ABADI, Lombok – Masih teringat di ingatan ketika kita semua dikagetkan dengan ratusan gempa yang mengguncangkan bumi seribu masjid, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Indonesia diguncang 11.577 gempa bumi sepanjang 2018, dan 30 persen dari jumlah gempa terjadi terjadi di wilayah NTB.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 3.699 gempa bumi telah terjadi wilayah NTB selama tahun 2018.
“Tentunya jumlah gempa ini signifikan sekali. Hampir tiga kali lipat dari tahun lalu. Utamanya disebabkan oleh peristiwa gempa yang terjadi pada Juli-Agustus lalu,” ujar Agus Riyanto, Kepala BMKG Mataram dalam Nasional Kompas.
Baca juga: Ikhtiar Abadi Bangun Masjid Permanen untuk Masyarakat Santong
Agus Riyanto mengatakan, gempa beruntun di NTB merupakan peristiwa langka di bumi ini.Tak hanya gempa, tsunami kecil pun sempat terjadi di sejumlah pantai di NTB.
Peristiwa tersebut tentu menjadi peristiwa pilu yang mungkin sulit dilupakan masyarakat Lombok khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Bagaimana bisa dilupa, sanak-saudara …. dalam waktu yang tak jauh beda. Begitu juga dengan harta benda, tak ada yang tersisa kecuali hanya puing bangunan yang porak poranda. Tercatat sebanyak 564 jiwa meninggal dunia, dan 216 ribu rumah rusak di tujuh kabupaten kota di NTB.
Wilayah yang diapit dua generator sumber gempa, yakni zona pertemuan Lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia dan Sesar Naik Belakang Busur Flores menjadikan NTB memilki potensi gempa yang lebih sering disbanding wilayah lain.
Alih Profesi Warga Hingga Lamanya Proses Pembangunan
Rangkaian gempa yang terjadi di NTB pada Juli-Agustus 2018 lalu, memberikan dampak yang besar untuk masyarakat yang, contohnya untuk mata pencaharian warga di sekitar jalur pendakian Rinjani.
Ditutupnya jalur pendakian melalui Sembalun yang rusak akibat gempa, mengakibatkan warga di sekitar desa yang dulu bekerja sebagai porter terpaksa harus mencari pekerjaan lain. Belum diketahui kapan pendakian akan dibuka kembali, oleh pihak Taman Nasional Gunung Rinjani.
Baca juga: Sutopo Purwo Nugroho: Jangan Lupakan Lombok, Uluran Tanganmu Masih Sangat Dibutuhkan
Begitu juga di daerah lain, rusaknya sejumlah fasilitas dan lahan perkerjaan mengakibatkan warga kehilangan pekerjaannya dan sulit mendapatkan pekerjaan baru di tengah kondisi Lombok yang masih berada dalam tahap pembangunan kembali.
Menurut pengamatan BNPB, terhambatnya proses pembangunan akibat kurangnya fasilitator dan di lapangan yang bertugas melakukan pendampingan untuk membangun rumah yang rusak berat. Dari 1.700 fasilitator yang dibutuhkan, hanya sekitar setengahnya saja yang dapat dipenuhi. Permasalahan serupa juga datang dari kurangnya jumlah kelompok masyarakat (pokmas) yang membantu pencairan dana bantuan kepada korban.
Tak tinggal diam, Abadi juga turut serta membantu pembangunan Lombok dengan mendirikan sejumlah fasilitas penting bagi warga, di antaranya masjid, kakus, dan musala. (history/abadi)
Sumber: Tribun News, Nasional Kompas , KBR
Mari bantu Lombok bangkit pasca gempa. Salurkan donasi terbaik melalui
Bank Syariah Mandiri (451)
711.7976.337
an. Amal Bakti Dunia Islam