yaman merampas masa kecil anak-anak Yaman yang seharusnya indah.

 

Baca juga: Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-Haknya

 

Orang tua Ahmad mengisahkan, perang yang telah berlangsung hampir lima tahun itu membuat anak-anak terganggu emosionalnya “Ayahnya mencoba untuk membuat Ahmad bermain dengan anak-anak lain sesama pengungsi, tetapi ibu mereka mengatakan, suara bom dan (kondisi) kemiskinan juga mengganggu emosi anak-anak,” tulis Al Jazeera.

Informasi Dunia Islam
PBB menyebutkan hampir setengah dari polusai penduduk Yaman dilanda kelaparan. (Hani Mohammed/AP)

Sejak perang terjadi di Hodeidah Juni 2018 lalu, keluarga Ahmad memutuskan untuk pindah ke Sana’a, kota yang berjarak 250 kilometer dari Hodeidah. Selama di Sana’a, mereka tinggal di sebuah ruang sekolah yang kini menjadi tempat pengungsian warga.

Tak hanya anak-anak, perang yang makin pelik juga terus mengancam keselamatan warga sipil lainnya. Menurut PBB, empat belas juta orang, atau hampir setengah dari polusai penduduk Yaman dilanda kelaparan. Dua puluh dua juta lainnya hidup bergantung pada bantuan kemanusiaan. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor, Aljazeera

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

Mohammed Dedikasikan Ilmunya untuk Obati Pasien Anak di Pengungsian

ABADI, Palestina- Lulus dari pendidikan kedokteran di Kuba membuat Mohammed merasa sangat bersyukur. Bagaimana tidak, di tengah  situasi sulit yang terjadi di Palestina jangankan untuk kuliah di luar negeri,  untuk kebutuhan sehari-hari pun masih menjadi persoalan pelik yang sulit diatasi.Dari rasa syukur itu pula, Mohammed terinspirasi untuk dapat menolong saudara-saudara di tanah kelahirannya, Palestina.

Berbekal ilmu yang telah bertahun-tahun ia timba, Dr. Mohammed Abu Srour melewati setiap sudut kam pengungsian Aida, Bethlehem dan mengobati anak-anak yang sakit tanpa memungut biaya apa pun. Beroperasi sejak Oktober 2018, sudah sekitar 300 pasien anak-anak  diselamatkan Mohammed.

Dokter Palestina
Sejak empat bulan berjalan, Proyek Kuba telah berhasil mengobati 300 pasien anak-anak tanpa idpungut biaya apa pun. (Palestine News Network)

Krisis obat-obatan yang diperparah dengan tak adanya bahan bakar menjadi cerita lama yang semakin menjamur di wilayah konflik Palestina. Ribuan pasien terlantar, tak mendapat pengobatan. Alat kesehatan yang belum canggih juga mengharuskan sejumlah pasien dirujuk ke rumah sakit di luar negeri. Sedangkan sebagaian besar dari mereka hanya bergantung pada subsidi pemerintah dan suaka lembaga kemanusiaan.

“Proyek Kuba”, program yang terinspirasi dari sistem pelayanan kesehatan di Kuba, didedikasikan Mohammed untuk menyelamatkan nyawa anak-anak di pengungsian. Tak hanya menunggu mangsa, Mohammed turun langsung ke wilayah pengungsian untuk mengobati para pasien secara sukarela.

Masa Kecil yang Kelam

Bethelehem mempunyai sejarah tersendiri bagi Srour. Di sanalah ia lahir dan dibesarkan.  Pemandangan mengerikan tentang kelaparan, pengusiran bahkan penganiayaan menjadi pemandangan yang tak asing baginya.

Dengan pertolongan Allah, Mohemmed mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Ilmu Kedokteran La Habana, salah satu universitas bergengsi di Republik Kuba.

Dokter Palestina
Mohammed lahir dan dibesarkan di Bethlehem. Ia tak ingin masa kecilnya yang dipenuhi berbagai kisah pilu, terjadi juga pada anak-anak lain.( Palestine News Network)

Delapan tahun hidup terlunta di negeri orang, pemuda 27 tahun itu berjuang keras untuk bertahan hidup dan menyerap sebanyak-banyaknya ilmu.

Menurut Mohammed, masa kanak-kanaknya yang sulit tak boleh dirasakan oleh anak lain.  Pengalaman yang kelam, harus menjadi pelajaran berharga untuk bertumbuh menjadi pribadi yang berguna. “Saya mengalami banyak kesulitan, tetapi hari ini saya mendapat hadiah terbaik dengan melihat cita-cita saya menjadi nyata….. ”  ungkapnya.

Ia juga berharap masyarakat Palestina bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik lebih baik di Palestina. “Di masa depan, saya ingin melihat masyarakat Palestina menikmati sistem kesehatan masyarakat yang gratis dan berkualitas”, ungkapnya. (history/abadi)

Sumber: Palestine News Network

Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-haknya

Sewindu Berlalu, Anak Suriah Tak Kunjung Dapatkan Hak-haknya

ABADI, Suriah – Sewindu berlalu sejak perang saudara berkecamuk di tanah Suriah, berbagai krisis kemanusiaan semakin berkembang dan naik ke permukaan. Badan Pengawas PBB menggaris bawahi salah satu ‘PR’ kemanusiaan tersulit di Suriah, yaitu tak terpenuhinya hak-hak  anak di pengungsian.

Musim dingin suriah
Anak-anak pengungsi Suriah di salah satu kamp pengungsian di Turki. (Sumber: AhlulBayt News Agency)

Ribuan anak dibunuh, disiksa, dan diperbudak selama perang saudara terjadi di Suriah. Sudah jelaslah krisis pangan, tempat tinggal, dan obat-obatan yang menyiksa kehidupan para pengungsi selama ini.

Pelecehan  juga menjadi kasus lain yang tak kalah memilukan. Ratusan anak terlahir tanpa tau siapa dan dari mana asal bapaknya. Tak ada pembelaan ataupun pengakuan.

Baca juga: Tak Kuasa Tahan Dingin, 15 Anak di Suriah Meregang Nyawa

Imbasnya, mereka tak dapat mendaftarkan kelahiran di catatan Negara. Padahal, itulah ‘tiket’ sang anak untuk mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan bantuan kemanusiaan. Mirisnya, mereka yang tak mendaftarkan anaknya justru malah dikenakan dena.

Pengungsi suriah
Penduduk Yazidi Suriah berjalan menuju perbatasan Suriah, di pinggiran Gunung Sinjar (10/8/2014). (Sumber: Middle East Monitor]

“Kami sangat prihatin dengan kondisi anak-anak yang tidak terdaftar, khususnya mereka yang kehilangan rumah dan tinggal di daerah yang terkepung serta sulit dijangkau,” ungkap Jorge Cardona, peneliti PBB, Dalam Middle East Monitor.

Perang saudara yang terjadi di Suriah sejak delapan tahun lalu telah mengakibatkan lebih dari 360.000 jiwa meninggal dunia. Sekitar 5,6 juta warganya mengungsi di lima Negara tetangga, yaitu  Turki, Lebanon, Mesir, dan Yordania.(history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor