Mama Ato Dedikasikan Rumah dari Abadi sebagai Tempat Belajar Alquran

Mama Ato Dedikasikan Rumah dari Abadi sebagai Tempat Belajar Alquran

ABADI, Palu – Berikhtiar membantu korban gempa Sulawesi Tengah  untuk kembali bangkit, Abadi membangun sebuah hunian untuk Mama Ato, seorang guru ngaji yang dikenal berjasa besar mengajarkan Alquran kepada warga sekitar. Tak langsung menerimanya, Mama Ato justru menghibahkan kembali bangunan hunian tersebut kepada warga untuk dijadikan musala dan rumah belajar Alquran.

“Ibu, huntara di desa ini baru ada satu, kami sangat bersyukur bisa mendapat bantuan karena selama ini belum ada bantuan yang kami terima. Bahkan kami tidak tahu kami di desa ini terdata sebagai korban atau tidak. “ ungkap Mama Ato kepada Umi Raihana, salah satu relawan Abadi.

Gempa Palu
Pada mulanya, Abadi berencana membuat sebuah hunian untuk Mama Ato, namun ia menghibahkan kembali hunian tersebut untuk dijadikan rumah belajar Alquran bagi warga.

Beliau kembali berujar, “Ibu , Huntara yang diberikan kepada kami, akan kami hibahkan lagi untuk umat, untuk saudara-saudara kami yang lain. Sebagai tempat bersama, tempat kita belajar bersama,..”

 

Baca juga: Abadi Kembalikan Tawa Anak-Anak Korban Gempa Palu

 

Lantas Mama Ato tinggal di mana?  Selama empat bulan terakhir, beliau dan keluarga tinggal dalam sebuah rumah berdinding terpal dan beratap bambu yang ditutupi daun kering. Keterbatasan ekonomi membuat Mama Ato dan keluarga tak mampu membangun kembali  rumahnya.

Gempa Bumi
Rumah yang ditinggali Mamah Ato dan keluarga (ujung kanan), sejak gempa Donggala menghancurkan rumahnya empat bulan lalu. (Dok. Abadi)

Menurut penuturan Umi Raihana, sejak kejadian gempa  masyararakat sekitar Desa Saloya, Kec.Sindue, Kab.Donggala. memeilki semangat baru untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, termasuk dengan giat belajar membaca Alquran.

Perjalanan berjam-jam menuju Desa Seloya kami lalui di tengah jalan berdebu dan dipenuhi pemandangan reruntuhan bangunan di sekitar. Rasa miris dan pilu masih riuh dalam hati seolah masih tak percaya dengan apa yang telah menimpa saudara-saudara kita di Donggala.

Donggala

Tak mampu bangun kembali rumahnya yang rusak, sejumlah warga terpaksa tinggal di reruntuhan bangunan.(Dok. Abadi)

Empat bulan pasca gempa, tsunami dan likuifaksi melanda Palu, Donggala dan sekitarnya, masih belum terlihat banyak perubahan. Tenda-tenda pengungsian masih berjejer hampir di setiap sudut wilayah. Belum lagi reruntuhan bangunan yang hanya digeser sampai bahu jalan agar tak menghalangi kendaraan yang berlalu-lalang.

Palu belum mampu bangkit sendiri. Dukungan dan uluran tangan saudara-saudaranya masih sangat dibutuhkan. terbaik.(history/abadi)

Rekening donasi:

Salurkan donasi terbaikmu melalui:

Bank Syariah Mandiri

711.7976.337 a.n. Amal Bakti Dunia Islam

Narahubung: 087 8455 6406

Hadang Banjir Selamatkan Cucu, Nenek Nurjanna Akhirnya Menembuskan Napas Terakhir

Hadang Banjir Selamatkan Cucu, Nenek Nurjanna Akhirnya Menembuskan Napas Terakhir

Berjam-jam, Nenek Nurjanna dan cucunya bertahan melawan arus deras banjir bandang yang melanda Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa pada Selasa (22/1/2019). (Sumber: Istimewa)

Nenek Nurjanna Djalil akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (23/1/2019) sore di  Rumah Sakit Syekh Yusuf. Sebelumnya, kondisi nenek tersebut terlihat lemah setelah berjam-jam bertahan pada sebuah pohon, melawan derasnya arus banjir demi menyelamatkan sang cucu tercinta.

Foto Nenek Nurjanna yang tengah berpegangan erat pada sebuah pohon sembari menggendong cucunya, Waliziab Muhammad Nur (2) sempat membuat haru masyarakat Indonesia, terutama di  jejaring media sosial.

Rasa takut jelas terpancar dari raut wajah perempuan paruh baya itu. Begitu pun dengan sang cucu yang terlihat menangis ketakutan.

Baca juga: Gempa, Longsor, dan Banjir Melanda Bumi Pertiwi pada Saat yang Sama

 

Nurfardiansyah, menantu Nenek Nurjanna  menyebutkan, ketinggian air pada saat banjir bandang menerjang rumahnya di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa pada Selasa (22/1/2019) mencapai leher orang dewasa.

Semakin lama, air ternyata semakin tinggi hingga mencapai atap rumah, hingga Nenek Nurjanna akhirnya ia berpegang pada sebatang pohon. Tak sedikit pun ia melonggarakan dekapannya pada sang cucu.

Arus yang kian deras kemudian dengan mudahnya menyeret tubuh sang nenek dan cucunya itu. Beruntunglah sebilah ranting dapat menahan mereka terseret jauh.

Tiga jam bertahan, pertolongan warga pun akhirnyadatang. Kondisi Nenek Nurjanna yang sangat lemah mengharuskan ia dilarikan ke sebuah klinik. Tiga jam mendapat perawatan, dokter mengizinkannya untuk pulang.

Tak semakin membaik, kondisinya justru semakin lemah dan memprihatinkan. Rabu (23/1/2019) sore, keluarganya akhirnya membawa sang nenek ke Rumah Sakit Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa.

Namun perawatan berteknologi tinggi sekalipun tak mampu melawan kuasa Sang Pencipta. Allah memanggil Nenek Nurjanna tepat satu jam setelah ia mendapat perawatan di rumah sakit.

 

 “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taghabun: 11).

Sesungguhnya kesabaran yang sejati dari seorang hamba, yang dengannya Allah karuniakan petunjuk dan pahala, yakni kesabaran yang tampak ketika datang sebuah musibah. Maka berhusnuzhan-lah atas segala ketetapan-Nya. Insya Allah, kepedihan di dunia akan diganti dengan kebaikan berlipat ganda. (history/abadi)

 

 

3600 Gempa Guncang Nusa Tenggara Barat Selama 2018

3600 Gempa Guncang Nusa Tenggara Barat Selama 2018

ABADI, Lombok – Masih teringat di ingatan ketika kita semua dikagetkan dengan ratusan gempa yang mengguncangkan bumi seribu masjid, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Indonesia diguncang 11.577 gempa bumi sepanjang 2018, dan 30 persen dari jumlah gempa terjadi terjadi di wilayah NTB.

Gempa Nusa Tenggara Barat
Selembar foto di reruntuhan bangunan terdampak gempa bumi di Desa Jeringo, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu, 22 Agustus 2018. (Sumber: ANTARA/Ahmad Subaidi)

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 3.699 gempa bumi telah terjadi wilayah NTB selama tahun 2018.

“Tentunya jumlah gempa ini signifikan sekali. Hampir tiga kali lipat dari tahun lalu. Utamanya disebabkan oleh peristiwa gempa yang terjadi pada Juli-Agustus lalu,” ujar Agus Riyanto, Kepala BMKG Mataram dalam Nasional Kompas.

Baca juga: Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong

Agus Riyanto mengatakan, gempa beruntun di NTB merupakan peristiwa langka di bumi ini.Tak hanya gempa, tsunami kecil pun sempat terjadi di sejumlah pantai di NTB.

Peristiwa tersebut tentu menjadi peristiwa pilu yang mungkin sulit dilupakan masyarakat Lombok khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Bagaimana bisa dilupa, sanak-saudara …. dalam waktu yang tak jauh beda. Begitu juga dengan harta benda, tak ada yang tersisa kecuali hanya puing bangunan yang porak poranda. Tercatat sebanyak 564 jiwa meninggal dunia, dan 216 ribu rumah rusak di tujuh kabupaten kota di NTB.

Wilayah yang diapit dua generator sumber gempa, yakni zona pertemuan Lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia dan Sesar Naik Belakang Busur Flores  menjadikan NTB memilki potensi gempa yang lebih sering disbanding wilayah lain.

Alih Profesi Warga Hingga Lamanya Proses Pembangunan

Rangkaian gempa yang  terjadi di NTB pada Juli-Agustus 2018 lalu, memberikan dampak yang besar untuk masyarakat yang, contohnya untuk mata pencaharian warga di sekitar jalur pendakian Rinjani.

Ditutupnya jalur pendakian melalui Sembalun yang rusak akibat gempa, mengakibatkan warga di sekitar desa yang dulu bekerja sebagai porter terpaksa harus mencari pekerjaan lain. Belum diketahui kapan pendakian akan dibuka kembali, oleh pihak Taman Nasional Gunung Rinjani.

Baca juga: Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok,  Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan

Begitu juga di daerah lain, rusaknya sejumlah fasilitas dan lahan  perkerjaan mengakibatkan warga kehilangan pekerjaannya dan sulit mendapatkan pekerjaan baru di tengah kondisi Lombok yang masih berada dalam tahap pembangunan kembali.

Menurut pengamatan BNPB, terhambatnya proses pembangunan akibat kurangnya fasilitator dan di lapangan yang bertugas melakukan pendampingan untuk membangun rumah yang rusak berat. Dari 1.700 fasilitator yang dibutuhkan, hanya sekitar setengahnya saja yang dapat dipenuhi. Permasalahan serupa juga datang dari kurangnya jumlah kelompok masyarakat (pokmas) yang membantu pencairan dana bantuan kepada korban.

Tak tinggal diam, Abadi juga turut serta membantu pembangunan Lombok dengan mendirikan sejumlah fasilitas penting bagi warga, di antaranya masjid, kakus, dan musala. (history/abadi)

Sumber: Tribun News, Nasional Kompas , KBR

 

Mari bantu Lombok bangkit pasca gempa. Salurkan donasi terbaik melalui

Bank Syariah Mandiri (451)

711.7976.337
an. Amal Bakti Dunia Islam

Fenomena Alam Ganda Dibalik Tsunami Selat Sunda

Fenomena Alam Ganda Dibalik Tsunami Selat Sunda

Tsunami menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. (Sumber: Liputan6.com)

 

ABADI, Anyer – Tanpa ada guncangan seperti tsunami-tsunami sebelumnya, air laut itu tiba-tiba naik dan menyapu seluruh isi kota. Karena tak ada tanda-tanda itu pula warga sekitar tak sempat berlari menyelamatkan diri. Akibatnya 281 orang dinyatakan meninggal, 1.016 luka-luka, dan 57 lainnya masih dinyatakan menghilang.

Menurut penuturan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam diperkirakan terjadi karena adanya dua fenomena alam yang terjadi bersamaan yaitu bulan purnama dan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Para korban tsunami yang terjadi di Selat Sunda ditampung di Puskesmas Carita, Pandeglang, Banten.  (Sumber: Viva)

“Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan di lokasi yang sama, di perairan Selat Sunda. Pertama adalah erupsi anak Gunung Krakatau dan Kedua potensi gelombang tinggi. Namun ternyata setelah analisis lanjut, gelombang itu merupakan gelombang tsunami,” kata Dwikorita saat jumpa pers di kantorya, BMKG, Jakarta Pusat (23/12).

Ia menjelaskan, BMKG sebelumnya telah memberi peringatan bahwa pada tanggal 20-25 Desember akan terjadi gelombang tinggi, sedangkan kondisi Gunung Anak Krakatau sejak bulan Juni terjadi erupsi.

Baca juga: Kisah Gempa Palu: Surantina Mengendong Anaknya Berlari Ke Bukit Dalam Kondisi Hamil Besar

Tsunami anyer
Bangunan rusak akibat tsunami di Selat Sunda (Sumber: BNPB)

“Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama ada gelombang tinggi (karena) ada purnama dan erupsi anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami. Jadi tsunami yang terjadi bukan karena seperti yang disampaikan BMKG (yakni karena) gempa, tadi sudah di cek tidak-tidak ada gejala tektonik yang menyebabkan tsunami, sehingga setelah kami koordinasi bahwa diduga akibat erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami,” papar dia.

Tsunami anyer

Belum genap tiga bulan setelah tsunami menyapu Sulawesi Tengah, kabar duka kembali menyelimuti ibu pertiwi. Sabtu (22/12) malam, tsunami menerjang wilayah Selat Sunda meliputi Anyer dan Lampung.

Bukan hanya nyawa, harta benda pun ikut hancur oleh gelombang tinggi berkekuatan besar itu.  Sebanyak 611 unit rumah dan 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko serta 420 perahu-kapal pun ikut rusak akibat musibah tersebut. Hingga saat ini, sejumlah akes jalan masih tertutup. Listrik pun masih belum menunjukan tanda-tanda akan segera menyala.

Musibah demi musibah datang silih berganti. Semoga Allah Swt. selalu melindungi dan menyelamatkan negeri ini dari berbagai bala bencana. Aamiin. (history/abadi)

 

Sumber: Nasional Kompas

Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong – Lombok

Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong – Lombok

Rusaknya masjid-masjid di tanah seribu masjid, mengakibatkan seorang wanita terpaksa melaksanakan salat di depan puing-puing bangunan di Lombok Barat. (Sumber Liputan 6)

Abadi, Lombok – Ratusan gempa yang mengguncang Lombok pada Juli 2018 lalu telah mengakibatkan rusaknya masjid-masjid di tanah seribu masjid itu. Dinding retak, tiang roboh, hingga tak sedikit yang roboh hingga menimpa jemaah yang berada di dalamnya.

Meski begitu, masyarakat Lombok tak kehilangan semangatnya untuk memakmurkan masjid, terutama saat datang waktu salat. Tak jarang mereka salat berjemaah di antara puing-puing bangunan.

Pembangunan masjid lombok
Abadi yang bekerjasama dengan Forkami menyalurkan bantuan berupa pembangunan masjid di Lombok Utara. (Dok. Abadi)

Tak ada lagi bangunan utuh, nyaman,  dan berarsitektur khas masjid yang dijadikan tempat salat. Hanya selembar terpal di atas tanah yang dikelilingi puing-puing reruntuhan yang kini menjadi tempat sujud.

Menanggapi hal tersebut, Abadi yang bersinergi dengan Forkammi menyalurkan bantuan berupa renovasi salah satu masjid di Dusun Tempo Sodo, Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

Bukan lagi sebuah masjid sementara yang dibangun dari terpal dan susunan bambu, kali ini Abadi berikhtiar untuk membangunkan sebuah masjid permanen untuk kenyamanan ibadah warga. Selama ini, warga desa melangsungkan salat di masjid-masjid darurat.

Pembangunan masjid lombok
Berkat doa dan dukungan dari donatur, Alhamdulillah pembangunan masjid permanen tahap awal telah berhasil direalisasikan. (Dok. Abadi)

Guna memastikan amanah dari donatur ditunaikan dengan baik, tim Abadi memantau proses langsung proses pembangunan masjid pada Rabu (19/12). Terlihat bambu-bambu penyangga telah berdiri menjulang menandakan proses awal pembangunan telah dimulai. Salah satu warga menuturkan, mereka sangat bersyukur akan adanya pembangunan masjid permanen ini.

Selain masjid di Lombok, dengan mengatas namakan masyarakat Indonesia, Abadi juga tengah mengikhtiarkan pembangunan Masjid Istiqlal Indonesia di Gaza, Palestina.

Memakmurkan masjid-masjid sejatinya, merupakan salah satu tugas kita sebagai seorang muslim. Bukan saja meramaikannya dengan salat berjemaah atau bermajelis ilmu, memperhatikan kelayakan bangunan dan kenyamanan ibadah para jemaah juga menjadi salah satu hal yang tak bisa diabaikan.

Semoga rida Allah dan dukungan masyarakat Indonesia selalu menyertai ikhtiar kami ini. (history/abadi)

Musala Sementara untuk Warga Batulayar, Lombok Barat

Musala Sementara untuk Warga Batulayar, Lombok Barat

Pendirian musala sementara di Dusun Bengkaung Lauk, Desa Bengkaung,  Kec. Batulayar, Kab. Lombok barat (26/11). (Dok. Abadi)

 

ABADI, Lombok – Gempa yang mengguncang Lombok tiga bulan yang lalu seolah menggemparkan situs pemberitaan di berbagai media.  Bagaimana tidak, lombok bukan hanya diguncang oleh satu atau dua kali gempa, tetapi lebih dari seribu gempa selama Juli – Agsutus dengan lima kali gempa berkekuatan besar, dengan gempa utama bermagnitudo 7,0 SR. Rangkaian gempa tersebut jelas menimbulkan banyak kerugian, salah satunya rusaknya bangunan-bangunan penting termasuk masjid.

Warga Dusun Bengkaung Lauk, Desa Bengkaung,  Kec. Batulayar, Kab. Lombok barat turut terdampak hancurnya masjid yang biasa selama ini digunakan warga untuk beribadah dan bermajlis ilmu. Masjid tersebut juga biasa dipakai sekitar 73 anak untuk mengaji dan menuntut ilmu agama.

Musala Sementara
Musala sementara yang sebelumnya didirikan warga mengalami kebocoran diberbagai bagian sehingga sdah tak layak lagi digunakan. (Dok. Abadi)
Musala Sementara
Musala sementara yang sebelumnya didirikan warga mengalami kebocoran diberbagai bagian sehingga sdah tak layak lagi digunakan. (Dok. Abadi)

Dengan bermodalkan terpal tipis dan sebilah bambu, warga bergotong-royong membangun musala sementara. Namun apadaya, seiring datangnya musim hujan terpal musala berukuran 4 x8 itu semakin rapuh dan mengakibatkan kebocoran di berbagai bagian.

Musala yang cukup sempit itu pun tak mampu menampung puluhan anak-anak yang tiap sore mengaji di sana, sehingga mereka terpaksa menumpang di salah satu rumah warga, Ustadzah Zohariah yang juga mengalami kerusakan yang cukup parah.

Baca juga: Abadi Salurkan Bantuan untuk Korban Aksi Kepulangan Akbar

Menanggapi hal tersebut, Abadi kembali berikhtiar memudahkan warga Desa Bengkuang untuk beribadah dengan mendirikan sebuah musala pengganti dengan bahan berbahan tenda yang lebih mampu menahan guyuran hujan yang semakin hari semakin deras.

Warga sangat menyambut baik ikhtiar Abadi tersebut. Warga juga ikut bergotong-royong dalam proses pendirian musala.

Pendirian musala sementara ini juga tak lepas dari bantuan Forkammi yang mngamanahkan bantuannya kepada Abadi. Dengan musala lebih luas yang didirikan yaitu 12 x 6 m, warga beserta anak-anak bisa dengan luas beribadah sekaligus menuntut ilmu di sana.

Awal Oktober lalu, dengan dukungan dari donatur Abadi juga mendirikan sebuah MCK darurat di dusun yang sama.

Musala Sementara
Bantuan MCK untuk warga Dusun Bengkaung Lauk, Desa Bengkaung,  Kec. Batulayar, Kab. Lombok barat (04/10) (Dok. Abadi).

Fauzan, salah satu tim Abadi menuturkan kondisi fasilitas-fasilitas penting yang biasa digunakan warga masih sangat memprihatinkan. Sekolah, masjid, serta hunian sementara  (huntara) yang  sebagian besar hanya terbuat dari terpal banyak yang mengalami kerusakan, terutama semenjak datanganya musim hujan. Beberapa huntara milik warga juga tergenang air hujan.

Meski Lombok berangsur pulih, namun bantuan dari saudra-saudaranya masih sangat dibutuhkan para korban. (history/abadi)

Jaelani: Bantuan Semakin Berkurang Semenjak Beberapa Bulan Terakhir

Jaelani: Bantuan Semakin Berkurang Semenjak Beberapa Bulan Terakhir

ABADI, Lombok – Sudah lebih dari seratus hari semenjak rangkain gempa  mengguncang Lombok, masih saja ada warga yang menjadi pengungsi di tanahnya sendiri.

Salah satunya adalah mereka yang tinggal di Dusun Jelateng, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Tenda-tenda beratapkan terpal tipis masih menjadi pemandangan yang mendominasi sekeliling kampung.

Trauma masih jelas menyelimuti para korban gempa, seperti yang dilansir oleh situs Liputan6. “Masih takut (gempa) tidak berani tidur di dalam rumah,” ujar Mantan Kepala Dusun Jelateng Timur, Jaelani saat ditulis Rabu (21/11/2018).

Gempa Lombok
Jaelani mengatakan, bantuan dari relawan mulai berkurang semenjak beberapa bulan terakhir (Sumber: Liputan6.com)

Selain trauma, sebagian besar dari mereka juga tak punya pilihan lain selain tinggal di tenda, karena hingga saat ini belum ada bantuan untuk mendirikan kembali rumah mereka. Jaelani mengatakan, masih banyak rumah yang hancur akibat gempa yang terjadi Agustus lalu. Jaelani mengatakan, bantuan dari relawan mulai berkurang semenjak beberapa bulan terakhir

Ada sekitar 1.350 jiwa yang tinggal di tiga dusun di wilayah Jelateng. Tenda yang ditempat Jaelani pun cukup besar dan memanjang, cukup untuk menjadi tempat ‘berteduh’ puluhan warga.

Baca juga: Apa Kabar Saudara Kita di Lombok?

Hanya saja tenda tersebut tak mampu melindungi penghuninya dari panasnya matahari atau menusuknya angin malam. Serangga-serangga kecil berbahaya dan hewan-hewan ternak pun sering kali masuk ke dalam tenda-tenda mereka.

Keadaan menjadi semakin mengkhawatirkan ketika hujan turun. Jaelani menuturkan, beberapa waktu lalu, lokasi mereka bernaung saat ini sempat kebanjiran. Air sungai yang terletak sangat dekat dari lokasi mereka meluap seiring tingginya curah hujan. Alhasil, air menggenang di dalam alas tenda.

Gempa Lombok
Keadaan tenda pengungsian Jaelani yang beratap terpal dan beralaskan tikar tipis (Sumber: Liputan6)

Gempa Lombok memang telah berlalu lebih dari seratus hari yang lalu. Meski begitu berbagai kisah pilu belum usai dan masih lalu-lalang di berbagai media berita.

Meski Ibencana baru bermunculan di tanah ibu pertiwi, tapi Lombok masih sangat membutuhkan uluran tangan saudara-saudaranya. (history/abadi)

 

Sumber: Liputan6

 

Mari bantu warga Lombok bangkit kembali. Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Apa Kabar Saudara-saudara Kita di Lombok?

Apa Kabar Saudara-saudara Kita di Lombok?

ABADI, Lombok – Bencana yang acap kali terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, seolah menenggelamkan isu Lombok yang ternyata masih belum pulih pasca gempa yang mengguncangnya awal Agustus 2018 lalu.

Sudah lebih dari tiga bulan korban gempa Lombok harus tinggal di tenda pengungsian. Sementara hujan mulai datang, Hunian Sementara (Huntara) yang dijanjikan pun belum juga terealisasi. Tenda-tenda sederhana pun menjadi pelindung utama para korban gempa.

Produksi rumah instan sederhana sehat ( risha) bagi korban juga masih jauh dari target. Berbagai kendala teknis dan administrasi menjadi salah satu kendala terhambatnya pembangunan, sebagaimana dilansir dari Kompas.

Bencana Alam Lombok - Infoabadi
Sehari setelah gempa warga korban gempa Lombok masih berjaga-jaga di malam hari, khawatir gempa susulan besar terjadi (Sumber: Liputan6.com)

Gempa yang mengguncang Lombok beberapa waktu lalu mengakibatkan 75.000 unit rumah warga rusak. Dari jumlah tersebut, hanya 40 persen atau sekitar 30.000 unit yang diizinkan pemiliknya untuk dibangun kembali dengan menggunakan teknologi Risha.

Sejumlah Warga Masih Dihantui Trauma

100 hari berlalu luka fisik mungkin sudah kembali pulih, namun trauma masih terus menghantui. Seperti penuturan salah satu warga Lombok, Budi Wicaksono. Guru di SMA N 1 Bayan, Lombok Utara ini mengatakan gempa yang terjadi tiga bulan lalu membawa trauma panjang baginya. Apalagi, tiga siswanya menjadi korban tewas dan seorang siswa lainnya diamputasi salah satu kakinya.

“Sewaktu gempa dia sedang di pantai. Kakinya terjepit antara beton jembatan dan jalan, harus diamputasi. Dia sudah sekolah sekarang, dan penuh semangat,” kata Budi.

Bencana gempa Lombok - infoabadi
Tenda pengungsian keluarga Budi Wicaksono di Bayan, Lombok Utara. foto Budi Wicaksono. (Sumber: Voa Indonesia)

Lombok masih berduka, trauma dan tangis masih terdengar di mana-mana. Ribuan rumah hancur dan memaksa warga tinggal beratapkan tenda, yang tak cukup melindungi dari terikknya siang atau menusukknya suhu malam.
Masyarakat Lombok belum mampu melepas pulih dengan kakinya sendiri. Tak ada pekerjaan, atau pun penghasilan. Kepedulian dan dukungan dari saudara-saudara masih sangat dibutuhkan masyarakat Lombok (history/abadi)

Sumber: Kompas, Voa Indonesia

Kabar Duka dari Tasikmalaya

Kabar Duka dari Tasikmalaya

Keterangan Foto: Banjir Tasikmalaya  (Sumber: Tribun)

ABADI TASIKMALAYA–Hujan deras tak henti mengguyur Kabupaten Tasikmalaya sejak Senin (05/11) sore. Sungai Pasanggrahan yang biasa berarus tenang pun hari itu meluap hingga mengakibatkan tiga kecamatan terendam,yakni Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, dan Culamega.

Sejumlah warga juga dilaporkan ikut terseret derasnya arus banjir. Hingga Selasa(06/11) empat warga berhasil ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sedangkan dua lainnya masih dalam pencarian.

Dua korban meninggal diketahui bernama Elsa (10) dan Mardin (60), warga Kecamatan Culamega. Namun dua jasad lainnya, perempuan berusiaa 35-an tahun dan laki-laki berusia 30-an tahun, belum diketahui identitasnya.

Banjir Tasikmalaya
Banjir bandang akibatkan longsor dan terputusnya jembatan

Tak hanya mengakibatkan adanya korban jiwa, banjir bandang juga menggerus jembatan di Kecamatan Cipatujah. Akibatnya, akses menuju Kabupaten Garut lewat Cipatujah terputus.

BPBD Kabupaten Tasikmalaya mendata, dampak terparah banjir berada di Kecamatan Culamega. Air banjir merendam rumah warga hingga setinggi 2 meter atau seatap rumah.

Banyak warga yang mengungsi ke rumah sanak-saudaranya karena rumah mereka yang terkena dampak banjir bandang.

Banjir Tasikmalaya
Evakuasi korban banjir bandang Tasik oleh Basarnas (Foto: Basarnas)

Saat ini, BPBD dan tim SAR tengah mendata kebutuhan para pengungsi. Koordinasi tersebut dipusatkan di posko gabungan yang berada di Kecamatan Cipatujah.

Rentetan bencana yang akhir-akhir ini melanda bumi pertiwi seolah menjadi pecut agar kita senantiasa bermunajat,memohon perlindungan kepada Sang Maha Pelindung.(history/abadi)

Salurkan dan donasi terbaik untuk membantu meringankan saudara-saudra seiman kita yang tertimpa bencana,melalui rekening dibawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406

Abadi Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Perkampungan Mualaf Sigi

Abadi Distribusikan Bantuan Kemanusiaan di Perkampungan Mualaf Sigi

Keterangan Foto: Pendistribusian bantuan kemanusiaan untuk korban gempa di Perkampungan Mualaf, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah.(Dok. Abadi)

ABADI SIGI — Mushaf Emerald, salah satu relawan Abadi terlihat sibuk mengendalikan jalannya pendistribusian bantuan di salah satu perkampungan mualaf di Kec. Kulawi Selatan.

Masyarakat sekitar begitu antusias menyambut kedatangan tim Abadi yang membawa berbagai bantuan dari donatur. Pasalnya, sejak gempa mengguncang Kab. Sigi akhir September 2018 lalu,  kehidupan mereka belum pulih seutuhnya. Makanan menjadi kebutuhan yang sampai saat ini masih terbatas ketersediaannya.

Kamis, 01 November 2018 perjalanan cukup berliku dilalui tim Abadi untuk dapat sampai di titik penyaluran di Kec. Kulawi Selatan, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah.

 

Penyaluran Bantuan Sigi
Mushaf Emerald, salah satu tim Abadi  di tengah kesibukannya mengatur pendistribusian bantuan (Dok. Abadi)

Rasa lelah akhirnya terobati ketika sampai di titik lokasi. Anak-anak tertawa riang menghampiri tim kami yang turun dari mobil dengan membawa berbagai ‘buah tangan’.

Beragam jenis bahan makanan seperti beras, telur, susu, sayuran dan lainnya distribusikan kepada masyarakat perkampungan tersebut.Selain itu Abadi juga menyokong kebutuhan sarana beribadah seperti mukena, sajadah, pengeras suara masjid dan genset.

Baca juga: Abadi Kembalikan Tawa Anak-anak Korban Gempa Palu

Mayoritas Penduduk Mualaf

Nuansa Islam begitu terasa kental di perkampungan ini. Siapa yang menyangka ternyata sebagian besar penduduk merupakan mualaf (baru memeluk Islam). Kurang lebih 50 mualaf beserta anak-anaknya tinggal di perkampungan yang masih masih terlihat asri meski banyak terlihat bangunan yang rusak di berbagai sudut.

Penyaluran Bantuan Sigi
Warga perkampungan mualaf di Kec. Kulawi Selatan, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah (Dok. Abadi)

Sebagaimana kehidupan muslim pada umumnya, budaya tolong-menolong di sana juga semakin menambah indahnya hidup dalam dekapan ukhuwah. Tim kami juga disambut baik dengan keramahan daerah yang khas.

Anak-anak yang  sejak kami datang selalu membuntuti pun seolah enggan melepas kami meninggalkan kampung mereka.

Allah akan memberi hidayah kepad siapa pun yang ia kehendaki. Namun, memuliakan orang-orang yang dilimpahkan hidayah ini Insya Allah menjadi salah satu wasilah Allah memberi kita hidayah yang tak terhingga pula. (history/abadi)

Mari bantu ringankan beban saudara-saudara kita yang tengah tertimpa musibah gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah dengan doa dan donasi terbaik.

Salurkan donasi terbaik melalui rekening di bawah ini:

Bank Syariah Mandiri
No. Rek (451) 711 7976 337
a/n Amal Bakti Dunia Islam

Untuk konfirmasi lebih lanjut, hubungi:
Call/SMS: 0878 6455 6406