Tatkala Nelayan Karawang Menunjukan Kepeduliannya Terhadap Para Korban  Jatuhnya Pesawat

Tatkala Nelayan Karawang Menunjukan Kepeduliannya Terhadap Para Korban  Jatuhnya Pesawat

Situasi di pantai sekitar lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 (Sumber: Viva)

ABADI — Kepedulian dapat ditunjukan dengan berbagai aksi. Seperti yang dilakukan para nelayan  kawasan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. Setelah terdengar kabar bahkan sebagian menjadi saksi jatuhnya pesawat Lion Air JT610, mereka mengabdikan diri dengan membantu proses pencarian korban dan puing-puing pesawat.

Di bawah terik dan bermodalkan perahu kayu, para nelayan menyisir setiap sudut perairan berharap menemukan titik terang.

Pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta- Pangkal Pinang terjatuh pada Senin (29/10) pagi di perairan Karawang. Sekitar 189 orang menjadi penumpang pesawat nahas tersebut termasuk di antarannya bayi dan anak-anak.

Memahami Wilayah Perairan Sekitar Jatuhnya Pesawat

Basarnas memang sengaja melibatkan nelayan dalam usaha pencarian korban dan puing pesawat karena merekalah yang memahami kondisi wilayah perairan di sana.

Meski begitu, basarnas tetap memprioritaskan keselamatan nelayan dengan tak mengizinkan mereka menyelam, dan hanya mencari dari atas perahu dengan berbagai peralatan yang ada.

Korban Lion Air JT-610
Basarnas bersama Nelayan bahu-membahu mencari Korban Lion Air JT-610 (Sumber: detik.com)

13 Kantong Jenazah

 

Korban Lion Air JT-610
Petugas memilah serpihan pesawat dan barang milik korban penumpang pesawat Lion Air JT-610 (Sumber: Kompas)

Dilansir dari Detik, hingga Selasa (30/10) sore telah terkumpul 37 kantong jenazah yang selanjutnya dibawa ke RS Polri.

“Kemarin sudah kita sampaikan ada 24 kantong jenazah yang sudah kita kirim ke RS Polri, hari ini dapat tambahan 13 lagi sehingga ada 37 kantong jenazah yang sudah kita kirim ke DVI RS Polri,” kata Kepala Deputi Bidang Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Nugroho Budi Wiryanto, pada Selasa (30/10/)

Tak hanya itu, tim pencarian juga berhasil menemukan serpihan-serpihan pesawat serta barang yang diduga milik korban, termasuk di antaranya kartu identitas. (history/abadi)

Sumber: Liputan6, Tempo

Abadi Kembalikan Tawa Anak-anak Korban Gempa Palu

Abadi Kembalikan Tawa Anak-anak Korban Gempa Palu

Keterangan Foto: Trauma healing oleh tim ABADI yang dilaksanakan pada Ahad, 21 Oktober 2018 di Desa Tenggoro Kec. Palu Utara

Palu–Gempa yang mengguncang Palu 28 September lalu menyisakan berbagai dampak yang memprihatinkan. Bukan hanya hilangnya ribuan nyawa atau parahnya luka, lebih dari itu ada rasa trauma yang bisa jadi tak akan hilang dalam waktu sekejap pada diri mereka yang terlihat baik-baik saja.

Anak-anak menjadi kelompok rentan yang paling membutuhkan penanganan trauma akibat peristiwa pilu yang mereka alami.

Bersamaan dengan disalurkannya bantuan logistik dari Amal Bakti Dunia Islam (ABADI) untuk pengungsi Palu, dukungan psikologis juga tak lupa kami distribusikan kepada anak-anak korban gempa.

trauma healing Palu
trauma healing Palu (21/10)

Masing-masing mereka mempunyai cerita sedih yang tak mungkin tak membuat nurani orang dewasa tersentuh.

Tetapi, wajah-wajah lugu mereka terus melengkungkan senyumnya sejak tim ABADI mulai ‘mengobati’ mereka dengan berbagai permainan dan aktivitas menyenangkan.

 

trauma healing Palu
Anak-anak korban gempa Palu di  Desa Tenggoro Kec. Palu Utara saat mengikuti trauma healing

Sejak pagi, anak-anak pengungsi di Desa Tenggoro Kec. Palu Utara telah berkumpul di tanah lapang yang tak jauh dari tenda pengungsian. Jangan bayangkan bahwa pagi di sana sejuk dan diselimuti sinar matahari yang hangat, karena pagi di Palu sudah cukup membuat sekujur tubuh berkeringat .

Trauma Healing Palu
Trauma Healing Palu (21/10)

Meski begitu, anak-anak pengungsian seolah tak pernah mengenal kata lelah. Tak peduli seberapa sulit hidup mereka saat ini, fitrah mereka tetaplah seorang anak yang akan bahagia ketika dapat berkumpul dan bermain bersama. Tawa riang anak-anak pengungsi mewarnai sepanjang jalannya trauma healing yang dilakukan tim ABADI.

Mereka juga tak ragu untuk berlari, meloncat, ataupun mengepakkan tangannya ketika diminta menirukan gerakkan binatang.

Semoga mereka tumbuh menjadi manusia-manusia tangguh, cerdas, serta mempunyai keimanan yang kokoh. (history/abadi)

20 Tahun Pemiliknya Bagikan Air Gratis untuk Warga, Rumah Ini Kokoh Berdiri Meski Diterjang Tsunami

20 Tahun Pemiliknya Bagikan Air Gratis untuk Warga, Rumah Ini Kokoh Berdiri Meski Diterjang Tsunami

Keterangan Foto: Rumah (cat kuning) tetap kokoh meski diguncang gempa dan tsunami pada 28 September 2018 (Dok. Amal Mulia)

فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَصْحَابَ السَّفِينَةِ وَجَعَلْنَاهَا آيَةً لِلْعَالَمِينَ

“Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.” (QS. Al-Ankabut: 15)

Palu–Ayat tersebut berkenaan dengan diselamatkannya Nabi Nuh dan orang-orang beriman dari banjir bandang yang menenggelamkan kaum yang menolak kebenaran.

Banyak kita menemukan kisah sedih lahir dari peristiwa getir gempa dan tsunami Palu. Kehilangan, kerusakan, yang bahkan berdampak pada kelaparan. Namun, tak sedikit pula kisah menakjubkan datang dengan membawa hikmah dan pelajaran berharga.

Salah satunya datang dari Pantai Talise, Kelurahan Panau, Kec Tawaeli, Kota Palu. Sebuah rumah tetap berdiri kokoh meski  tsunami datang menghempasnya. Padahal, rumah-rumah  di sekelilingnya hancur, hingga rata dengan tanah.

Rumah bagi-bagi Air
Pasca gempa dan tsunami, sumber air di rumah yang tetap kokoh tersebut terus mengalir memberi manfaat untuk warga sekitar (Dok. Amal Mulia)

Menurut penuturan Tim Amal Mulia yang menelusuri tempat kejadian, pemilik rumah sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir akan adanya gempa susulan.

Tim Amal Mulia yang menelusuri tempat kejadian begitu terheran menyaksikan kejadian menakjubkan tersebut dan mencari siapa sebenarnya pemilik rumah bercat kuning ini.

Menurut keterangan salah seorang warga, pemilik rumah merupakan seorang dermawan yang telah lebih dari dua puluh tahun membagi-bagikan air bersih secara gratis kepada warga sekitar.

Meski pemilik berada di pengungsian, sumber air dari rumah tersebut masih  mengalirkan manfaat untuk umat, terlebih kondisi sedang begitu sulit di sana. Keberkahan amal soleh yang diberikan sang dermawan, Insya Allah akan menjadi jariyah yang terus mengalir di akhirat kelak.

Palu
Kondisi Pantai Talise pasca gempa dan tsunami menerjang kota Palu (Foto: Kumparan)

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah, kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Baqarah [2]: 281)

Data dari BNPB menyebutkan sebanyak 66.926 rumah rusak akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah yang terjadi pada 28 September lalu. Jumlah pengungsi pun mencapai 62.359 orang, dan tersebar di wilayah Palu, Sigi, dan Donggala.

Sumber: Harapan Amal Mulia

Air Tercemar Limbah Menjadi Penyebab Utama Kematian di Gaza

Air Tercemar Limbah Menjadi Penyebab Utama Kematian di Gaza

Keterangan Foto: Wanita Palestina mengisi jerigen-jerigen air di Gaza (Foto: Middle East Monitor)

Palestina–Lebih dari  seperempat penyakit yang diderita penduduk Gaza, disebabkan oleh air tercemar yang selama ini mereka konsumsi. Sebuah penelitian mengatakan, konsumsi air limbah tersebut menjadi penyebab utama kematian di Jalur Gaza yang telah diblokade Israel sejak 11 tahun lalu itu.

Dilansir dari Middle East Monitor, hasil penelitian tersebut dibagikan oleh surat kabar Haaretz yang mengutip dari RAND Corporation, sebuah lembaga kemanusiaan Amerika.

Dikatakan bahwa temuan tersebut didapatkan empat tahun lalu, dan mirisnya jumlah itu kini kian bertambah.

Baca juga: 5 Dari 10 Bayi Gaza Wafat Setiap bulannya Akibat Krisis Alat Medis

Haaretz juga menambahkan, rusaknya sistem pengairan Gaza  air telah menyebabkan berkembangnya kuman dan virus seperti rotavirus, kolera, dan salmonella.

Situasi diperburuk dengan serangan Israel yang terus menerus dan mengilangkan jutaan nyawa.

Kemelut Air di Jalur Gaza

 Krisis Air Gaza

Di tengah perlawanannya menghadapi kesewenang-wenangan Israel, penduduk Gaza juga dipaksa berperang dengan berbagai krisis yang menderanya, salah satunya krisis air.

Dengan curah hujan yang rendah, sebagian besar penduduk Gaza mengandalkan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Padahal, PBB menyatakan bahwa 97% air tanah Gaza telah terkontaminasi limbah berbahaya.

Sekolah di Gaza rata-rata hanya memiliki satu toilet untuk 75 murid, dan satu wastafel. Sebagian besar air yang digunakan tidak disaring terlebih dahulu atau mengambil dari waduk. Akibatnya, anak di sekolah-sekolah ini beresiko terkena penyakit pencernaan.

Krisis Air Gaza

Untuk mendapatan air bersih, penduduk Gaza harus membelinya dari depot atau pusat pengolahan secara filterisasi proses melalui laboratorium. Sayangnya tak semua mampu membelinya, mengingat dari 2 juta jiwa penduduk Gaza 1,5 juta masih berada dibawah garis kemiskinan. (history/abadi)

Sumber: Middle East Monitor

Gempa, Longsor, dan Banjir Melanda Bumi Pertiwi pada Saat yang Sama

Gempa, Longsor, dan Banjir Melanda Bumi Pertiwi pada Saat yang Sama

Keterangan Foto: Kondisi Kampung Tanjung Harapan Jorong Koto Sawah Terendam banjir (Foto: harianhaluan.com)

 

Jawa Timur–Duka menyelimuti bumi pertiwi, tiga bencana sekaligus terjadi di hari yang sama, Kamis 11 Oktober 2018. Diawali dengan gempa tektonik di Situbondo, Jawa Timur pada Kamis (11/10) pukul 01.44.57 WIB, yang  menewaskan 4 orang dan melukai belasan lainnya. Ratusan rumah juga rusak akibat gempa berkekuatan 7,4 SR yang terasa di daerah sekitar Jawa Timur bahkan sampai ke Bali itu.

rumah amblas
Salah satu rumah hancur akibat gempa di Situbondo, Jawa Timur, pada Kamis (11/10) (Foto: akcdn.detik.net.id)

Selang enam belas jam kemudian, longsor terjadi di Kota Sibolga, Sumatera Utara.Sebuah fondasi bangunan longsor karena hujan yang tak henti mengguyur kota Sibolga sejak Kamis (11/10) siang. Akibatnya, seorang ibu bernama Ika Marbun (31) dan dua anaknya, Yuni Tobing (4) dan Wahid Tobing (1,5) menjadi korban.Saiful Lubis (11) siswa kelas IV MIN Ketapang, yang masih berkerabat dengan Ika juga meninggal dunia dalam kejadian tersebut.

Kamis sore hujan dan angin kencang cukup deras, sementara korban baru saja pulang berjualan bakso bakar dari pelabuhan lama Anggar Sibolga. Naas,tiba-tiba tembok fondasi bangunan yang berada di atas rumah kontrakannya runtuh dan menimpa keempat korban.

Longsor
Longsor di Sibolga, Sumatera Utara pada Kamis (11/10) sore (Foto: @sutopo_PN

Masih dari Pulau Sumatera, di waktu yang sama banjir juga menggenangi belasan Kecamatan di Kabupaten Pasaman BaratSumatra Barat.

Belasan Kecamatan tersebut adalah Wonisari Kinali, Simpang Tiga, Jambak Luhak Nan Duo, Kapa, Sasak, Batang Saman Kecamatan Pasaman, Gunung Tuleh, Sungai Aur, Koto Sawah Ujung Gading, Ranah Batahan, Air Bangis, dan Parit.

Meski tak ada korban jiwa, namun kerugian moril dan materil masih menyelimuti warga yang menjadi korban. Tak sedikit warga yang harus diungsikan karena rumah mereka yang berbahaya untuk ditinggali.

banjir Bandang
Banjir di Batang Saman, Nagari Aia Gadang, Kecamatan Pasaman, Pasaman Barat. (Foto: minangkabaunews.com)

“Puluhan warga terjebak di atas jembatan Batang Saman. Sekitar 30 orang warga berhasil dievakuasi. Namun ada puluhan warga yang tidak bersedia dievakuasi padahal sangat berbahaya jika air semakin tinggi,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat Tri Wahluyo seperti dikutip dari Antara.

Hingga Jumat (12/10) pagi, proses evakuasi masih berlanjut dan sejumlah daerah masih tergenang.

Ibu pertiwi sedang berduka. Belum habis kesedihan mendera nurasi akibat gempa Lombok dan Palu, bencana lain malah terus terjadi. Indonesia sedang diuji, begitu juga dengan umat muslimnya yang sedang dicoba dengan ujian ukhuwah.

Mari sama-sama mendoakan, menguatkan, meringankan beban saudara-saudara kita yang tengah tertimpa bencana. Rekening donasi:
Bank Syariah Mandiri (451) 711.7976.337
a.n. Amal Bakti Dunia Islam

(history/abadi)

Sumber: Antara, CNN News

Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Keterangan Foto: Surantina (kaos putih) tengah mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, Kota Palu (01/09)

Palu–Surantina (kaos putih) tengah mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, Kota Palu (01/09)

Kesedihan jelas tampak pada wajah Surantina (38), ketika ia mengunjungi reruntuhan rumahnya di Kampung Bamba Kadongo,  Kelurahan Panau, Kecamatan Taweli, pasca gempa melanda kota Palu (28/09). Rumah dengan suasana hangat, tempatnya bercengkrama dengan keluarga kini hanya tinggal puing-puing bangunan yang rata dengan tanah.

Dalam perbincangan, Surantina yang sedang hamil besar pun menceritakan kisahnya, ketika terjadi gempa bumi. Ia tengah di rumah bersama anaknya yang masih berumur sepuluh bulan, Jestin Rafasya. Mendadak, bumi berguncang hebat, dinding rumahnya terbelah.

“Saya refleks langsung lari ke luar rumah sambil gendong Jestin di bahu. Saya tak peduli lagi hamil. Yang saya pikirkan bagaimana saya dan anak saya selamat” jelas Surantina.

Sedangkan suaminya, Jefrie (29) berusaha menyelamatkan ibu dan saudara-saudaranya yang masih di dalam rumah. Alhamdulillah semua anggota keluarga mereka selamat.

Tak Ada Susu, Anak Surantina Minum Air Gula

 Surantina mengatakan, sejak gempa bermagnitudo 7,4 skala richter mengguncang kotanya, ia kesulitan untuk memperoleh makanan.

‘’Saya makan pisang, kentang, kacang-kacangan buat bertahan hidup sama keluarga. Anak saya kasih air gula,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

“Kami minum dari air sungai. Kami masak. Airnya kami endapkan” tambahnya.

Prediksi Dokter Tentang Kehamilannya

Pada usia kandungannya yang menginjak delapan bulan, Surantina semakin bingung dengan bagaimana proses kelahirannya kelak. Pasalnya, saat terakhir diperiksa September lalu, dokter menyatakan janin dalam kandungannya berada dalam posisi melintang.

‘’Harus cesar kata dokter. Uang dari mana? Sekarang aja Cuma punya uang Rp 200 ribu. Tak bisa dipakai. Tak ada warung yang buka untuk sekedar beli susu untuk anak saya,’’keluhnya. (history/abadi)

Sumber olahan: Harapan Amal Mulia

Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok,  Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan

Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok,  Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan

Keterangan Foto: Korban gempa Lombok di salah satu kamp pengungsian (Foto: Antara)

Lombok–Sementara tanggap bencana gencar dilakukan di Sulawesi Tengah, pemulihan dampak gempa Lombok juga tak hentinya digalakkan. Ribuan korban gempa Lombok dan Sumbawa hingga saat ini masih memerlukan banyak bantuan. Diperparah resiko lain yang timbul akibat tinggal di pengungsian yang jauh dari kata layak.

Juru Bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengimbau kepada semua pihak untuk tidak sepenuhnya meninggalkan Lombok dan Sumbawa yang masih dalam keadaan memprihatinkan.

‘’Walaupun bencana sedang terjadi di Sulteng, jangan lupa, ribuan korban gempa Lombok dan  Sumbawa juga masih memerlukan bantuan kita,’’ kata Juru Bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Senin, 1 Oktober 2018.

Dua Bulan Pasca Gempa

Sutopo Purwo Nugroho
Sutopo Purwo Nugroho, Juru Bicara BNPB (Foto: VOA)

Hampir dua bulan pasca gempa, BNPB masih saja menambah daftar panjang korban yang berjatuhan. Sampai 1 Oktober 2018 korban meninggal mencapai 564 orang. Sedangkan jumlah korban luka-luka 1.584 orang.

Lombok masih berduka, trauma dan tangis masih terdengar di mana-mana. Ribuan rumah hancur dan memaksa warga  tinggal beratapkan tenda, yang tak cukup melindungi dari terikknya siang atau menusukknya suhu malam.

Hari-hari para pengungsi dipenuhi dengan berbagai keterbatasan. Makanan datang tak menentu, tergantung pasokan yang masih tersedia di dapur umum.

Masyarakat Lombok belum mampu melepas uluran tanganmu. Bantuan kemanusiaan menjadi satu-satunya tempat bergantung menyambung kehidupan. Tak ada pekerjaan, atau pun penghasilan.

Aksi Nyata untuk Lombok 

water filter abadi
ABADI menyalurkan bantuan water filter di pondok pesantren Al Fatih desa Gondang, Kec. Gangga, Lombok Utara(23/09)

Berbagai aksi nyata juga dilakukan ABADI untuk tetap membersamai Lombok. Program-program pemulihan dan pembangunan yang telah dirancang, dikerjakan dengan maksimal. Salah satunya yaitu pembangunan masjid sementara, penyaluran water filter di Lombok Utara, juga posko gempa yang tak henti menyediakan keperluan pengungsi.

Masjid darurat
Masjid darurat Abadi untuk korban gempa Lombok

Tak pernah ada kata terlambat untuk bersatu membangun Lombok. Kontribusi sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka.(history/abadi)

Salurkan donasi terbaikmu melalui:

Bank Syariah Mandiri

711.7976.337 a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Nara Hubung: 087 8455 6406

Sumber: Suarantb, Law Justice

Palu Dalam Keadaan Genting! Tak ada Makanan dan Obat-obatan

Palu Dalam Keadaan Genting! Tak ada Makanan dan Obat-obatan

Palu–Ribuan korban gempa dan tsunami Palu yang mengungsi di halaman Polda Sulawesi Tengah masih terus bertahan di lokasi meski kebutuhan logistik terus menipis. Situs berita Antara juga melaporkan berita duka tentang adanya lima warga yang meninggal di pengungsian akibat lukanya yang terlampau parah.

Palu Bagai Kota Mati

Keadaan pengungsian semakin mencekam kala malam mulai datang. Sampai Ahad (30/9), listrik kota Palu belum juga menyala. Hanya ada cahaya lampu dari beberapa kendaraan yang menyorot ke arah reruntuhan bangunan.

Palu

Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ferdinandus Setu mengatakan Kota Palu menjadi ‘kota mati’ pascagempa dan tsunami menerjang.

“Listrik mati, lebih dari 500 Base Transceiver Station (BTS) tidak berfungsi, toko-toko otomatis tutup, SPBU tidak berfungsi. Kota Palu seperti kota mati,” kata Ferdinandus menceritakan kesaksiannya seperti dikutip dalam Metrotv News.com.

Kebutuhan Mendesak Pengungsi

Gempa dan tsunami palu
Korban Gempa Donggala dan Tsunami Palu. (AFP PHOTO)

 Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dengan banyaknya pengungsi kebutuhan bahan makanan dan obat-obatan begitu mendesak.

“Air bersih, bahan makanan, alat penerangan, genset, kantong mayat, kain kafan, makanan bayi dan anak, serta kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya ini menjadi kebutuhan yang mendesak,” ujarnya pada Minggu (30/9).

Diperkuat dengan pernyataan Koordinator posko Polda, Ahmar FN dalam CNN yang menyatakan bahwa hingga saat ini suplai makanan ke pengungsi masih sangat kurang. Sebagian besar pengungsi berasal dari Talise, kampung nelayan, Kelurahan Tondo.

Logistik Lumpuh, Penjarahan Terpaksa Dilakukan Warga

gempa dan tsunami palu
Warga menjarah baan bakar minyak di SPBU Jalan Imam Bonjo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9)

Beberapa warga korban gempa dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, menjarah mini market yang ada di sekitar kota. Penjarahan ditengarai terjadi karena belum meratanya pasokan bantuan kebutuhan pokok ke para pengungsi bencana gempa dan tsunami Palu yang terjadi pada Jumat lalu.

Setidaknya ada empat sampai lima market di kota Palu yang jadi target penjarahan warga. “Ambil makanan, makanan bayi-bayi,” tutu salah seorang penduduk yang turut mengambil barang, Sabtu, 28 September 2018 dalam Nasional Kompas.

Selain menjarah kebutuhan pokok, masyarakat juga menjarah beberapa SPBU di Palu. Warga menjarah SPBU untuk mendapatkan bahan bakar yang akan digunakan untuk kendaraan.

Sementara itu, angka korban meninggal akibat gempa dan tsunami kian tinggi. Sampai Ahad (30/9) siang, BNPB telah melansir jumlah korban meninggal dunia yang mencapai 832 jiwa.

Sampai saat ini, kebutuhan vital seperti makanan, minuman, dan obat-obatan masih sangat dibutuhkan para pengungsi di Sulawesi Tengah, khususnya di Palu.

Mari bantu ringankan beban saudara-saudara kita yang tengah tertimpa musibah gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dengan doa dan donasi terbaik.

Rekening donasi:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Sumber Asli: Harapan Amal Mulia

ABADI Akan Bangun Masjid Permanen untuk Warga Lombok

ABADI Akan Bangun Masjid Permanen untuk Warga Lombok

Infoabadi.org, Lombok – ABADI atau yang juga yang disebut Amal Bakti Dunia Islam terus melakukan perbaikan untuk Lombok yang hancur paska diguncang gempa hebat hingga 7.0 SR beberapa bulan lau.

Direncanakan Relawan ABADI bersama lembaga mitranya akan melakukan peletakan batu pertama pembagunan masjid di Dusun Tempo Sodo, Desa Santong, Kec. Kayangan, Lombok Utara pada Jumat, 28 September 2018.

Sejak terjadinya gempa Relawan ABADI telah melakukan berbagai upaya untuk pemulihan warga yang menjadi korban gempa, termasuk salah satunya adalah membangun masjid darurat untuk warga Sholat Jumat.

Masjid Darurat
Anak-anak di pengungsian mengucapkan terimakasih atas masjid darurat yang tim ABADI dirikan

Berkat bantuan dari donatur yang masuk pada Abadi terealisasi 10 pengadaan masjid darurat, diantaranya:
– Dusun Lekok Timur, Desa Gondang Gangga Lombok Utara
– Dusun Betumping, Desa Sokong Lombok Utara
– Lingsar Lombok Barat
– Pancor Dao Lombok Tengah
– Dusun Tempo Sodo, Desa Santong Lombok Utara
– Desa Gelangsar, Kec. Gunung sari Lombok Barat

Diharapkan pembangunan masjid permanen ini berjalan lancar seperti program-progam pemulihan lainya yang sampai saat ini ABADI kerjakan. Setidaknya ada empat program pemulihan selain pembagunan masjid yang terus dikerjakan ABADI, antara lain: Pembuatan dapur umum, posko pengungsian, pembangunan MCK, dan pengadaan Water Filter.

“Kami akan terus melakukan recovery sampai Lombok benar-benar pulih seperti sedia kala. Masih perlu bersabar dan mengoptimalkan bantuan-bantuan dari para donatur.“ Ungkap Lauhul Hamdi selaku Direktur Amal Bakti Dunia Islam.

Rekening Donasi ABADI:
No. Rek Bank Syariah Mandiri (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

ABADI Bangun Hunian Sementara untuk Korban Gempa Lombok

ABADI Bangun Hunian Sementara untuk Korban Gempa Lombok

Infoabadi.org, Lombok – Gempa yang menelan nyawa hingga 515 orang, luka-luka 7.145 orang, 431.416 orang mengungsi, serta menghancurkan ribuan rumah, puluhan masjid dan madrasah. Salah satunya adalah rumah Sahlan. Bapak Sahlan seorang Guru SD di Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara, rumahnya hancur, tidak lagi dapat ditinggali bersama keluarganya sejak tragedi memilikan yang terjadi di Lombok beberapa pekan lalu.

Banyaknya rumah yang hancur akibat gempa yang terjadi, menggerakan ABADI atau Amal Bakti Dunia Islam untuk melakukan pembuatan Hunian Sementara (Huntara).

Material bangunan sudah disiapkan oleh relawan ABADI dan Karawang Berbagi di sebidang tanah yang nantinya akan dibangun Huntara pada Jumat, 28 September 2018. Material berupa batang-batang besi dan triplek.

Penyaluran Bantuan Hunian Sementara
Tim ABADI sedang menurunkan material-material yang nantinya akan digunakan untuk hunian sementara

Salah satu yang menjadi penerima manfaat dari donatur ABADI dalam program Hunian sementara ini adalah Pak Sahlan, seorang Guru Sekolah Dasar di Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara.

Sejak awal terjadinya Gempa di Lombok, ABADI bersama relawannya telah aktif melakukan penggalangan dan penyaluran bantuan. Antara lain kegiatan yang dilakukan ABADI adalah: Pembuatan dapur umum, posko pengungsian, pembangunan MCK, pembangunan masjid darurat, dan pengadaan Water Filter.

ABADI selama tiga bulan kedepan berencana untuk terus melakukan recoveri Lombok. Terutama di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau bantuan.

“Kami akan terus melakukan recoveri sampai Lombok benar-benar pulih seperti sedia kala. Baik itu bantuan logistic, MCK, Pengadaan water filter, masjid darurat, hunian sementara.” Ungkap Lauhul Hamdi selaku Direktur Amal Bakti Dunia Islam.

“Dalam waktu dekat ini, ABADI juga akan membangun masjid permanen. Insya Allah peletakan batu pertama akan dilakukan Jumat (28/09/2018) mendatang.” Lanjut Hamdi.

Rekening Donasi Kemanusiaan Abadi:

No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406